-Mama-

1.2K 212 16
                                        

Sudah hampir 3 jam berlalu namun Rose masih belum sadarkan dirinya membuatkan Junmyeon khawatir.

Sekarang jam juga sudah menunjukkan pukul 4 pagi namun Junmyeon belum tidur karena dia takut anaknya tiba tiba kesakitan.

"Nanti pagi kamu harus bangun ya. Papa menunggu kamu" bisik Junmyeon mengelus kepala sang anak.

Setelah dirasa tidak mampu menahan rasa kantuknya lagi, Junmyeon akhirnya tertidur dengan kepalanya yang diletakkan diatas kasur dan tangannya menggenggam tangan Rose.















"Rose-ah! Wake up!!" Teriakan ditelinganya itu membuatkan Rose mengerjapkan matanya berkali kali.

"Lisa-ya?" Dia mengucek matanya "Kita dimana?"

Lisa tersenyum "Dirumah aku sama Mama"

"M-Mama?" Ulang Rose

"Ouh, kamu sudah bangun"

Pandangan Rose tertuju kearah seorang wanita yang berbicara kepadanya. Matanya berkaca kaca ketika menyadari siapa sosok wanita itu "M-Mama" gumamnya bergegas bangkit dan memeluk sang Mama dengan erat.

Joohyun tersenyum "Hai anak kembarnya Mama"

"Hiks Ma. Maafin aku" isak Rose.

Dahi Joohyun mengernyit "Kenapa kamu meminta maaf? Kamu tidak ada salah sama Mama"

"Hiks tapi gara gara aku Mama meninggal. Seharusnya Mama biarin saja aku yang meninggal Ma"

Joohyun mengelus kepala Rose "Rose-ah. Ini semua bukan salah kamu. Semua ini sudah takdir dan kamu harus menerimanya"

"Mama benar kok. Semuanya memang bukan salah kamu" timpal Lisa.

Rose melepaskan pelukannya. Dia menutup matanya ketika merasakan tangan hangat Joohyun yang menangkup pipinya "Anak Mama cantik sekali"

"Ihh, aku juga cantik Ma!" Timpal Lisa mengecurutkan bibirnya.

Joohyun terkekeh "Kalian memang cantik"

"Kak Jennie sama Kak Jisoo juga cantik Ma" lanjut Rose

"Kalian semua anak Mama jadi kalian semua pasti cantik dong" sahut Joohyun.

Rose sama Lisa terkekeh kecil. Omongan Mama mereka itu memang ada benarnya si.

"Rose-ah" panggil Joohyun

"Iya Ma?" Sahut Rose

"Pulanglah"

Kali ini dahi Rose yang mengernyit "Maksud Mama?"

"Disini bukan tempat kamu sayang"

Rose beralih menatap kembarannya yang tersenyum kearahnya itu "Tidak! Aku ingin disini bersama kalian!" Tegas Rose.

"Rose. Kamu harus pulang. Apa kamu tidak kasian sama Papa? Sama Kak Jisoo dan Kak Jennie?" Bujuk Lisa.

Rose terdiam. Dia tidak ingin meninggalkan Papa dan kedua Kakaknya itu namun dia juga tidak ingin kehilangan Mama dan kembarannya.

"Sayang. Suatu hari nanti kita pasti akan berkumpul kembali kok. Kamu masih diberi peluang untuk hidup. Kamu harus menikmati hidup kamu. Mama yakin kamu pasti ingin menikmati waktu bersama kedua Kakak kamu itu bukan?" Ujar Joohyun "Sekarang kamu pulanglah. Mama sama Lisa akan selalu menunggu kedatangan kamu"

Rose beralih memeluk Joohyun dengan erat "Izinkan aku tinggal bersama kalian untuk sementara" pinta
















Tit tit tit

Jam menunjukkan pukul 7 pagi dan Junmyeon terbangun dengan kaget ketika mendengar mesin detak jantung sang anak yang kedengaran dengan kuat itu.

Rasa kantuknya bahkan sudah menghilang ketika melihat anaknya seakan sulit untuk bernafas "Rose-ah! Bertahanlah sayang!" Dengan paniknya Junmyeon menekan tombol merah diatas kasur sang anak.

Tidak butuh waktu yang lama, Dokter Baek memasuki ruangan itu bersama beberapa orang suster.

Junmyeon dengan segera menjauh agar Dokter bisa memeriksa kondisi sang anak "Rose-ah. Jangan bikin Papa takut" gumamnya

Beberapa menit kemudian, bunyi mesin detak jantung Rose akhirnya kembali normal dan nafas cewek itu juga sudah seperti biasa.

"Kondisinya memburuk" ujar Dokter Baek

"Gue harus melakukan apa Baek?" Lirih Junmyeon mengusap wajahnya dengan kasar.

Dokter Baek menepuk pundak Junmyeon "Kita berdoa saja semoga ada pendonor jantung untuk dia. Gue juga akan berusaha untuk menyelamatkan dia tapi gue tidak bisa menghalang takdir. Lo harus menyiapkan diri elo atas apa yang akan terjadi di masa depan nanti" nasihat.



























*
*

Sejak bangun dari tidurnya, Jennie hanya melamun diatas kasur. Firasatnya tiba tiba saja buruk dan dia takut sesuatu terjadi.

"Kenapa gue merasa tidak tenang?" Gumam Jennie menggigit kukunya.

"Jen" Jisoo berjalan memasuki kamar Jennie "Kenapa belum mandi? Bukannya kamu akan ikut Kakak ke perusahan?"

"Kak" panggil Jennie "Firasat aku buruk" lanjutnya.

Jisoo terdiam. Sejujurnya, firasatnya juga tiba tiba buruk namun dia tidak ingin pusing memikirkannya.

"Apa terjadi sesuatu sama Papa?" Tanya Jennie.

"Tadi Kakak sudah menelfon Papa kok. Dia baik baik saja" sahut Jisoo.

Jennie menatap Jisoo dengan tatapan yang sulit diartikan "Apa firasat ini ada sangkutan sama R-Rose?" Dia sedikit ragu untuk memanggil nama sang adek.

Jisoo menghela nafasnya dengan kasar "Sudahlah. Mendingan kamu mandi terus siap siap. Kakak bakalan siapin sarapan dibawah" tanpa mendengar jawaban dari Jennie, dia langsung berjalan pergi dari sana.

Jennie pula masih diam diatas kasurnya "Rosie. Are you okay?" Gumamnya.













  Tekan
    👇

Happiness ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang