Dengan memakai pakaian yang formal, Jisoo dan Jennie berjalan memasuki perusahan. Mereka langsung disapa oleh para karyawan yang melihat mereka.
"Selamat pagi Sajangnim" sapa Jihyo, sekertaris di perusahan.
"Selamat pagi juga" sahut Jisoo dan Jennie pula hanya tersenyum "Apa Papa saya sudah masuk?" Lanjutnya.
"Direktur mengambil libur untuk hari ini dan beberapa hari kedepan" sahut Jihyo.
Dahi Jisoo dan Jennie mengernyit "Libur? Atas alasan apa Papa saya libur?" Tanya Jennie.
"Anak bungsu Direktur masuk rumah sakit" sahut Jihyo.
Deg
Jisoo dan Jennie saling tatap dengan tatapan yang sulit diartikan "K-kenapa dia masuk rumah sakit?" Tanya Jennie ragu.
"Maaf Mrs, saya tidak tahu" jujur Jihyo.
"Ya sudah, kamu bisa lanjut kerja" ujar Jisoo dan dia berganjak pergi dari sana diikuti oleh Jennie dibelakangnya.
Sekarang mereka sudah berada di parkiran perusahan "A-apa kita harus ke rumah sakit?" Tanya Jennie.
Jisoo diam. Dia kelihatan ragu "Kita kesana saja, demi Papa" putusnya.
"Ayo" baru saja mereka ingin memasuki mobil, panggilan dari seseorang menghentikan mereka.
"Jisoo, Jennie"
"Tante Seojin? Tante ngapain disini?" Bingung Jisoo.
"Kebetulan tadi Tante punya urusan di cafe disamping perusahan ini si jadi Tante sekalian mampir kesini untuk ketemu sama kamu. Ternyata Jennie juga ada disini ya" ujar Seojin.
"Aku hari ini libur makanya aku ikut Kak Jisoo si" sahut Jennie
"Terus sekarang kalian mau kemana?" Tanya Seojin.
Jisoo menggigit bibir bawahnya "K-kita mau kerumah sakit"
"Siapa yang sakit!?"
"Rose masuk rumah sakit"
Raut wajah Seojin yang tadinya khawatir itu langsung berubah menjadi datar "Untuk apa si kalian masih peduli sama pembunuh itu?"
"Tapi dia tetap adek aku Tante" timpal Jennie.
"Adek? Jen, kamu harus ingat, gara gara dia, kalian kehilangan Mama kalian. Bukan itu saja, kalian juga kehilangan kembarannya si Rose itu. Andai saja dia tidak lahir, Mama kalian tidak akan meninggalkan kalian. Papa kalian juga pasti tidak akan kesepian"
Jisoo dan Jennie terdiam. Mereka seakan menyetujui kata kata yang terlontar dari sang Tante.
"Sudah lah, tidak perlu pikirkan soal pembunuh itu. Mendingan sekarang kalian ikut Tante"
"Kemana?" Tanya Jisoo.
"Kita ke mall saja gimana? Hari ini Tante akan mentraktir kalian"
"Benaran?" Tanya Jennie memastikan.
"Benaran dong. Sekarang, ayo berangkat. Lupakan saja soal pembunuh itu. Mungkin saja dia hanya pura pura sakit untuk mendapatkan perhatian dari Papa kalian"
"Baiklah Tante, ayo berangkat" sahut Jennie disetujui oleh Jisoo.
*
Junmyeon terus menampilkan senyuman palsunya ketika sang anak menatap dirinya.
"Papa jangan sedih. Aku baik baik saja kok" ujar Rose yang ternyata sudah sadar itu.
"Papa tidak sedih kok. Papa yakin anak Papa ini kuat" sahut Junmyeon mengelus kepala Rose.
"Mendingan sekarang Papa pulang istirahat saja. Papa juga belum mandi bukan?"
"Papa tidak mau tinggalin kamu sendiri sayang" tolak Junmyeon
"Aku bakalan baik baik saja kok Pa. Papa jangan khawatir. Lagian disini juga ada Dokter Baek. Papa juga harus pikirin kesehatan Papa. Nanti kalau Papa sakit, siapa yang akan menjaga Papa hurm? Aku lemah dan aku tidak mampu menjaga Papa"
"Hey, siapa yang bilang kamu lemah hurm? Kamu kuat loh. Bahkan kamu masih bisa bertahan sampai sekarang. Terus bertahan demi Papa ya. Papa akan berusaha yang terbaik untuk kesembuhan kamu" ujar Junmyeon mengelus kepala Rose "Sekarang Papa pulang dulu. Nanti Papa datang lagi. Kalau kamu sakit, langsung saja panggil Dokter Baek ya"
"Arreosso" sahut Rose patuh.
Junmyeon beralih mengecup kepala sang anak sebelum berganjak keluar dari sana.
"Lisa-ya, kamu dimana?" Tanya Rose menatap kesudut ruangan.
"Mencari aku hurm?" Lisa tiba tiba muncul membuatkan Rose tersenyum.
Secara tiba tiba Rose memeluk sosok kembarannya itu "Bogoshipo"
Lisa terkekeh kecil "Nado" sahutnya mengusap kepala Rose.
Rose melepaskan pelukannya dan menatap Lisa "Temani aku disini ya"
"Pasti" sahut Lisa beralih duduk disamping Rose "Rose-ah. Kamu lihat bukan, Papa benar benar ingin kamu sembuh. Jadi kamu harus bertahan ya"
Rose menunduk "Aku tidak mampu Lisa-ya. Aku merasa bersalah sama Mama. Gara gara aku, Mama harus pergi. Andai saja aku tidak dilahirkan, semua ini tidak akan terjadi" lirihnya.
Lisa membawa sang kembaran kedalam dakapannya "Tidak ada siapa siapa yang meminta semua ini terjadi. Semuanya sudah takdir. Kamu pasti bisa menjalani semua ini. Aku percaya sama kamu. Teruslah bertahan ya, aku juga akan terus berada disamping kamu"
"Terima kasih Lisa-ya"
Tanpa mereka sedari, ada sosok Yerim yang bersembunyi dibalik pintu. Tadi, dia datang untuk membesuk temannya itu namun ketika melihat Rose yang berbicara sendirian itu, dia memilih untuk menghentikan niatnya untuk masuk kedalam "Sampai kapan kamu akan seperti ini Rose" gumamnya sendu.
Tekan
👇

KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness ✅
Fiksi Penggemar-Apa benar kebahagiaan itu wujud?- "Kelahiran elo adalah beban dihidup gue!" "Dan kematian elo adalah hal yang terindah dihidup gue" "Aku akan terus bersama kamu" Chaennie📌 Chaesoo📌 Chaelisa📌 Fanfiction📌