-Kembali Benci-

1.1K 201 20
                                    

Sedari tadi Rose terus tersenyum ketika melihat Jennie yang memakan makanan yang diberi olehnya itu. Seperti biasa, Rose menitipkan makanan yang dibelinya itu kepada Joy agar Joy bisa memberikannya kepada Jennie dan sekarang dia lagi memantau Jennie dari jauh.

"Rose" Yeri menghampiri Rose dengan menggendong tasnya "Ayo pulang"

"Kamu pulang duluan saja Yer. Aku akan ketemu sama Lisa" sahut Rose.

Yeri menghela nafasnya dengan kasar "Ikut aku!" Dengan segera dia menarik Rose menuju ke rooftop. Untung sekali rooftop itu lagi sepi jadi tidak akan ada sosok yang bisa mendengar perbicaraan mereka.

"Ada apaan si Yer?" Bingung Rose "Lisa sudah menunggu aku di mobil"

"Stop berpura pura Rose!! Aku tahu kamu sadar kalau Lisa itu tidak wujud! Lisa sudah meninggal dan kamu tidak bisa menyangkalnya!!"

"Jaga omongan kamu Yer! Aku tahu kalau Lisa memang sudah meninggal tapi aku tidak peduli! Walaupun kamu bilang Lisa hanya halusinasi aku, aku tetap tidak akan peduli! Aku nyaman bersama Lisa!"

"Tapi sampai kapan!? Kamu harus sadar kalau kamu tidak bisa hidup bersama halusinasi kamu! Kamu harus sadar Rose!"

"Aku tidak peduli Yer! Aku hanya ingin terus bersama Lisa! Hanya Lisa yang setia menemani aku"

"Kamu masih punya aku. Aku bisa menemani kamu! Aku bisa menjadi teman curhat kamu"

"Beda Yer! Kamu tidak akan bisa selamanya bersama aku. Lisa juga sentiasa menemani aku jadi aku tidak akan merasa kesepian! Aku tidak ingin kehilangan Lisa lagi. Tolong mengerti aku Yer!"

Rose memegang dadanya yang sedikit nyeri ketika dia berteriak itu.

"Rose, tenanglah" Yeri mengusap punggung Rose "Maaf karena sudah bikin kamu marah. Kamu tenang ya"

Rose menghembuskan nafasnya "Tidak apa apa Yer. Aku mengerti kalau kamu ingin yang terbaik untuk aku tapi maaf, aku tidak bisa membuang kehadiran Lisa didalam hidup aku walaupun dia hanya halusinasi aku"

Yeri menghela nafasnya dengan pasrah "Baiklah" ujarnya yang tidak ingin kembali memancing emosi Rose.
























*

Jennie berjalan memasuki cafe. Tadi, sang Kakak mengirimnya pesan dan memintanya untuk kesana makanya dia langsung kesana setelah kelasnya berakhir.

"Loh, ada Tante Seojin juga?" Bingung Jennie mendudukkan dirinya dibangku disamping Jisoo.

"Tante hanya ingin ketemu sama kalian si. Sekalian kita makan siang bersama" sahut Seojin.

"Kamu mau pesan apa Jen?" Tanya Jisoo.

"Hot chocolate saja deh" sahut Jennie.

"Tidak mau makan?"

Jennie menggeleng "Tadi aku sudah makan di kampus"

Jisoo mengangguk paham dan memanggil pelayan untuk memesan.

"Apa kalian kembali ke mansion?" Tanya Seojin

"Sudah hampir 1 bulan si aku sama Jennie tidak kesana" sahut Jisoo

"Bagus deh. Pokoknya kalian harus menjauh dari Rose" ujar Seojin.

"Maaf Tante, tapi sepertinya aku sudah tidak bisa membenci Rosie. Apa pun yang terjadi, dia tetap adek aku" ujar Jennie.

"Apa kalian sudah kemakan sama omongan palsu dia!?" Tanya Seojin tidak suka "Dia hanya berpura pura baik didepan kalian! Kalian tidak boleh lupa kalau dia yang menjadi alasan kalian kehilangan Mama kalian!"

"Tapi Tante-"

"Sebentar Ji" Seojin memotong omongan Jisoo. Dia mengeluarkan satu amplop dari tasnya dan meletakkannya diatas meja "Lihat itu"

Dengan penasaran, Jisoo mengambil amplop itu dan membukanya. Jennie yang juga penasaran ikut melihatnya.

"Laporan kesehatan Mama?" Bingung Jennie.

"Coba kalian baca" ujar Seojin.

Jisoo dan Jennie akhirnya membaca laporan itu dengan serius. Raut wajah mereka yang menegang itu membuatkan Seojin tersenyum puas "Disitu tertulis kalau kondisi Mama kalian sudah lemah disaat dia menghamilkan si sialan itu. Mama kalian harus menggugurkan kandungannya namun dia memilih untuk tidak melakukannya dan bertegas untuk melahirkan Rose. Gara gara itu juga Mama kalian tidak dapat diselamatkan! Mama kalian lebih memilih untuk menyelamatkan nyawa si sialan itu daripada nyawanya sendiri. Coba kalian pikirkan, andai saja si Rose tidak wujud, semua itu pasti tidak akan terjadi dan kalian masih bisa menikmati waktu kalian bersama Mama kalian"

Mata Jennie berkaca kaca "Kenapa Mama memilih untuk mempertahankan dia!!" Gumamnya dengan marah.

Jisoo pula hanya diam dengan wajah yang datar "Fakta ini membuatkan aku semakin membenci kamu! Maaf, sepertinya aku tidak bisa memberi peluang untuk kamu. Dasar pembunuh!!" Batinnya.






























*

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Rose hanya berdiam diri diatas kasurnya. Dia hanya melamun memikirkan kata kata Yeri.

"Rose-ah" panggilan dari Lisa menyadarkan lamunan Rose.

"Ouh Lisa-ya" sahut Rose

"Kenapa? Kamu kepikiran sama kata kata Yeri?" Tanya Lisa.

Rose menatap Lisa dengan kaget "Kamu mendengar omongan aku sama Yeri tadi siang!?"

Lisa mengangguk "Rose-ah. Apa yang dikatakan oleh Yeri itu benar. Kamu tidak bisa selamanya berhalusinasi soal aku. Dunia kita sudah tidak sama. Kamu harus berusaha mengikhlaskan kepergian aku agar aku tidak muncul menjadi halusinasi kamu lagi"

"Tidak Lisa-ya! Kamu harus tetap bersama aku! Aku tidak peduli walaupun kamu hanya halusinasi aku! Jangan pergi Lisa-ya"

Lisa yang melihat Rose hampir menangis itu akhirnya tidak tega. Dengan segera dia memeluk kembarannya "Sudah, jangan menangis. Nanti dada kamu sakit"

Tanpa Rose sedari, ada sosok Junmyeon yang mengintip disela pintu kamarnya. Mata Junmyeon berkaca kaca ketika melihat sang anak mengobrol sendirian itu. Astaga, selama ini anaknya mengalami halusinasi dan kenapa baru sekarang dia menyadarinya? "Joohyun-ah, maafin aku karena tidak peka atas apa yang terjadi sama anak kita" gumamnya menahan tangis.

















Cerita baru yang judulnya Sad Melody sudah dipublish!! Ayo mampir ya:)


  Tekan
    👇

Happiness ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang