Cake untuk maaf

122 11 1
                                    

"Ahh, Hyung!!! Bukankah sudah kubilang padamu untuk meminta maaf?" Yoongi keluar dari kamarnya dengan langkah kesal, wajahnya itu mengerut kesal. Oh, ayolah! Ia baru saja ingin beristirahat setelah mengejakan semua tugas kampus nya, tapi kini adik-adiknya berkumpul didalam kamarnya dan membuat kebisingan yang benar-benar menghambat aksi istirahat nya. Tidak, sebenarnya Yoongi tidak keberatan. Tapi ini benar-benar sudah diluar batas! Semua orang dirumah ini sama sekali tidak ingin mendekati Seokjin, walau kakaknya itu hanya menganggur diruang keluarga.

Seokjin meringis, meneliti penampilan Yoongi yang saat ini benar-benar butuh istirahat. Lingkar mata tercetak jelas diwajah berantakan pemuda itu. "Maaf, aku masih mencari cara." Ucapnya.

Yoongi mendengus, "CK, menyebalkan." Gerutunya sebelum kembali ke kamar nya yang saat ini diisi oleh enam anak yang kelebihan energi.

Seokjin menghela nafas pelan, menyandarkan tubuhnya kesofa. Entah apa lagi yang harus ia lakukan untuk membujuk semua adiknya. Ia tahu, mereka semua bukan marah padanya, tapi takut. Inilah alasan mengapa sang ayah selalu memintanya untuk mengontrol emosi. Netranya itu menerawang kearah televisi yang menyala, sayu. "Apa aku membiarkan mereka saja?" Gumamnya pelan. "Aish, kenapa juga aku berteriak malam itu." Kesalnya. Pemuda itu berdiri, mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan.

BRAK...

Ia mendesah malas, menetap kearah lantai, entah apa yang ia tendang hingga bunyinya sekeras itu. Netranya tiba-tiba saja melebar, bagai mendapat sebuah anugerah saat menatap kearah mainan berbentuk cake milik Aleum yang ia beli kemarin. "Cake!!" Serunya.

Ceklek...

"Hyung!!!" Seokjin mengejang sesaat, menatap kearah kamar pintu kamar Yoongi yang saat ini menampilkan separuh tubuh dari seorang Kim Namjoon, anak itu baru saja berseru tertahan, kesal. "Sstttt.... Jangan berisik. Mereka sedang tidur." Ucapnya dengan alis berkerut.

Seokjin tersenyum manis, "Baiklah, maafkan aku." Ucapnya. Namjoon tidak membalas, langsung menutup pintu setelah Seokjin selesai berucap, meninggalkan sang kakak sulung yang benar-benar mendapatkan sebuah jalan yang ia cari sejak beberapa hari yang lalu. Waktu yang tepat, semua orang tertidur, jadi ia akan menjadikan ini sebagai sebuah kejutan. Sepersekian detik kemudian kaki jenjangnya mengambil langkah seribu menuju dapur, mengambil baju zirahnya alias apron, dan bersiap kemedan perang. Netranya itu menampilkan sebuah tekad besar, lagu-lagu penuh tekad sekaan menjadi backsound khayalan yang muncul di dalam kepalanya. bagaimanapun ia harus berhasil.

"Jadi, apa yang harus dilakukan terlebih dahulu?" Ia berkacak pinggang. Lagu-lagu penuh tekad yang tadi mengiringi langkahnya sontak hilang begitu saja, baru mengingat jika ia tidak pernah membuat cake sebelumnya. Ia menghela nafas pelan, merogoh sakunya untuk mengambil sebuah ponsel, mencari resep cake termudah yang memungkinkan untuk ia buat. "Strawberry cake?" Gumamnya pelan.

Ia tersenyum lebar setelah beberapa detik, "Baiklah, ayo buat strawberry cake!" Tekadnya kembali, mengumpulkan seluruh bahan yang tertera di ponselnya. Kepercayaan dirinya meningkat pesat, tahu betul jika seluruh adiknya selalu jatuh cinta pada strawberry manis yang untung saja masih tersedia didalam lemari pendingin.

"Hyung...."

"ARGHHH." Seokjin tersentak, refleks berteriak saat sebuah bisikan tiba-tiba saja hinggap disampingnya. Sebungkus tepung yang hendak ia buka berhamburan keseluruh Antero dapur, wajah tampannya juga terkena imbas, tentu saja.

"Aishh, Hyung!!!!" Ia mendesah pelan, memelas kearah salah satu adiknya yang saat ini juga dibaluti tepung.

"Kenapa disini, Hoseok?" Tanyanya. Kedua tangannya sibuk  menyapu surai hitam Hoseok yang dipenuhi tepung.

Aleum And 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang