Ada apa dengan Aleum??

76 10 0
                                    

"Masuklah." Seokjin tersenyum ramah sesaat setelah membuka pintu, mempersilahkan seorang pria paruh baya dengan setelan rapi itu memasuki rumahnya. "Hari ini hanya ada Aleum, kami baru saja kembali dari jadwal terapi nya." Ujarnya sambil berjalan menuju sofa. Ia buru-buru pergi kedapur setelah memastikan tamunya duduk dengan nyaman disofa empuk mereka, menyiapkan secangkir teh untuk pengacara ayahnya.

"Bagaimana dengan Aleum?? Dia baik-baik saja?"

Seokjin tersenyum manis, mengangguk. "Dia beradaptasi dengan baik, semua orang mencintai nya." Ucapnya. Pria paruh baya itu mengangguk, ikut tersenyum kearah Seokjin yang berdiri dibalik pantry dapur. Singkat saja, pria itu adalah Tuan Jeong-- pengacara sang ayah, orang yang memberinya wasiat tertulis milik ayahnya sudah di persiapkan, juga orang yang membawa Aleum menemui nya pertama kali bersama seorang wanita tua.

"Kenapa memanggil ku kesini?" Tanya  Tuan Jeong saat Seokjin akhirnya duduk dihadapannya setelah meletakkan dua cangkir teh diatas meja.

Seokjin menghela nafas nya pelan, tersenyum. "Kau... Tahu sesuatu tentang Aleum?" Tanyanya ragu-ragu. pemuda itu kemudian menggeleng cepat, "Aku tidak meragukan Aleum, hanya saja... Dokter mengatakan jika kita harus mengetahui alasan kenapa Aleum berbeda untuk bisa mengobati nya." Ia membasahi bibirnya yang kering, gugup juga saat Tuan Jeon menatapnya dengan tatapan penuh selidik. Sejujurnya ia juga baru mengenal pria itu saat ayahnya mati, diruang mayat.

Pria paruh baya itu menghela nafas pelan, memperbaiki letak kacamata yang bertengger diwajahnya. "Aku tidak tahu banyak, ayahmu membawanya pertama kali saat membuat wasiat yang kalian terima."

"Kau tahu siapa wanita tua yang membawanya???"

Tuan Jeong diam sesaat, terlihat berusaha mengingat-ingat sesuatu. Ia kemudian menatap sekitarnya. "Wanita yang membawa Aleum saat itu adalah o-"

PRANG......

Seokjin dan Tuan Jeon tersentak, "Aleum!!" Seokjin berseru, tanpa pikir panjang meninggalkan atensi Tuan Jeong yang perkataan nya terputus karena sebuah suara mengerikan yang berasal dari kamar Aleum. Tuan Jeong ikut berdiri, mengikuti Seokjin dari belakang. Netra legam milik Seokjin bergetar sesaat, pecahan gelas keramik berceceran didalam kamar itu. Ia mengedarkan pandangannya, mencari atensi sang adik yang entah mengapa tidak terlihat diseluruh sudut kamar. "Aleum!!!" Panggil nya. Dadanya dilingkupi perasaan khawatir yang berlebih, melangkah memasuki kamar Aleum dengan penuh kehati-hatian.

"Seokjin! Dilemari!" Tuan Jeon berseru dari luar, menunjuk kearah pintu lemari yang setengah tertutup.

Seokjin ikut menatap kearah lemari itu, tanpa basa-basi melangkahkan kakinya untuk memeriksakan isi lemari milik sang adik. "Aleum!" Pemuda itu berseru, dengan cepat mendekap tubuh Aleum yang sedang meringkuk didalam lemari. "Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Ia melepaskan pelukannya, menangkup wajah mungil itu, menatap netra berlinang sang adik yang tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

Aleum menggeleng, melepaskan tangan Seokjin dari wajahnya, setelah itu menyatukan kedua tangannya. Anak itu berlutut, menggesekkan kedua telapak tangannya sambil menggeleng kencang, air mata gadis itu semakin deras, tubuhnya bergetar. Seokjin bergeming, tidak bisa berkata-kata melihat sang adik yang saat ini tengah memohon padanya tanpa suara. "Ada apa? Aleum-ie ketakutan?" Tanyanya. Menempatkan tangannya pada bahu sang adik. Aleum terus menggeleng, tetap pada posisi dan gerakannya.

Seokjin menghela nafas gusar, mendekap erat Aelum, ia menepuk pelan punggung gadis nya, sesekali mengelus nya dengan harapan Aleum akan segara tenang dan kembali tersenyum lebar seperti sebelumnya. "Gwenchana, tidak usah takut. Hyung-ie disini. Jin Hyung tidak akan marah, tenang saja." Lirih nya pelan. Aleum akhirnya berhenti, meremas sweater hitam yang saat ini digunakan sang kakak. Seokjin lantas menghela nafas, akhirnya mengerti. Aleum takut jika ia marah. Miris sekali rasanya melihat sang adik melakukan hal itu, seakan dirinya ini akan menghukum Aleum hanya karena sebuah gelas putih yang selalu ia gunakan. Seokjin melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang berlinang diwajah cantik Aleum, "Aleum-ie baik-baik saja? Tidak ada yang terluka?" Tanyanya. Sembari meneliti kulit sang adik.

Bibir Aleum melengkung kebawah, menunjuk kearah punggung kakinya yang dihinggapi goresan kecil. "Tidak apa-apa. Jin Hyung akan mengobati nya." Seokjin mengangkat Aleum, membawa adiknya itu keluar dari kamar yang masih dipenuhi dengan pecahan gelas keramik, mendudukkan Aleum disofa ruang tamu setelah itu menggeledah rak berisi barang kesehatan yang ada disamping televisi. Membawa sebuah obat merah dan plester luka bergambar jerapah dari sana.

Tuan Jeong iku duduk disofa, sibuk menatap Seokjin yang tengah mengobati luka gores Aleum. "Kau menyayanginya?" Tanyanya tiba-tiba.

Seokjin lantas terkekeh pelan, hambar. "Tentu saja. Dia adikku." Jawabnya.

"Lupakan tentang masa lalunya, itu tidak lagi penting. Anak ini sudah melewati banyak hal, lebih dari yang kau bayangkan." Seokjin diam, tangannya yang tadi sibuk bergerak memunguti sisa-sisa plester luka itu berhenti, menatap kearah Tuan Jeong. "Jaga saja dia, aku percaya padamu." Tuan Jeong tersenyum.

"Bagaimana dengan terapi nya? Dokter bilang kita ha-"

"Dia tidak sakit, tidak ada yang perlu diobati. Semua hal butuh waktu, Seokjin." Bibir plum milik Seokjin itu mengatup rapat, "Sama seperti dirimu. Gagal sekali-kali tidak apa-apa, memberikan dirimu waktu juga penting." Seokjin menunduk, netranya tiba-tiba saja berkaca saat mendengar penuturan lembut dari bibir Tuan Jeong. Perasaan hangat menjalar dihatinya. "Percaya pada Ayahmu. Jika memang suatu saat nanti kau mempertanyakan nya, Aleum sendiri yang akan memberitahu mu." Pria paruh baya itu berdiri, menepuk pundak Seokjin kemudian berjalan menuju pintu utama. Pergi begitu saja meninggalkan Seokjin yang masih bergeming memikirkan ucapan nya.

Ia menghela nafas pelan, menatap kearah Aleum yang menatap nya dengan netra bengkak. "Bagaimana hidup mu sebelum bertemu kami?" Tanya nya pelan, walau sebenarnya tahu jika Aleum tidak akan membalas pertanyaan. Ia mengusak surai lembut itu, menghapus jejak-jejak air mata yang masih menempel diwajah cantik adiknya. Sifat Aleum, respon anak itu terhadap sesuatu, bahkan tangingan tanpa suaranya, Seokjin ingin tahu. Apa yang terjadi sehingga gadis kecil bermata bulat menggemaskan itu bisa memohon dengan deraian air mata yang deras setelah memecahkan satu gelas murah yang berjejer didapur mereka.

Ada apa dengan Aleum? Juga apa alasan adiknya memohon seperti itu.

HAY GUYS! HOW ARE U??! SEMOGA SELLAU BAIK YAH!!!! btw ini nggk mau banyak bicara, soalnya Jungkook lagi Live diWeverse!!! Ini update ny sambil nonton JK, muehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAY GUYS! HOW ARE U??! SEMOGA SELLAU BAIK YAH!!!! btw ini nggk mau banyak bicara, soalnya Jungkook lagi Live diWeverse!!! Ini update ny sambil nonton JK, muehehehe.

HAY GUYS! HOW ARE U??! SEMOGA SELLAU BAIK YAH!!!! btw ini nggk mau banyak bicara, soalnya Jungkook lagi Live diWeverse!!! Ini update ny sambil nonton JK, muehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xixixixi Jungkook-ie lucu banget!!!! Dahlah, mo fokus nonton JK dlu!!! PayPay! Jangan lupa Vote and COMMENT!!! Pay!!

Aleum And 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang