Pagi-pagi Karina dikejutkan dengan seorang pria gagah, tampan, elegan, terkenal dan kaya tengah bersender didinding sebelah pintu luar kosan Karina.
"Loh pak Jeno ngapain kesini?"
"mau ngajak kamu nikah"
"H-hah?!"
-
Karina Yoo, seorang administran...
Hallo Karina, apa kabar haha? Gue tau alay banget nulis surat kaya gini, maaf ya, gue ga berani ngomong langsung.
Pertama gue mau bilang makasih, lo alasan gue bertahan selama ini Rin. Maaf juga karena ga kasih tau dari awal, gue ga mau lo bersikap beda dan nganggep kalo gue anak penyakitan.
Gue juga minta maaf karena ga jujur sebagai Jongseong. Gue takut lo bakal menjauh kalau gue Jongseong dan bukan Jay. Tapi karena sekarang lo udah tau, jadi ga ada alasan buat pura-pura lagi.
Menurut gue, pergi tanpa harus berpura-pura jadi orang lain itu hal baik yang harus gue syukuri. Dan juga, pergi ditempat dimana ada orang yang sayang sama gue adalah hal terbaik yang gue alami.
Alasan gue buat surat ini ga jelas sih, cuma pengen tulis aja. Jujur, gue sayang sama lo, banget, gue nya aja yang pengecut jadi ga berani ngomong langsung.
Lo itu baik, apa adanya, suka ngegas, tapi gue suka. Udah lah gini aja, kepanjangan bingung nulis apa.
Oh iya, apart gue lo pake aja sama Jie, kalau misal Ningning mau tinggal disana biarin ya? Gue titip Ningning hehe, makasiiii
Tetep bahagia, kalo nangis gue gentayangin tau rasa lo!
Karina duduk di hadapan meja rias rumah Jeno, air matanya mengalir deras membaca surat itu, surat dari Jay. Dan saat ia membaca kalimat terakhir, Jay berhasil membuatnya tertawa pelan.
Karina berpakaian serba hitam saat ini, dia menyeka air matanya kasar, lalu membuka sebuah bingkisan dibawah surat ini. Jari lentiknya tak sabar melihat apa yang ada didalamnya.
Wanita itu menyunggingkan senyum melihat sebuah kalung berliontin berlian dari dalam bingkisan dari Jay. Dan juga ada sebuah sticky note disana, Karina langsung nembacanya.
"mau gue beliin cincin ntar Jeno marah mati gue"
Hal itu berhasil membuat Karina tertawa sekali lagi. Dia langsung menghadap ke cermin, menyeka air matanya lalu berusaha mengenakan kalung itu.
"boleh aku bantu?" Ujar Jeno yang baru saja masuk.
Karina menoleh, lalu mengangguk-angguk.
Jeno langsung menghampirinya, rambut Karina digelung saat ini, jadi Jeno bisa dengan mudah memasangkan kalung tersebut. Saat sudah terpasang, Karina memegang liontin kalung, lalu tersenyum menghadap ke cermin.
Jeno yang masih berdiri dibelakang Karina, dia memegang kedua pundak Karina. "cantik" ujarnya dilanjutkan Karina yang mengelus tangan Jeno.
***
"...Jay itu baik kok, dia pengertian, emang gampang emosi aja, tapi kalau sama aku dia jarang marah."
"kalau aku?"
"kalau kamu... Kamu itu sayangnya aku, kamu itu dunianya aku. Makanya kalau kamu pergi, aku bakalan sakit, bakal hancur"
"jadi?"
"jadi apa?"
"ayo kita nikah"
Karina mengulum senyum, "ayok"
Jeno dan Karina duduk dihamparan pasir pantai, pantai tempat mereka mengetahui kalau mereka saling cinta, sebuah pantai di kota Busan.
Karina menyenderkan kepalanya dibahu Jeno, sedangkan Jeno melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Karina.
Keduanya tersenyum, menghadap ke sunset yang sangat indah, memandangi langit berwarna oren yang perlahan menggelap. Melihat burung-burung yang berterbangan bebas, bayangannya terlihat dihadapan matahari yang hampir ditelan air.
"terima kasih, Karina"
"terima kasih, Jeno"
Tamat
Hallo guys, makasi buat yang uda baca sampai akhir hehe, love youuu
Mau sekalian promote cerita baru aku ah,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.