page 24

1 0 0
                                    

"Bukan." Ia menggeleng, menatap Arian tepat di mata.
"Karena aku ingin menarik perhatian mu, aku ingin dekat dengan mu lebih dari seorang kakak kelas pada adik kelasnya. Aku tau kita baru kenal beberapa saat tapi," ia menggigit bibir bawahnya, ragu untuk melanjutkan. "Tapi aku tertarik untuk dekat denganmu."
Bagi Arian, mendengar apa yang dikatakan oleh Aria rasanya lebih mengejutkan daripada sifat aneh wanita itu yang muncul empat hari yang lalu. Ia memandang lurus pada Aria yang tampak serius dengan ucapannya, rasanya setelah itu seolah ada beban berat yang bersarang di pundaknya.
"Kakak serius?" Arian bertanya setelah kembali pada kesadarannya.
"Aku serius ingin dekat dengan mu."
"Oke, aku paham. Aku juga ingin dekat dengan kakak—"
"Kalau begitu kita sama-sama ingin dekat." potong Aria yang langsung dilanjutkan oleh Rian.
"Sebagai kakak kelas dan adik kelas pada umumnya." Oh. Terdengar menyakitkan.
"Tunggu jangan sedih seperti itu." Balas Arian cepat.
"Pada awalnya memang aku ingin seperti itu. Terlebih lagi di awal kita bertemu, kakak tiba- tiba bilang nama kita mirip dan hanya dibedakan satu huruf, itu sedikit membuat ku merasa aneh dengan kakak. Tapi,"
"Tapi?" Bisik Aria.
"Aku memang belum mengenal kakak selama yang kak Geri dan kak Pradipta lalui. Tapi selama mengenal kakak, aku tau aku ikut merasa tertarik dengan kakak. Jadi, ayo pelan-pelan menjadi dekat."
Ah, ternyata terbalas.
Dengan senyum cerah yang lebar, Aria mengangguk bahagia. Inginnya sih memeluk Rian, tapi sayangnya bunyi jam mengurungkan niat Aria yang ingin memeluk pria yang tertawa geli melihat kelakuannya yang sudah membuka lebar tangannya itu.
"Pelukannya bisa kapan-kapan, sekarang ayo kembali ke kelas."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Grow UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang