Lalu seperti remaja Indonesia kebanyakan yang berpikir berlebihan, Aria pikir Arian sengaja tidak menanggapi pesannya karena membuat pria yang lebih muda untuk tidur terlalu pagi. Atau lebih buruknya lagi, Arian sengaja tidak membalasnya karena ilfil atau bosan. Tiba-tiba saja, rasa takut itu menjalar ke tubuh Aria. Masih dengan pikiran-pikiran buruknya, ia meraih handphonenya dengan cepat.
Dibukanya kembali history chat mereka, dan ia baca satu persatu. Mencari dimanakah ia menjatuhkan ranjau yang membuat Arian ilfil dengan sifatnya. Tapi percakapan itu normal, tidak ada kata-kata yang menyinggung atau membuat Arian sakit hati, tidak ada juga dad jokes yang biasa dilontarkan saat sedang berhubungan dengan Pradipta atau Geri. Menurutnya chat itu aman, tapi kenapa Arian lama membalasnya ya?
**
Bukan Geri namanya jika tidak merusuh meskipun bukan hari sekolah. Di jam makan siang, bocah SMP yang menggunakan kaus bola itu sudah ada diruang tamu rumah Aria, tentu saja lengkap bersama Pradipta dan buku bahasa Indonesianya.
Singkatnya mereka bertiga secara mendadak mengerjakan tugas bersama, tapi jika dilihat memang hanya Aria dan Pradipta yang bekerja. Si Geri justru sibuk fokus menonton tv yang menampilkan acara kartun sepak bola kesukaannya.
"Goal!"
Sontak Aria dan Pradipta terkejut mendengar seruan Geri, Untung saja Ayah dan Bunda keluar beberapa menit yang lalu.
"Ngapain sih!" Aria mendengus kesal.
"Bikin kaget."
"Maaf..maaf, lagipula kau juga ngapain ngelirik handphone terus?"
"Aku nggak melirik handphone.."
"Kau melirik." Balas Pradipta.
"Menunggu siapa?"
"Bukan siapa-siapa."
"Hmm...mencurigakan." Geri merangkak mendekati Aria, duduk tepat di sebelah wanita itu.
"Aku mau bermain tebak-tebakan, tapi aku hanya punya satu nama."
"Arian ya?" Pradipta justru lebih dahulu menyebutkan namanya.
"Kalian sudah bertukar nomor?"
"Wah keren, padahal dia baru saja merusak imagenya beberapa hari yang lalu." Geri membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up
أدب المراهقين"mereka tumbuh dari cinta anak-anak yang terdengar konyol, menjejajaki tangga kedewasaan, hingga akhirnya kembali bergandengan tangan"