page 13

2 0 0
                                    

"Sudah move on dari Ardana rupanya."
Aria mendengus sebal.
"Memang aku pernah bilang belum move on?"
"Kelihatannya begitu." Geri berbisik.
"Jadi ngobrolin apa kalian kemarin?"
"Cuma ngobrol tentang sekolah dan kehidupan sehari-hari."
Geri merebahkan tubuhnya, menatap Aria malas. "Membosankan."
Dikritik seperti itu, Aria menatap temannya kesal. Satu pukulan sedikit keras wanita itu layangkan pada dada Geri, membuat temannya itu memekik kesakitan.

"Diam."
"Ayolah, Dipta, kau juga berpikir itu membosankan kan?"
"Apa sih yang kau harapkan dari percakapan anak SMP? Membahas perekonomian negara?"
"Setidaknya sedikit bermutu sedikit."
"Percakapanmu dengan wanita yang kau sukai justru lebih aneh lagi."
"Setidaknya lebih bermutu."
"Jadi maksudmu bertukar stiker itu lebih bermutu daripada punyaku?"

Mungkin jika Pradipta tidak segera menangani mereka berdua, Geri dan Aria sudah akan saling menjambak rambut satu sama lain. Lihat saja sekarang dua manusia itu tidak peduli dengan buku bahasa Indonesianya yang terinjak.
Menghela nafasnya, Pradipta pelan-pelan berdiri. Menarik telinga Aria dan Geri bersamaan, yang membuat dua temannya itu memekik kesakitan.
"Kalian berdua diam."
"Aria duluan!"
"Geri duluan!"
Seruan itu dilontarkan secara bersamaan, membuat keduanya saling bertatapan, lalu kembali berusaha menarik rambut satu sama lain. Tapi kemudian, dering notifikasi yang masuk ke handphone Aria membuat wanita itu menghentikan kegiatannya dan beralih mengambil handphone-nya dengan cepat.
"DIBALAS!"
Geri mendengus geli, sedangkan Pradipta menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Aria yang kini sudah duduk dan fokus membalas chat dari Arian.
"Tapi kalau kamu membalas secepat itu, apa tidak kasihan Arian?" Pradipta kali ini angkat bicara.
"Dia juga punya kegiatannya sendiri kan? Kalau kamu membalas secepat itu dan tidak memberinya jeda, apa dia bisa melakukan kegiatannya?"
"Tapi Rian justru menyukainya."
"Wah lihat, sudah memakai panggilan kesayangan." Geri menyahut.
"Kesayangan apanya sih, itu kan nama dia."
"Iya deh."
Setelahnya hanya berisi suara coretan bolpoin milik Pradipta, suara tv, dan suara tangan Aria yang sibuk membalas pesan-pesan Arian. Meninggalkan Geri yang kembali merebahkan diri, tanpa menyadari tatapan lain dari bocah itu ketika Aria tertawa karena pesan yang dikirim Arian. Dan tanpa Geri ketahui bahwa Pradipta menyadarinya.
**

Grow UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang