page 19

1 0 0
                                    

"Dimakan anak-anak, bunda tinggal keluar sebentar ya."
"Iya, bunda. Hati-hati."
Begitu suara pintu ditutup, kini menyisakan suara tv yang menyala dan suara mengunyah. Pradipta duduk diatas sofa sambil bersila, sedangkan Aria dan Geri ada dibawah. Layaknya seorang raja kepada bawahannya, dua temannya yang gampang dibodohi itu mau-mau saja menyiapkan segala keinginan Pradipta.
"Jadi, kalian ngapain disini?" Yang punya rumah bertanya sambil mengunyah cimol lima ribuan yang dibeli Aria tadi.
"Kangen ya?"
"Iya nih." Begitu mendengar jawaban Geri, Pradipta sontak membuat wajah kesal luar biasa.
"Inget ya, yang nemenin kamu selama di rumah sakit tuh aku."
"Iya, thanks bro." Balas Pradipta sambil tersenyum kecil.
"Terus selama aku dirumah sakit, kayaknya ada yang tambah dekat nih sama pujaannya."
Yang disindir, alias Aria justru pura-pura tidak mendengarkan.
"Tau nggak sih, ada yang akhir-akhir ini suka jajan ke kantin barengan. Mana suka banget barter jajanan koperasi, nggak modal."
"Jangan bilang ciki lima ratusan."
"Masih mending ciki, ini cuma permen yupi yang dikasih pita-pita cantik."
"Malu-maluin, kamu, ah." Pradipta mendengus kesal.
"Ngapain sih pakai barter segala, emang kamu masih hidup di jaman penjajahan?"
"Enggak gitu, kan kata ayah aku kalau kita dikasih sesuatu harus kita balas. Waktu pulang bareng sama Rian, dia ngasih aku coklat katanya buat ngehibur aku."
"Harusnya yang perlu di hibur tuh aku, bukan kamu." Balas Pradipta dengan nada sok sedih. "ngapain kamu dihibur?"
"Aku habis nabrak tau!"
"Nabrak apa?" Geri bertanya.
"Terus sepeda ku juga rusak."
"Rusak kenapa?" Pradipta menyela.
"Terus dia kasih aku coklat, katanya biar aku nggak sedih-sedih amat."
"Coklatnya yang lima ratusan ya."

Kali ini keduanya mengatakan secara bersamaan, yang menghantarkan tawa pada keduanya.
Aria mendengus sebal, memandang kesal pada dua temannya yang tengah menggodanya itu. Tangannya ia lipat di depan dada, bibirnya mencebik kesal, terlebih ketika mendengar tawa Geri yang melengking.
"Kalau kamu ketawa kayak gitu, aku yakin malam ini kamu didatengin mba Kunti."
"Kamu setannya." Balas Geri sambil tertawa. "Lagian kamu ini pendekatan atau apa sih? Caranya kok bocah sekali."
"Kan memang bocah SMP, gimana sih?!"

Grow UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang