page 14

2 0 0
                                    

Pradipta mendorong sepeda kayuhnya disebelah Geri yang sibuk menghabiskan es krimnya. Sejak keluar dari supermarket tadi, tidak ada yang berbicara di antara keduanya. Tapi, Pradipta adalah Pradipta. Ia memang bukan Aria yang suka mencari tahu dengan bertanya-tanya pada orang lain, bukan juga Geri yang mendapatkan informasi dengan mudah. Pradipta adalah tipe yang lebih suka diam dan menunggu hingga informasi itu sampai ke dirinya sendiri.
Tapi di beberapa alasan, hari ini rasanya ia ingin menjadi Aria yang mudah penasaran. Jadi, ia buka mulutnya untuk bertanya.

"Kamu suka Aria ya?" Dan Pradipta bukanlah Aria yang suka basa-basi.
"Hah?" Geri berhenti berjalan, menatap temannya yang tinggi itu terkejut. "Maksudnya?"
"Kamu suka Aria, suka sebagai perempuan, bukan teman."
"Aku nggak menyukainya."
"Jujur saja."
"Beneran, sumpah, seratus persen."
"Tapi aku melihatnya, caramu menatap Aria saat gadis itu berhubungan dengan Rian. Cemburu ya?"
"Untuk apa aku cemburu kepadanya? Aku senang kok Ria punya orang yang dia sukai."
"Bohong."
Geri menatap malas Pradipta. "Seratus persen ini." Ucapnya.
"Aku Cuma takut kalau Aria kenapa-kenapa."
"Kita masih SMP, Rian nggak mungkin melakukan hal-hal diluar kemampuan anak SMP."
"Siapa yang tahu sifat manusia, Dipta. Bahkan sekelas Ardana saja bisa menjadi se-brengsek itu." Pradipta terdiam, memilih mendengarkan perkataan Geri selanjutnya.
"Aria sudah kuanggap sebagai adik perempuan ku. Aku hanya nggak mau teman ku itu terluka."
"Geri."
"Ya?"
"Ternyata kamu sudah dewasa ya." Pradipta berpose seperti seorang ayah yang terharu mendengar ucapan putranya, sambil mengusap rambut Geri yang memekik geli. "Ayah bangga."
"Sejak kapan kamu jadi ayahku?"
"Sejak tadi, sini anakku, ku peluk kamu."
"Najis!"
Pradipta tertawa kencang mendengar jawaban Geri. "Maaf...Maaf."
"Berhenti tertawa!"
"Oke, aku berhenti."
Geri mendengus kesal, kemudian jalan lebih dahulu. Meninggalkan Pradipta dan sepedanya yang menatapnya sedih.
"Geri, tidak ada orang yang menatap adik perempuannya seperti itu."
Pradipta mungkin hanyalah bocah SMP biasa, bocah SMP yang masih suka bermain di warnet, bocah SMP  yang masih suka bermain-main. Tapi Pradipta bukanlah orang bodoh yang tidak bisa menyadari arti dari tatapan Geri pada Aria.

Kedua kakak perempuannya selalu mempunyai tatapan itu tiap kali kekasih mereka bermain ke rumah, jadi Pradipta tau dan sangat paham bahwa Geri menyimpan perasaan untuk Aria. Untuk teman perempuan mereka.
Tanpa sadar bocah tinggi itu tertawa kecil. Aria mungkin terlihat seperti wanita tomboy yang kasar, tapi Pradipta tau seberapa baik wanita itu. Seberapa mudahnya wanita itu untuk membantu orang lain, seberapa bodohnya wanita itu mengenai lelaki, dan seberapa naifnya Aria. Tapi Aria adalah Aria, wanita kuat dengan pendiriannya yang tegas.
Mungkin, karena alasan itu Geri menyukainya. Dan mungkin, karena alasan itu juga ada rasa tidak senang di hati Pradipta.
"Mau bersaing, Geri?" Bisiknya pada sosok Geri yang sudah semakin menjauh.
"Tapi, bukannya sudah kelihatan siapa pemenangnya?"

Grow UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang