Chapter 13: Penjelasan

21 2 0
                                    

"Jadi, lo putus sama dia karena alasan dia selingkuh?"

Liora mengangguk dan mengambil tisu untuk mengelap matanya. Entah sudah berapa lembar tisu yang dirinya gunakan. Saat Dika tau Liora ingin bercerita, Dika langsung menepikan motornya lalu duduk di trotoar dan mengeluarkan satu bungkus tisu dari bagasinya. Setelah itu Dika mempersilakan Liora untuk bercerita.

"Setelah itu berapa minggu kemudian kak Arya jujur sama gue kalau dia sempet berpaling dari gue, gue yang awalnya sudah tau dan sudah memaafkan terpaksa harus bohong. Saat itu gue balik marah, gue keluarin semua kata yang gak enak didengar."

"Wajar aja si, orang dia selingkuh dari lo, hebat juga lo bisa kuat punya cowok kayak dia."

"Gimana ya kak, saat itu gue gak punya siapa-siapa lagi selain Kak Arya sama keluarga Kayla. Setiap mereka buat kesalahan apa pun pasti gue maafin."

Dika mengangguk, tanda mengerti.

"Terus kok lo bisa di Yogya?"

"Keluarga Kayla awalnya mau pindah, karena di Yogya mereka dapat kontrakan yang lebih strategis untuk usaha ibu Kayla. Saat pindah gue berharap gue bisa buka lembaran baru, gue kekeh mau kos sendiri, karena gue ngerasa beban kalau masih terus ikut keluarga Kayla, walau mereka gak masalah tapi gue gak enaklah kak. Jadi gue ngekos dan gila sendiri cari kerjaan, gue cuman tamat SMA gue gak punya uang buat kuliah, uang sisa jual rumah mau gue buka buat usaha makanan awalnya, apalagi gue udah belajar banyak dari ibu Kayla, tapi gak jadi karena gue takut jadi saingan ibu Kayla. Sampe akhirnya gue lagi jalan dengan pikiran kosong ketemu Kak Raka yang lagi bagi-bagi pamflet."

"Oh, gue inget banget tuh. Dia bagi-bagi banyak cewek cakep yang ambil sekedar nelfon dan kenalan hahaha padahal saat itu kita lagi butuh banget seorang chef. Eh akhirnya lo nelfon dan ya. Kita rintis karir bareng."

Liora kembali tersenyum mengingat mereka berempat yang kelelahan membangun hotel dan restoran secara bersamaan. Jika ditanya kenapa Raka tidak meminta bantuan ayahnya yang bersetatus seorang pengusaha ternama, raka tidak mau dia ingin mandiri dan sukses hasil jerih payah dirinya sendiri. Pada akhirnya saat hotel ini sukses Raka memberi jabatan tertinggi kembali ke ayahnya, karena dirinya terlalu lelah jika harus mengurus ini itu, jadi dia meminta bantuan sedikit dari ayahnya. Ayah Raka tidak hanya bekerja disatu bidang, tetapi banyak, dan ini membuat beliau memiliki banyak pengalaman.

"Sekarang kak Arya berdiri di hadapan gue, gue gak bisa kak. Rasa sakitnya kembali lagi. Dimana saat itu dia yang nolongin gue, bantu gue, tapi disatu sisi, gue benci kak sama keluarganya.."

"Gue paham. Makasi ya lo mau kebuka sama gue. Udahlah yok pulang, udah malem. Entar lo sakit gue yang kena seleding oleh Raka."

Liora hanya tertawa dan menggeleng kepalanya. Lihatlah betapa Raka sangat sayang kepada Liora.

"Terus.. kenapa lo gak mau nerima Raka?"

...

"Gakpapa nih kak Liora pulang sama kak Dika?"

"Ya gakpapa, gue percaya sama mereka."

"Oke.."

Hening, itulah yang dia rasakan, Kayla yakin bahwa Raka pasti memikirkan Liora. Raka takut Liora akan berpaling dari dirinya. Membayangkan itu membuat Kayla tertawa.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri. Plis Lak jangan bikin gue takut."

"Gak, lo takut ya kak? Liora direbut sama kak Dika."

"Sembarangan! Gak mungkin."

"Lah, apa yang gak mungkin di dunia ini"

"Dih, lo mau liat Dika pacaran sama sahabat lo? Sedangkan lo suka sam dia."

"Kalau gue si gak masalah ya kak, gue cuman mau Liora bahagia itu doang."

Raka terdiam. Lalu tiba-tiba sosok Arya terlintas begitu saja dalam pikiranya. Bagaimana jika suatu saat Liora memilih Arya? Apa yang harus Raka katakan? Iklas? Sepertinya Raka tidak bisa. Dirinya sudah lama menyungkai gadis imut itu. Tidak mungkin Raka bisa mengiklaskan begitu saja.

"Hm, gue masih bingung, kenapa ya Liora gak nerima gue? Gue kurang ganteng kah? Kurang mapan?"

"— oh atau gue harus berkulit sawo mateng? Terus tinggi?" Lanjutnya.

"Gak gitu juga dong bro, cukup lo jadi diri lo sendiri kak. Itu sudah cukup untuk Liora."

Raka mengangguk berusaha menepis apa yang dia pikirkan. Raka hanya menginginkan Liora dan membuat gadis itu bahagia. Hanya itu. Raka sangat menyayangi Liora, dari sifat karakternya, hobinya, bahkan hal-hal kecil yang terkadang membuat Raka berpikir bahwa gadis seperti ini tidak boleh disia-siakan. Mobil itu terus melaju menujur rumah Kayla, hingga mobil Raka berhenti tepat disebelah pagar rumah Kayla.

"Makasi ya kak, oh iya sebelum itu gue mau bilang."

Raka diam, tumben Kayla serius, jika Kayla sudah serius pasti dirinya ingin menyampaikan sesuatu dan Raka harus menerapkan itu.

"Lo bukan enggak sempurna kak, tapi Liora yang enggak sempurna."

Raka bingung. Satu alisnya terangkat. Liora sangat sempurna dimata Raka, bahkan dikeluarga Raka. Apa yang salah?

"Liora selalu berpikir lo cowok yang sempurna kak, bibit bobot lo udah dari keluarga yang sempurna, sedangkan dia jauh dari kata sempurna. Dia cuman mau jaga nama baik lo, apalagi papa kakak seorang pengusaha terkenal yang sering jadi motivator orang-orang. Gimana kalau publik tau kalau papa kakak punya mantu yang keluarganya complicated?"

"Oh, karena itu.."

"Yang lo bisa lakuin saat ini kaa cuman bisa buat Liora percaya bahwa status itu gak penting. That's it, cuman itu."

"— bye kak! Gue turun ya, mau bantuin ortu." Kayla turun dari mobil Raka dan melambaikan tanganya. Raka membuka kaca dan tersenyum lalu mengangguk. Raka tau saat ini tujuanya akan kemana. Saat ini Raka sudah memiliki tujuan. Biasanya Raka selalu bergerak tanpa arah untuk mendekati Liora.

...

"Kak? Besok bisa ketemu?"

Arya yang masih berbaring, dan menerima telfon dengan setenga sadar karena ini masih jam lima pagi, tiba-tiba matanya melotot ketika mendengar suara Liora.

"Bisa! Bisa banget."

"Oke, nanti sore aku tunggu di lobby hotel ya!"

"Oke!"

Liora mematikan telfon secara sepihak, setelah itu Arya berteriak. Ini waktu yang ditunggu-tunggu dirinya. Dirinya ingin sekali mengambil Liora kembali, saat ini dirinya sudah sangat mapan dan bisa menghidupkan Liora. Arya sudah membayangkan jika dirinya kembali ke Liora, tapi itu kemungkinan kecil terjadi. Arya masih ingat dimana dirinya sempat berpaling dari Liora, selingkuh. Walau hanya seminggu. Arya saat itu sungguh merasa bersalah, bahkan sampai sekarang, karena dirinya sudah memperdalam luka Liora. Saat ini, saat yang sangat tepat untuk Arya memperbaiki hubunganya dengan Liora.

"Oi! Gak usah teriak-teriak, gue mau tidur."

"Sorry bro! Gue seneng bet gila!"

Lalu Arya meletakan kembali di atas meja disamping kasurnya dan kembali memejamkan mata dengan senyum yang sangat lebar. Hingga dirinya lupa bahwa dirinya memiliki saingan yaitu Raka. Laki-laki itu tak pernah menyakiti Liora bahkan melakukan apa pun untuk Liora, yang jelas akan sangat jauh dari Arya yang dulunya pernah memberi luka terhadap Liora.

🥕🥕🥕

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang