Tenggelam ke Masa Lalu: Luka Tersimpan

13 3 0
                                    

⚠️ trigger warning ⚠️
...

*ps : jangan lupa sambil denger lagu ya

...

"Pa! Papa gak punya otak!? Mama itu lagi hamil!"

"Kamu kenapa? Papa baru pulang."

"Otak papa itu mana!? Kemarin kenapa papa pukul mama!"

"Mama kamu duluan yang mulai!"

"Kenapa!? Karena mama tanya papa selingkuh atau enggak? Kenapa? Kalau bohong itu yang serius dong pa, papa gak pulang karena kerja atau main sama wanita lain?"

Liora terkekeh, ayahnya sangat bodoh karena tidak bisa menyembunyikan selingkuhanya itu. Liora sudah tak peduli lagi jika dirinya dianggap anak durhaka atau tidak, ayah seperti ini sudah tidak patut di hormati. Saat itu wajah ayah Liora berubah berwarna merah, amarahnya sudah tak terkendali. Inilah yang sangat Liora tunggu, melihat ayahnya marah. Liora terdiam. Satu tamparan mendarat di wajah mulusnya, menimbulkan bekas merah keunguan bahkan ujung bibirnya mengeluarkan darah, badanya pun terpental dan terjatuh. Ayahnya berjalan mendekati Liora yang sudah terduduk di lantai dan memegang dagu anak semata wayangnya.

"Dengar, kamu itu masih kecil, jaga mulut kamu. Kamu mau jadi apa kalau gak ada papa? Uang sekolah kamu, uang baju kamu itu semua uang papa."

"Kalau papa masih pamrih kenapa papa gak bunuh aja aku!? Aku juga gak mau pa kalau hidup aku kayak gini!"

Satu tamparan kembali dilayangkan ke wajah Liora.

"Sekali lagi kamu lawan papa! Mama kamu yang papa habisi!"

Liora bungkam, hatinya hancur, ternyata Liora sangat tidak pantas untuk bahagia. Ayahnya, laki-laki yang seharusnya menjaga anak gadis satu-satunya, justru bermain tangan, bahkan dengan mudahnya menyakiti fisik Liora. Ayahnya meninggalkanya begitu saja. Liora berjalan ke kamarnya, melihat ibunya yang sedang tidur, wajah ibunya terlihat sangat damai, Liora ingin wajah ibunya terus seperti itu. Liora tidak mau ibunya tidur bersama ayahnya, Liora takut jika ayahnya kumat lagi, bahkan beberapa luka memar masih belum sembuh total di tubuh ibunya.

"Maaf ya ma, kalau Liora belum bisa bantu apa apa."

Liora tidur disamping ibunya dengan memeluk lengan wanita itu, Liora menangis dalam diam. Air matanya sudah tak tertahan.

...

"Kenapa lo? Kok pake masker?"

"Lagi flu gue, entar ketuler satu kelas."

"Mau ke kantin gak?"

"Gak deh, lo aja."

Kayla mengangguk lalu berjalan keluar kelas. Bagaimana Liora ingin makan jika pipinya memar? Apa kata orang-orang jika Liora membuka masker dan terlihat luka memar di wajahnya. Liora pun berjalan keluar kelas, keadaan di koridor sangat sepi karena semua murid di kantin, di sekolah Liora tidak diperbolehkan makan dikelas karena bisa menimbulkan bau yang tak sedap. Liora berjalan ke belakang sekolah, Liora ingin mengobati lukanya, ia tidak mau ada orang yang tau. Ada beberapa sofa yang sudah rusak atau loker yang rusak di belakang sekolahnya, bisa di bilang ini tempat pembuangan barang yang rusak.

"Loh? Kakak ngapain disini?"

"Ngerokok, lo ngapain disini?"

Arya melihat Liora memegang obat oles, kapas, dan plester. "Lagi sakit?" Ucap Arya. Liora menggeleng, dia tidak mau ada orang yang tau. "Kenapa? Jujur aja kali, gue gak masalah." Lanjut Arya, Liora kembali menggeleng. Arya mendekat, Liora ingin lari, namun sayangnya lenganya sudah di tahan Arya. Arya pun menarik masker Liora.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang