Chapter 10: Dengar Kata Dika (2)

21 4 0
                                    

Hari ini mari kita menjelajahi dunia Dika dan Kayla. Hari ini seperti Rutintitas biasa, Dika berada di meja resepsionis dan Kayla di dapur. Saat istirahat biasanya Dika akan datang ke dapur entah mencoba masakan Liora atau menerima makanan dari ibu Kayla. Jika ditanya seakrab apa Dika dan orang tua Kayla jawabanya mereka sangat akrab, bahkan terkadang saat sedang libur Dika tak sungkan untuk bermain di rumah Kayla. Sekarang Dika sibuk bekerja, Dika kalang kabut untuk menutupi prekonomianya, dia memiliki adik yang masih di bangku Sekolah Menengah Atas, memiliki ibu yang sedang sakit.

Saat ini matahari sudah berdiri tegak di atas kepala, Siang ini Dika berganti shift dengan temanya. Seperti biasa saat dirinya mendapat jam istirahat Dika akan bermain di dapur. Seperti siang ini, ruang loker di dapur sangat ramai akan canda tawa, siapa lagi kalau bukan Dika yang lontarkan. Dika memiliki selera humor yang sangat bagus, dirinya tak pernah gagal untuk melucu. Setelah jam istirahat Dika kembali lagi ke shiftnya.

Matahari sudah terbenam, pertanda sudah jam pulang Dika. Seperti biasa Dika akan mengantar Kayla pulang terlebih dahulu, tapi hari ini sepertinya Dika akan mengajak Kayla untuk makan malam terlebih dahulu sebelum pulang. Angin malam ini begitu sejuk, Kayla yang duduk di belakang Dika memeluk erat tubuh Dika. Dika membawa motornya menuju warteg dekat rumah Kayla, tempat ini sudah menjadi langganan mereka berdua jika ingin makan malam.

"Seperti biasakan?"

Dika hanya mengangguk dengan melihatkan cengiran khasnya. Bahkan ibu yang berjualan sudah hapal dengan menu makan mereka berdua. Dika awalnya mencoba makan disini karena tempatnya yang bersih dan harga yang murah. Berakhir ini menjadi tempat makan kesukaanya, pernah sekali kali Dika mengajak Raka dan Liora makan disini, kalau soal kuliner yang enak dan murah Dika orang yang patut dicari.

"Liora tadi kambuh lagi."

Dika yang awalnya sedang menikmati hidangan di depan matanya tiba tiba terdiam. Diamnya Dika membuat Kayla melanjutkan ceritanya. Kayla merasa bersalah pada Liora, bagaimana pun kemarin Kayla berlebihan, Kayla tau Liora memiliki panick attack tapi Kayla melupakan hal sepenting itu. Kayla tau, kalau dirinya ada masalah pasti Kayla akan selalu bercerita ke Dika, Dika ini sudah seperti rumah ke dua untuknya walau sampai detik ini mereka tidak memiliki hubungan apa-apa.

"Gini La, kalau lo mau marah atau ngingetin dia sesuatu coba jangan pakai emosi. Bagaimana pun Liora mempunyai sisi tersendiri, dan harus kita yang mengerti posisi dia."

"Lo tau sendiri kak kalau gue ini anaknya emosian."

"Iya, kalau gak liat lo emosian kayak bukan lo, hahaha."

Kayla diam, sungguh rasanya lega setelah bercerita. Biasanya jika Kayla bercerita dengan kedua orang tuanya, pasti akan berakhir dengan dirinya yang disuduti. Setelah mereka selesai acara makan malam Kayla mengeluarkan jumlah uang dan membayarnya, sama dengan Dika. Dika kembali mengendarai motornya dengan Kyla yang senantiasa memeluk Dika dari belakang. Udara sejuk yang mengibas tubuh Kayla seperti tak terasa apapun saat ini Kayla kalut memikirkan keadaan Liora. Setelah kemarin Liora pingsan dan tidur di ruangan Raka, Kayla kembali melanjutkan pekerjaanya dan Liora di antar Raka pulang ke apartemenya. Hari ini Liora tidak masuk kerja, sepertinya besok Kayla akan menjenguk Liora.

"Bilang ke Ibu ya, maaf aku gak bisa mampir. Besok mau kerja."

"Iya kak, mama pasti ngertilah."

"La, gue cuman mau bilang. Gue tau, lo selalu mau ngasih yang terbaik buat Liora, tapi kalau yang terbaik buat lo tapi enggak buat Liora gimana? Lo bakal terus dukung dia kan? Dalam artian kalau dia masih milih Arya dari pada Raka lo tetep dukung dia kan?"

Kayla diam, matanya menyorot mata Dika. Pria di depanya juga diam. Dunia seperti berhenti bergerak, mulut Kayla terlalu kalut untuk berbicara.

"Gue juga bingung, Raka kurang apa coba? Udah ganteng, kaya, anaknya lembut begitu. Tapi gue gak bisa maksa Liora buat nerima Raka, kalau dia gak suka giamana? Cinta gak mungkin dipaksa, menurut gue kebahagiaan Liora yang pertama."

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang