Billa Aneh

87 11 4
                                    

Minggu siang bolong di bawah pohon pisang ada Hanna dan Raya yang main masak-masakan. Raya sengaja mengambil mainan adiknya untuk ia gunakan bersama Hanna. Saat ini dua gadis prik itu sedang memotong dedaunan. Lalu ada daun pepaya yang sudah kering dijadikan bawang goreng. Lalu ada pelepah pisang disulap menjadi timbangan. Mereka serasa kembali ke masa anak-anak.

"Eh Han kayaknya kita kekurangan personil deh. Masa kita jualan gak ada yang beli," kata Raya sambil memasak tanah goreng.

"Iya juga ya. Nanti kalo Billa udah datang suruh jadi pembeli," sahut Hanna.

"Tapi tuh anak belum nongol-nongol," ucap Raya sambil berpura-pura mencium aroma masakannya.

"Bentar juga datang. Ray cobain deh kue buatan gue!" Hanna mengambil kue kering yang terbuat dari tanah campur air lalu dikeringkan di bawah sinar matahari.

Raya pura-pura memakan kue buatan Hanna, "Udah enak kok Han. Pinter masak juga lo. Bolehlah nanti ikutan Dangdut Academy".

"Tapi ya Ray gue tuh punya cita-cita suatu saat pengen punya usaha nasi gandul khas Pati. Biar makin terkenal kayak nasi padang, bakso malang, sate Madura terus pempek palembang," kata Hanna sambil membayangkan memiliki usaha yang memiliki banyak cabang.

"Semoga terwujud ya biar gue bisa makan gratis tiap hari," celetuk Raya.

"Mata lo makan gratis. Gue bisa bangkrut dong kalo lo minta gratisan mulu," protes Hanna.

Bugh!!

"WADAW!!!" teriak Hanna karena bibirnya terkena bola voli.

"Eh sorry Han, gue gak sengaja. Untung bola gue gak kenapa-napa," ucap Yuyun dengan panik.

Raya memukul lengan Yuyun, "yang harusnya lo khawatirin itu Hanna, bukan tuh bola voli".

"Tapi kan bola gue belinya mahal Ray," Yuyun memeluk boli volinya itu dengan erat.

"Yaelah Yun bola rusak mah bisa beli baru. Lah kalo Hanna emangnya lo bisa bikinin yang baru?" omel Raya.

"Ya.... enggak lah," jawab Yuyun.

"Karena lo udah bikin bibir gue dower. Jadi lo harus tanggung jawab," ancam Hanna.

"Tanggung jawab ngempesin bibir lo pake paku gitu?" tanya Yuyun.

"Ya bukan kayak gitu peak. Lo harus ikutan kita main masak-masakan dan jadi pembeli!" suruh Hanna.

"Males ah. Kayak bocil," tolak Yuyun.

"Lo nurut apa gue sembelih?" ancam Raya sambil memegang pisau.

Yuyun yang takut dengan benda tajam langsung menciut, "iya deh, gue mau ikutan kalian berdua main".

Akhirnya Raya, Hanna, dan Yuyun pun bermain bersama. Yuyun sekarang sudah mengumpulkan daun jambu yang nantinya akan digunakan sebagai mata uang. Mereka bertiga kini teringat dengan kegiatan masa kecilnya itu.

"Billa kenapa sih kok tiba-tiba jadi aneh?" tanya Yuyun.

"Kayaknya gak ada yang aneh dari Billa deh. Dia keliatan kayak biasanya," jawab Raya.

"Ih Billa aneh woi. Tadi kan gue ketemu dia duduk sendirian di depan pabrik kerupuknya Pak Yanto. Terus gue sapa tapi tuh anak cuma bengong gak gerak. Sampe gue hampirin terus tak toel-toel tetep aja diem," jelas Yuyun.

"Palingan lagi tidur Yun," ucap Hanna.

"Masa tidur matanya melek. Aneh lo," kata Yuyun.

"Halah paling dia masih shock soalnya masuk 10 besar di kelas," ucap Raya sambil membungkus tanah goreng dengan daun pisang.

Trio KecebongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang