Prolog

33.5K 3.9K 914
                                    

⚠️WARNING⚠️

1. Dikarenakan cerita ini menggunakan visual idol, kalian DILARANG MENYANGKUT PAUTKAN TOKOH FIKSI DI CERITA INI DENGAN REAL LIFE NYA PARA IDOL!!

2. DILARANG LATAH, membahas nama tokoh fiksi ini di postingan rl nya para idol!

3. Dilarang membahas dan promosi cerita orang lain di lapak ini!

4. Tidak diperkenankan untuk berkomentar dengan bahasa yang kasar, memaksa, menuntut apalagi menekan penulis!

Sebelumnya cerita ini udah aku publish dalam bentuk AU di Instagram. Kalian bisa cari di username ig wnd.sulis__

Dan, untuk ini aku mau buat versi Wattpad nya dengan isi dan penulisan yang sedikit berbeda.

Tolong nikmati ceritanya, apresiasi dengan vote dan komentar jika kalian suka.
Jangan lupa untuk dibagikan ke teman-teman juga.

Sekian, terima Na Jaemin 🫶

•••

"Waduh, siang hari yang cerah, bertambah cerah setelah melihat wajah Om Jamal," ucap Juan begitu Jamal membukakan pintu utama untuk ketiganya.

Jamal memutar bola matanya malas, "siang hari yang sejuk menjadi panas setelah ngeliat muka kalian bertiga."

"Saya juga, Om? Katanya anak yatiem mukanya menyejukkan." Starla menaik-turunkan alisnya.

"Ohya bener, berarti kecuali kamu," koreksinya.

Kini giliran Naren dan Juan yang memutar bola matanya malas. "Sabar, cok, yatiem selalu benar." Naren menepuk bahu temannya.

Juan mengangguk, "nggak ada niatan mau login?"

"Login apaan?"

"Login jadi yatiem."

"Bapak lo, yatiem." Suara pukulan langsung terdengar nyaring, begitu Naren menggeplak dengan tidak slay di lengan Juan.

"Ya kalo Bapak gue emang yatiem, anjritt."

"Ini dalam rangka apaan kamu bawa mereka ke rumah? Kebetulan tadi pagi Siti masak nasi dikit doang, gak cukup kalo buat bertiga."

"Ya nggak usah ditawarin makan, mereka mau ngobrak-abrik rumah doang," balas Naren seenaknya.

"Berhubung besok hari Minggu, Om, jadi kita main kesini," ujar Juan menimpali.

"Halah, kamu kalo besoknya Senin juga tetep main. Mana diusir berkali-kali juga nggak mempan lagi," sahut Jamal misah-misuh.

Juan tertawa terbahak-bahak, semua perkataan Jamal itu nyata dan benar adanya. Pekerjaannya setiap hari memanglah hanya numpang WiFi di rumah Naren, sekalian menyumbangkan sampah jajanan di kamar laki-laki itu.

Tidak heran kalau Jamal maupun Siti sampai bosan dengan Juan. Siti yang merasa hanya melahirkan satu bayi, sekarang malah harus merawat dua bocah yang kelakuannya rada-rada semua.

Berbeda dengan Starla, anak yatiem yang lebih suka dirumah dibandingkan harus main bersama teman-temannya.
Untuk bisa sampai di rumah Naren hari ini saja tentunya harus dengan paksaan terlebih dahulu.

"Kebetulan hari ini MPLS nya selesai, Om, jadi kita mau ngerayanin dengan ngotorin rumah Om Jamal dan Tante Siti yang berakhlak mulia ini."

Jamal meneguk ludahnya, tidak dalam rangka merayakan sesuatu saja ketiganya sudah hobi mengotori rumah, apalagi ini?

"Ngerayain apa-apa tuh malem Minggu gitu, lah ini udah dari Sabtu siang."

"Kalo malem Minggu Naren sibuk, Pa," sahut anaknya.

"Sibuk ngapain lo?" tanya Juan tak percaya. Bukankah Naren dengannya ini sefrekuensi? Sama-sama manusia yang minus kesibukan.

"Eh, jangan tanya malem Mingguan gue kemana, udah pasti ke masjid dong." Naren menaik-turunkan alisnya dengan wajah tengil yang memancing siapapun untuk menampolnya.

Juan menabok bahu Naren dengan ala-ala slay manjalita. "Aww, halalin aku dong, Mas."

"Emang lo haram? Oh ya, lo kan babi."

"Bangsit."

Starla bagian mijit-mijit pelipisnya sendiri kalau Naren dan Juan sudah mempunyai bahan ribut. Keduanya selalu saja punya dunianya sendiri, pembahasan out of the box yang menurut Starla nggak ada penting-pentingnya.

Entahlah, hanya Naren dan Juan yang tau sensasinya ribut tanpa faedah.

"Udahlah, Om pusing liat orang nggak waras kaya kalian. Terserah kalian deh, mau ngotorin rumah, coret-coret rumah atau bakar rumah sekalipun juga nggak papa, asal nggak jual sertifikat rumah aja," ujar Jamal pasrah.

"Jual sertifikat rumah mah nanti, Pa, kalo Naren udah mau nikah sama Starla."

"Idih, ogah." Starla bergidik ngeri.

Jamal memilih untuk kembali memasuki rumahnya, tidak mau lebih berlama-lama lagi berurusan dengan Naren beserta dayang-dayangnya. Ia tidak mau rambut lebatnya yang baru saja disalon harus rontok karena stres mengurusi mereka.

"Anjir, gue lupa." Naren menepuk jidatnya sendiri.

"Lupa apa?" tanya Starla.

"Gue tadi mau mampir ke Optik buat beli kacamata."

Juan mengernyit heran, "ngapain beli kacamata? Kan yang minus akhlak lo."

"Ikan hiu lagi nenen, pack you men."



















Yeaayyyy, selamat datang di cerita baruku

Selamat untuk kembali jatuh cinta dengan karakter fiksi buatanku.

Selamat untuk kembali jatuh cinta dengan karakter fiksi buatanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu, 24 Desember 202219

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu, 24 Desember 2022
19.00

NARENDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang