Seperti biasa anak-anak, mana emot babinya??
- Happy Reading -
***
Ada rasa lega setelah Naren mengaku kalau memang dirinya yang mengambil uang Jamal di saku jaket Papanya yang di gantung di belakang pintu kamar mandi.
Ia juga tidak takut makan uang haram, toh uang yang ia ambil tadi pagi ia gunakan untuk membayar kas yang sudah menunggak dan membayar utang cireng di Mbak Wati.
Menurut Naren, karena cirengnya dimakan sebelum ia bayar dengan uang haram, artinya si cireng itu masih masuk kategori halal.
Kalau menurut kalian aneh, mohon jangan ditiru.
"Lain kalo kalo butuh duit bilang aja, jangankan seratus lima puluh ribu, kamu minta sepuluh ribu aja paling-paling Papa tombak pake pedang nagasaki," ujar Jamal pada anaknya.
"Makannya mending Naren nggak bilang-bilang, menghindari diri dari tombak nagasaki."
"Kamu ambil uang segitu buat apa? Jangan boros-boros, usaha cafe Papa lagi nggak begitu rame." Tanya Jamal sambil sedikit mengeluh.
Ini adalah kerja dari rumah yang Jamal maksud, ia mendirikan cafe sejak Naren masuk SMP dan masih beroperasi hingga sekarang.
Ia punya orang kepercayaan, Bagus namanya. Keberadaan Bagus membuat Jamal sendiri jarang turun langsung ke Cafe-nya. Ia lebih sering membantu Siti di rumah, mengerjakan pesanan kue yang selalu ada setiap harinya.
Manusia absurd seperti Jamal juga kadang ingat cara untuk bersyukur. Ia bersyukur masih bisa mencukupi kebutuhan hidup bersama istri dan anaknya, dari bisnis cafe yang ia punya.
"Buat bayar kas Pa, sama bayar utang cireng di Mbak Wati."
"Semuanya?"
Naren menggeleng, "bayar kas tiga puluh lima ribu, utang cireng lima belas ribu."
"Butuhnya lima puluh ribu kenapa yang diambil seratus lima puluh ribu?" Tanya Siti menimpali.
"Seratus ribunya masih Naren simpen kok, tadinya kalo Papa nggak heboh ya mau Naren pake jajan aja."
Jamal mengulurkan telapak tangannya, bermaksud meminta kembali uang yang diambil anaknya. "Sekarang karena Papa heboh, jadi mana uangnya?" Tanyanya.
Naren langsung menampilkan raut wajah memelasnya, "tega emang Pa, minta duit anaknya?" Ia balik bertanya.
"Duit anaknya gimana? Orang itu duit Papa."
"Kali-kali beramal sama anaknya, Pa."
"Boro-boro beramal sama anak, beramal sama istri aja nggak pernah." Siti mencebikkan bibirnya, Jamal memang tergolong ngirit yang terlalu ngirit.
Meminta duit pada Jamal tidak akan mempan kalau hanya dengan alasan yang tidak masuk akal. Harus disertai proposal bertanda tangan Pak Lurah dan Pak Gubernur, baru dananya bisa dicairkan.
Untungnya Siti punya pemasukan sendiri dari pesanan kue-nya. Jadi tidak masalah kalau dana dari Jamal belum juga cair.
"Orang pelit, lambungnya sempit, Pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA [TERBIT]
Teen Fiction🚫𝐊𝐀𝐋𝐀𝐔 𝐌𝐀𝐔 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓🚫 Namanya Narendra, anak tunggal Jamal dan Siti yang keberadaan akhlaknya sudah perlu dipertanyakan dari dahulu kala. "Akhlak eobseo" begitu kata Juan, bestie Naren yang kelakuanny...