13. Akhlak Eobseo

7.1K 1.9K 1.7K
                                    

Haii haii halloooo
Sampai hari ini gimana puasanya??

Maaf ya, udah lama banget ga update🙏🏻
Ternyata produktif di bulan puasa itu susah😭

Seperti biasa, ayo berternak babi!!

- Happy Reading -

•••

Sedari bel pulang sekolah berbunyi, Naren berjaga-jaga untuk tetap menggaet tali tas punggung Juan agar laki-laki itu tidak lagi menghilang seperti kemarin.

"Gue nggak bakal kabur secepet jin iprit elah, Na. Ngapain digaet terus sih tas nya?" Omel Juan karena merasa kesulitan berdiri.

"Siapa tau disuruh fotokopi sama Pak Geboy lagi, kan uang bensinnya bisa dibagi dua," balas Naren sambil cepat-cepat membereskan buku-buku di mejanya.

Juan memutar bola matanya malas, ia kembali duduk sembari menunggu Naren beres-beres bukunya.

"Lo berdua masih lama? Gue pulang duluan ya," tanya Starla, gadis itu sudah berdiri di ambang pintu bersama Inara.

"Gue mau main ke rumah Naren, nggak ikut?" Juan balik bertanya.

"Kayaknya enggak deh, Mama gue masih di rumah."

Juan mengangguk-anggukan kepalanya, "yaudah nggak papa, hati-hati ya."

"Sipp, lain kali aja gue mainnya." Starla mengacungkan jempolnya, kemudian hilang dibalik pintu.

"Emang si Mentari jahat yah?" Tanya Naren.

"Setahu gue sih nggak ada sinyal, gue sekarang pake Telkomsel soalnya."

Naren mengernyit bingung, ia kemudian menoleh pada Juan yang wajahnya lempeng-lempeng saja. "Emaknya si Starla nggak ada sinyal? Gimana maksud lo?"

"Hah?" Tanya Juan tak kalah bingung, keduanya berakhir saling pandang dengan wajah cengo dan kebingungan masing-masing. "Oh, emaknya Starla namanya Mentari ya? Gue lupa, anjir." Juan menepuk-nepuk kepalanya sendiri.

"Terus Mentari yang lo maksud tadi?"

"Kartu mentari."

"Teh botol, teh kotak. Udah tolol, nggak ada otak."

•••

Tidak sulit untuk Juan menghindari pulang ke rumah, selagi masih ada Naren yang jadi temannya. Karena, pintu rumah Jamal akan selalu terbuka lebar untuknya, meskipun Jamal berkali-kali mengomel jika dirinya bermain terlalu lama.

Jamal menganggap Juan sudah seperti anaknya sendiri, jadi percakapan apapaun untuk keduanya hanyalah candaan, tidak akan dibawa serius.

Maka dari itu, Juan tidak pernah sekalipun merasa sakit hati jika Jamal sudah menyuruhnya pulang, karena itu hanyalah bentuk candaan agar keduanya semakin akrab.

"Assalamualaikum, Siti eonni, long time no see." Juan menyalami punggung tangan Siti begitu dirinya masuk dan mendapati Ibu temannya itu di ruang tamu.

"Long time apanya? Perasaan cuma sehari kemaren yang kamu nggak main."

Juan menanggapinya dengan cengiran kuda dan tampang watadosnya, "minimal salamnya dijawab dulu, Tan."

NARENDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang