BABI MANA BABI!?
- Happy Reading -
•••
Podcast termodal yang pernah Naren lakukan selama hampir dua tahun ia menekuni hobinya.
Demi melancarkan aksi pertemuan antara mantan istri Rusdi dengan gebetan baru Rusdi, Naren sampai harus menyewa rooftop cafe.
Dengan bantuan Juan dan Starla, ia minta mereka membawa orang tua masing-masing ke tempat yang sudah ia siapkan. Naren ingin, Mentari dan Susmita bisa berbicara berdua dari hati ke hati, sebagai sesama perempuan, dan sesama korban Rusdi.
Juan datang lebih dulu, tentunya bersama Susmita. Sebenarnya Naren agak takut, karena ibu dari temannya ini terkenal tidak ramah.
"Tante disuruh ngapain?" Tanya Susmita tak santai.
"Tante cuma duduk doang disini, nanti ada pasien konsultasi yang harus Tante dengerin ceritanya, terus Tante kasih masukan," jelas Naren sepelan mungkin.
"Kamu pikir Tante ini psikiater?"
"Bukan, apayah, masalah ini tuh Tante doang yang paham. Nanti saya bayar deh, Tante maunya berapa?" Naren mencoba bernogosiasi. Rencananya memang gila, ia melibatkan orang-orang yang sebelumnya tidak pernah berinteraksi dengannya.
Selain meminta Juan membawa Ibunya ke rooftop cafe, ia juga membohongi Mentari agar mau datang kesini, dengan alasan, "nanti Ibu akan dipertemukan langsung dengan admin podcast rumah Maheza, ibu bisa bercerita sejelas-jelasnya tanpa ada yang ditutup-tutupi, dan masalah Ibu akan kami atasi sampai tuntas."
Berbeda dengan Juan yang terang-terangan berangkat bersama Ibunya, peran Starla hanya sebagai pengawas. Naren meminta bantuan Starla untuk memastikan kalau Mentari benar-benar datang ke alamat yang sudah Naren kirimkan.
"Selain duit, ada hal yang menguntungkan saya lainnya nggak?" Tanya Susmita, ibu satu anak ini benar-benar susah diajak bekerjasama.
"Tante maunya apa?" Naren balas bertanya, meskipun sebenarnya ia takut kalau Susmita menyebutkan sesuatu yang diluar nurul. Misalnya civic turbo, apartemen, atau bahkan meminta ia membiayai sekolah anaknya.
"Tante pengin mantan suami Tante kena karma," balasnya tanpa pikir panjang.
Naren sedikit berfikir, apakah ia bisa menciptakan karma untuk Rusdi?
"Kalo bikin karma mah si Naren nggak bisa, Bu," sahut Juan, ia paham dengan wajah bingung temannya.
"Ya, terserah, pokoknya bikin Rusdi nyesel-senyesel-nyeselnya." Susmita tidak mau tahu.
"Nyesel ninggalin Tante?"
"Nyesel hidup."
Busset! Ngeri juga.
"Oke, gampang, itu bisa diatur. Yang, penting sekarang Tante ikutin perintah saya."
Susmita mengangguk, "saya cuma duduk, dengerin orang curhat, terus saya jawab, gitu aja kan?"
Naren mengacungkan kedua jempolnya, begitupun dengan Juan. "Betul."
Sebenarnya Susmita masih bingung dengan perannya sekarang. Tetapi, entah kenapa ia menurut saja. Demi melihat Rusdi menyesal, ia akan melakukan apapun. Termasuk, berperan sebagai orang tolol yang mau dijemur di atas rooftop cafe siang-siang begini.
Naren dan Juan meninggalkan Susmita yang sudah duduk ditempatnya, mereka berdua menjauh, memantau keduanya dari pojokan rooftop yang terpencil. Juan kagum dengan effort temannya, Naren benar-benar pantas dianggap rumah untuk banyak orang, karena usaha dia benar-benar perlu diacungi jempol.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA [TERBIT]
Teen Fiction🚫𝐊𝐀𝐋𝐀𝐔 𝐌𝐀𝐔 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓🚫 Namanya Narendra, anak tunggal Jamal dan Siti yang keberadaan akhlaknya sudah perlu dipertanyakan dari dahulu kala. "Akhlak eobseo" begitu kata Juan, bestie Naren yang kelakuanny...