7. Bolos

8.6K 2.1K 1K
                                    

1k vote 1,5k komen for next part ya!!

SPAM EMOT BABI DISINI!!!

- Happy Reading -

•••

Naren paham betul dengan tata tertib sekolah yang harus  ia taati, salah satunya adalah dilarang tidur di kelas saat jam pelajaran. Oleh karena itu, berhubung  dirinya adalah siswa teladan yang taat aturan, jadi daripada mengantuk dan ketiduran di kelas, akhirnya ia memilih untuk bolos sekalian.

Mendengarkan Bu Siska menerangkan materi sejarah di siang hari, dengan kondisi matanya yang tersisa 5 watt sepertinya bukan pilihan yang tepat.

Siang-siang dan ngantuk begini, pemandangan cireng Mbak Wati ternyata tidak lebih buruk dari wajah membosankan Bu Siska.

Naren keluar kelas sebelum Bu Siska memasuki kelas dan memulai pembelajarannya. Tadinya ia ingin mengajak Juan, tapi manusia yang satu itu entah dimana keberadaannya.

"Kembaranmu mana, Ren?" tanya Mbak Wati, penjual cireng berusia kepala tiga yang memang sudah menganggap Naren dan Juan adalah bestie-nya.

"Nggak tau Mba, itu manusia dari jam istirahat nggak keliatan batang telinganya."

"Emang nggak istirahat bareng?"

"Bareng sih, tadi dia bilangnya mau ke Wc karena mules, tapi sampe sekarang nggak balik-balik. Lahiran di wc mungkin," balas Naren semakin ngawur.

Mbak Wati menepuk-nepuk bahu Naren, "sabar ya, nanti pasti ketemu lagi kok," ujarnya mendramatisir.

Naren mengangguk, mengusap air mata gaibnya dengan telapak tangan, melanjutkan drama yang sudah dimulai Mbak Wati. "Makasih ya Mba, doain biar temen saya lahirannya lancar," sahutnya.

Mbak Wati mengangguk, ia kemudian pamit untuk kembali ke tempatnya berjualan.  Sementara itu, Naren tetap tenang menikmati cireng dan pop ice buatan Mbak Wati, mengabaikan puluhan pesan masuk dari Starla dan Grup Chat kelasnya yang  mendadak ramai.

Naren mencebikkan bibirnya, membaca semua spam chat Starla yang hanya menanyakan dimana keberadaannya. "Giliran gue bolos aja ditanyain, ntar pas udah di kelas nggak peduli, langsung gaib gue di mata Starla," cibirnya.

"Emang bener kata Kak Rhoma, kalau sudah tiada baru terasa."

Naren gagal menggigit cireng kedua karena ada panggilan masuk dari Baginda Prabu Jamal Premium. Ia kembali meletakkan cirengnya di atas piring, lalu menggeser ikon berwarna hijau di ponselnya.

"Hallo, dengan Baginda Prabu Jamal Premium?"

"Ya, saya tidak sendiri."

"Kenapa telfon Naren jam segini, Pa? Udah tau ini hari Senin, 'kan Naren lagi apel."

"Siang-siang begini apel?"

"Iya, apelin tukang cireng."

"HEH, BOLOS YA KAMU?" Terdengar suara nyaring Siti dari seberang sana. Naren sampai harus menjauhkan ponselnya demi kesehatan dan keselamatan telinganya.

"Iya Ma, kok tau?"

"Di sekolahin mahal-mahal malah bolos, bocah monyet."

"Kau dong monyetnya, kau 'kan Bapakku."

"Nggak, perlu tes DNA nih kita. Nanti pulang sekolah Papa minta darahmu 10 liter."

"Bessetttt, tes DNA dimana yang minta darah sebanyak itu?"

"Di temen Papa, Agra Sunbaenim." 

Jamal langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa salam penutup. Namun, tak selang berapa lama, Bapak Ajaib itu kembali menghubunginya lewat pesan WhatsApp.

NARENDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang