Putus

248 21 3
                                    

"Dek, Liam datang mau jenguk kamu," ujar Ansel yang berdiri di ambang pintu kamar Aza.

Aza yang mendengar hal itu pun, membuat raut wajah nya menjadi masam.

"Gue nggak mau ketemu kak Liam, bang," tukas Aza sambil membuang wajah nya ke arah lain.

"Ayo lah dek, kasihan Liam nungguin kamu di depan," bujuk Ansel yang akhirnya membuat Aza menghela napas berat.

"Yaudah, suruh masuk aja!" Cetus Aza.

"Makasih Sayang," ucap Ansel sambil tersenyum, dan langsung pergi menuruni satu persatu anak tangga untuk memanggil Liam.

"Ayo Liam!" Ajak Ansel ketika ia telah sampai di bawah, dan melihat Liam masih menunduk dengan memainkan tangan nya.

"Di izinin bang?" Tanya nya sedikit tidak percaya.

Ansel mengangguk. "Iya, tapi harus di bujuk dulu,"

Liam tertawa. "Thanks banget, bang,"

"Santai aja. Yuk naik!"

Liam mengangguk kan kepala nya, lalu mengikuti Ansel dari belakang.

"Za, gimana keadaan lo?" Tanya Liam yang sudah berada di dalam kamar Aza, bersama dengan Ansel.

Aza yang sedang berada di balik selimut, menyingkap selimut yang menutupi wajah nya, sehingga terlihat setengah wajah dari gadis itu.

"I'm okey, kak," jawab Aza singkat.

"Ini buah, sama boneka hari ke-4 nya Za," Liam meletakkan buah yang ia bawa ke atas nakas samping tempat tidur Aza, sedangkan boneka tersebut ia letakkan di samping ketiga boneka lain sebelum nya.

Aza hanya menggeleng kan kepala nya. "Thanks, Kak,"

Setelah mengucapkan terima kasih pada Liam. Aza kembali menutup wajah nya dengan selimut.

"Za, nggak boleh gitu dek!" Ujar Ansel.

"Gue mau istirahat, bang," jelas Aza yang membuat Ansel hanya bisa diam.

"Nggak papa bang, gue juga mau langsung pulang kok," ucap Liam menengahi.

"Za, gue pamit pulang ya! Lo cepet sembuh!" Ucap Liam yang hanya di balas deheman saja oleh Aza.

"Bang, gue duluan ya!" Pamit Liam pada Ansel.

"Biar gue antar ke depan!" Ajak Ansel. Liam kembali mengikuti lelaki itu dari belakang.

"Maafin adek gue ya, Liam. Lo kan tau sendiri dia memang cuek dari dulu," kata Ansel ketika mereka telah sampai di depan gerbang.

"Iya bang, nggak papa. Di izinin lihat dia aja, gue udah seneng banget bang," ujar Liam sambil tersenyum ke arah Ansel.

"Yaudah bang, gue pulang dulu!" Pamit Liam sambil menghidupkan mesin motor nya.

"Yaph, hati-hati!" Ucap Ansel yang hanya di angguki kepala oleh Liam.

Setelah itu, Liam langsung melajukan motor nya meninggalkan pekarangan rumah Aza.

***

Pagi ini Aza belum terlalu sehat, tapi tetap memaksa untuk masuk sekolah. Ia sudah sangat merindukan Keenan.

Keenan memang tidak menjenguk nya, tapi tetap mengabari lewat pesan WhatsApp dan mengingat kan Aza untuk minum obat dan banyak istirahat.

"Za, aku rindu sama kamu!" Ungkap Keenan sambil memegang tangan Aza.

Disini lah mereka berada, di taman belakang sekolah.

"Aza juga rindu sama kak Ken," jawab Aza.

"Za, kamu pakai pelet ya? makanya aku bisa se-sayang ini sama kamu,"

Aza tertawa mendengar perkataan Keenan. "Iya kak, aku pelet kak Ken,"

"Nggak perlu kamu pelet, aku udah sayang sama kamu, Za," perkataan Keenan membuat Aza sangat bahagia.

"Makasih kak Ken, Aza sayang kak Ken," ucap Aza sambil tersenyum.

"Za, gimana cara nya buat kamu bahagia?" Tanya Keenan tiba-tiba.

"Nggak perlu susah payah buat bahagia-in aku, Kak. Kak Ken cukup jadi satu orang yang nggak akan pernah nyakitin aku," ucapan Aza membuat Keenan bungkam. Keenan hanya mengangguk kan kepala nya sambil tersenyum simpul.

"Za, aku kaya nya bukan orang yang tepat buat kamu," ucap Keenan sambil menatap dalam mata Aza.

"Kak Ken ngomong apa sih," jawab Aza yang bingung dengan ucapan Keenan.

"Maaf Za, kita udahan aja ya. Percayakan jodoh nggak bakal kemana. Maaf banget, aku seolah-olah ngasih harapan ke kamu,"

Kali ini Aza sudah tidak tau lagi harus berkata apa. "Maksud kak Ken, kita putus?"

Keenan mengangguk kan kepala nya. "Iya Za, aku minta maaf. Aku mau fokus belajar, kamu kan tau sendiri aku udah kelas 12,"

Aza menghela napas berat. Ingin sekali rasanya ia menangis saat ini juga.

"Ehm oke kak," jawab Aza singkat sambil menahan air mata nya.

"Maaf ya Za," ucap Keenan lagi yang membuat Aza benar-benar tidak kuat.

"It's okey, Kak." Setelah itu, Aza langsung pergi meninggalkan Keenan sendiri. Air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata nya, kini sudah jatuh membasahi pipi gadis cantik itu.

Aza menangis di dalam toilet sekolah nya, ia tidak kuat mengingat ucapan Keenan tadi.

"Gue baru aja bilang kak, cukup jadi satu orang yang nggak nyakitin gue, dan lo langsung lakuin hal itu," teriak Aza. Dada nya benar-benar sesak sekarang.

Aza yang belum benar-benar sembuh, merasakan suhu tubuh nya kembali panas. Aza langsung berlari keluar dari toilet, karena ia tau bahwa sebentar lagi kesadaran pasti akan hilang.

Dan benar saja, sampai di luar toilet, Aza terjatuh dan pingsan. Beruntung saja Liam yang sedang melintas disana, melihat Aza dan langsung membawa gadis itu ke UKS.

****

"Lo nggak papa, Za?" Tanya Liam dengan raut wajah khawatir.

Aza melihat ke sekeliling nya dan menyadari bahwa ia sedang berada di UKS saat ini.

Aza menatap Liam yang sedang meng khawatirkan nya. "Gue nggak papa, Kak," jawab Aza.

"Mau gue antar pulang?" Tawar Liam. Aza hanya mengangguk.

Melihat anggukan kepala Aza, Liam langsung menolong gadis itu untuk turun dari ranjang UKS, dan membawa nya keluar. Aza tidak menolak sama sekali, ketika di tuntun oleh Liam. Liam memesan taksi untuk mengantar kan Aza ke rumah nya.

Di sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Azalea yang masih terus menerus memikirkan Keenan yang tiba-tiba memutuskan hubungan dengan nya. Sedangkan Liam tidak berani mengganggu Aza, karena takut gadis itu akan murka pada nya.

***

Setiba nya di depan rumah Aza, Liam kembali menolong Aza berjalan masuk ke dalam rumah nya.

"Non Aza kenapa?" Tanya bi Ina yang melihat wajah pucat Aza.

"Tadi Aza pingsan, Bi." Jawab Liam. Mendengar ucapan Liam, terlihat jelas wajah khawatir bi Ina.

"Tadi juga udah di larang sama den Ansel, di suruh istirahat dulu karena belum sembuh. Tapi non Aza tetap mau pergi ke sekolah," jelas bi Ina. Liam hanya mengangguk kan kepala nya.

"Yaudah bi, Aza nya di bawa masuk aja dulu ke dalam. Biarin dia istirahat ya, bi! Liam mau balik ke sekolah dulu, tadi lupa izin ke guru," pamit Liam.

"Thanks kak," ucap Aza sebelum Liam pergi.

Liam tersenyum senang mendengar respon Aza. Liam mengangguk kan kepala nya, lalu pergi menaiki taksi yang tadi di pesan nya.





KEENAN  |  Reliable PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang