Teman kecil

136 21 1
                                    

"Lama nggak latihan bang?" Ucap Liam sambil berjabat tangan dengan Ansel. Aza menatap heran kepada kedua nya.

"Hai Za, kok lo bisa sama bang Ansel?" Tanya Liam yang melihat Aza berjalan di belakang Ansel.

"Abang gue, kak," jawab Aza singkat.

"Jangan jutek gitu kenapa dek, kamu lupa ini siapa?" Pertanyaan Ansel membuat Aza melihat ke arah Abang nya itu.

"Abang kelas Aza di SMA," jawab Aza sambil memutar bola mata malas.

"Iya, selain itu kamu nggak ingat lagi?" Tanya Ansel lagi yang membuat Aza mengerutkan kening nya. Begitu juga dengan Liam yang ikut bingung.

"Ini adek lo bang? Si Lea?" Tanya Liam yang di balas anggukan kepala oleh Ansel.

Liam terkejut mendengar jawaban dari Ansel, mata nya melebar seketika.

"Azalea ... kenapa gue nggak pernah mikir kesana ya," ucap Liam sambil menyebut ulang nama Aza. Aza yang masih tidak mengerti, memukul lengan Ansel.

"Siapa sih bang?" Tanya Aza yang sudah kesal.

"Ini si Aksa dek, Aksara Liam. Temen main kita dulu waktu masih di Bandung," ucap Ansel yang membuat Aza membelalak kan kedua mata nya.

"Serius lo bang?" Tanya nya yang sedikit tak yakin. Ansel mengangguk kan kepala nya.

"Sorry bang, gue nggak ngenalin lo," ucap Aza sambil melihat ke arah Liam. Saat itu Aza masih sangat kecil, wajar saja jika ia tidak mengingat Liam.

"Gue juga minta maaf Za, gue juga nggak ngenalin lo. Muka lo berubah banget, padahal dulu nya gendut banget ya bang," ucap Liam sambil tertawa, Ansel pun ikut tertawa.

"Bener banget lo Aksa, pipi nya itu sampe kaya donat," ucap Ansel yang membuat kedua nya tertawa lagi.

"Terus aja ledekin gue," ucap Aza dengan wajah yang sudah masam.

"Maaf Za," ucap Liam sambil tersenyum memperlihatkan gigi nya.

"Maaf adek," ucap Ansel sambil merangkul bahu sang adik, yang malah mendapat tatapan tajam dari Aza.

"Yaudah kita duduk dulu disana yuk, sambil ngobrol-ngobrol," ajak Liam yang di balas anggukan kepala oleh Ansel dan Aza.

Azalea, Ansel sedang duduk di pinggiran lapangan bola basket. Sedangkan Liam pergi membeli minuman untuk ketiga nya.

"Nih bang, Za," ucap Liam sambil memberikan minuman botol tersebut kepada Ansel dan Aza.

"Makasih Aks," ucap Ansel sambil mengambil minuman tersebut.

"Thanks kak," ucap Aza yang juga ikut mengambil minuman itu.

"Yaph sama-sama," jawab Liam yang langsung duduk di depan Ansel dan Aza.

Ketiga nya terdiam, sibuk dengan minuman nya masing-masing.

"Gimana hubungan lo sama Keenan, Za?" Tanya Liam memecah keheningan.

"Kenapa kak Liam bahas kak Ken di depan bang Ansel sih. Kesel banget gue lihat nya," batin Aza sambil mengutuk Liam.

"Nggak ada masalah, all is well," jawab Aza santai sambil membuka minuman yang berada di tangan nya.

"Gue bukan nya nggak setuju lo sama Keenan Za. Gue sekelas sama dia dari kelas 10, gue jelas tau dia gimana orang nya. Setau gue, dia memang udah putus dari Anin, tapi mereka masih selalu pulang bareng, selalu berdua juga kemana-mana," ucap Liam, Aza hanya diam mendengarkan.

Perkataan Liam benar-benar membuat Aza kembali overthinking, apalagi mengingat chat terakhir nya dengan Keenan sangat tidak baik.

"Keenan baik, tapi dia masih belum bisa lepas dari masa lalu nya Za. Gue cuma takut lo jadi bahan gabut dia doang," lanjut Liam.

"Siapa Keenan?" Tanya Ansel yang sedari tadi tidak di anggap di tengah-tengah mereka.

"Pacar Aza bang," Bukan Aza yang menjawab, melainkan Liam.

"Gimana orang nya?" Tanya Ansel lagi.

"Kaya yang gue ceritain tadi lah bang. Lo setuju Aza pacaran sama cowo kaya gitu bang?" Tanya Liam yang membuat Aza berdecak kesal.

"Ini orang mau nya apa sih," batin Aza yang semakin kesal melihat Liam.

"Gue sih setuju aja, selagi Aza nya mau. Tapi kalau dia berani nyakitin adek gue yang cantik ini, awas aja dia!" Ucap Ansel sambil mengacak-acak rambut Aza, yang membuat Aza bertambah kesal.

"Gue pikir bang Ansel bakalan ngelarang. Segitu nya Abang gue sayang sama gue," batin Aza yang sebenarnya sangat senang dengan perkataan Abang nya itu.

"Bang, rambut Aza jadi berantakan," kesal Aza sambil mencubit perut Ansel.

"Aww sakit, iya maaf sayang," ucap Ansel sambil mencubit pelan hidung sang adik. Aza hanya bisa menggelengkan kepala nya, melihat kelakuan Abang nya sendiri.

"Thanks kak, lo udah ingetin gue. Tapi sejauh ini, gue aman-aman aja kok sama kak Ken," jawab Aza sambil melihat ke arah Liam.

"Gue seneng kalau gitu, Za. Tapi, kalau nanti dia nyakitin lo, lo harus bilang ke gue," ucap Liam. Aza hanya mengangguk kan kepala nya.

"Woi lo bertiga ngapain duduk disana, bukan nya ikut main," teriak salah satu pria di lapangan, yang membuat ketiga nya menoleh ke arah pria itu.

"Yaph bentar," jawab Liam yang ikut berteriak.

Ansel, Aza dan Liam pun ikut turun ke lapangan dan bermain basket bersama yang lain nya.

***

"Pagi, Sayang." Sapa Keenan yang langsung duduk di kursi depan Aza. Aza yang sedari tadi fokus dengan novel yang di pegang nya, kini beralih menatap Keenan.

"Pagi juga, Kak." Senyum nya mengembang. Aza sangat senang akhirnya Ken menemui nya pagi ini.

"Maaf ya sayang, beberapa hari ini aku sibuk banget. OSIS mau ngadain acara minggu depan, jadi aku harus siapin semua nya bareng anak-anak yang lain," ucap Keenan sambil menggenggam tangan Aza.

"Iya kak Ken, Aza ngerti kok." Jawab Aza sambil tersenyum tulus.

"Aza, ada coklat buat lo. Gue nggak tau dari siapa, anak kelas sebelah kaya nya," Fida yang baru datang langsung memberikan banyak coklat untuk Aza.

"Buat Lo aja Fid, gue nggak mau," jawab Aza yang seperti nya sudah biasa mendapatkan hal-hal seperti itu dari para pria yang mengejar nya.

"Makasih Za, Lo memang yang terbaik dah," ucap Fida dengan senyum lebar nya, dan langsung mengambil semua coklat itu kembali.

"Sering kaya gini?" Tanya Keenan yang sedari tadi hanya memperhatikan kedua nya.

"Iya kak, setiap hari nya pasti ada terus," jawab Aza.

"Ada yang kamu terima?" Tanya Keenan lagi.

"Kan Aza udah punya kak Ken, untuk apa lagi yang lain," ucap Aza polos, yang membuat Keenan tersenyum melihat nya.

"Gue seneng, tapi gue juga sedih Za," batin Keenan yang hanya dia sendiri lah yang tau, apa penyebab dia sedih dan apa penyebab dia senang.

"Yaudah, kalau gitu Ken balik ke kelas dulu ya. Nanti jam istirahat, kita ke kantin bareng," pamit Ken sambil mengusap pucuk kepala Aza. Aza hanya mengangguk kan kepala nya. Jantung nya tidak aman lama-lama berada di dekat Keenan.

KEENAN  |  Reliable PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang