Orbit bulan

136 16 0
                                    

Ansel sedang berada di balkon kamar nya. Ia membuka pesan dari Aza, lalu menghubungi nomor bertuliskan nama captain love tersebut.

"Halo," ucap Ansel ketika panggilan nya di jawab oleh Keenan.

"Siapa?" Tanya orang dari seberang sana. Suara nya terdengar sangat ketus.

"Buset dah, 11 12 sama adek gue ini dingin nya," ucap Ansel sambil menggelengkan kepala nya.

"Lo siapa sih?" Tanya Keenan yang seperti nya mulai kesal.

"Gue Ansel, Abang nya aza," ucap Ansel.

"Sorry bang, gue nggak tau. Ada apa ya bang?" Terdengar jelas kepanikan dari suara Keenan.

"Santai aja, gue cuma mau tau gimana cowo adek gue.  Lo jagain adek gue ya Ken, gue nggak mau adek gue nangis cuma karena lo. Gue aja belum pernah lihat dia nangis," ucap Ansel.

"Siap, Bang. Gue pasti jagain Aza, Lo tenang aja bang," jawaban Keenan membuat Ansel tenang.

"Gue percaya sama lo Ken, jangan rusak kepercayaan gue," ucap Ansel lagi mengingat kan.

"Pasti Bang,"

Setelah mendapat kan jawaban dari Keenan, Ansel langsung mematikan sambungan telepon tersebut.

*****

Di dalam kamar bercat abu-abu itu, seorang lelaki dengan novel di tangan nya tengah bingung. Ia baru saja mendapat telepon dari seseorang, yang membuat nya semakin pusing.

"Kenapa Abang nya harus sampai tau sih? Kalo gini kan jadi ribet gue. Masalah sama Anin belum kelar, malah harus ngurusin si Aza lagi," ucap lelaki itu. Ya, dia adalah Keenan.

Keenan mengambil ponsel nya, lalu menghubungi seseorang. Tak lama setelah itu, terdengar suara seorang wanita dari seberang sana.

"Kenapa?"

"Jangan ketus gitu kenapa," ucap Keenan.

"Udah cepetan ada apa?" Tanya wanita di seberang sana, masih dengan nada ketus nya.

"Video call ya, temenin aku tidur," pinta Keenan sambil memohon.

"Nggak,"

"Anin ... Sayang, mau ya?" Pinta Ken lagi.

"Yaudah iya,"

Setelah mendapat persetujuan dari Anin, Keenan langsung mengalihkan panggilan suara tersebut, menjadi panggilan video. Seperti itu lah kegiatan Keenan setiap malam nya bersama Anin. Mereka memang sudah putus hubungan, tapi tidak dengan komunikasi.

***

Pagi ini, Aza berangkat lebih pagi ke sekolah dari hari-hari sebelumnya. Aza orang pertama yang tiba di kelas nya. Seperti biasa, Aza akan selalu sibuk membaca novel, dengan permen yang tidak pernah lepas dari mulut nya.

"Hai sayang," Aza terkejut ketika ada yang memanggil nya.

"Hai Kak," Keenan yang biasa nya selalu datang ketika bel hampir berbunyi, pagi ini datang begitu cepat.

"Tumben banget kak, sepagi ini udah datang?" Tanya Aza sambil menutup novel nya.

"Iya sayang, hari ini mau siap-siap untuk persiapan class meeting besok," jawab Keenan yang langsung duduk di kursi depan Aza.

"Ooh gitu kak," jawab Aza. Keenan hanya mengangguk kan kepala nya.

"Kak Ken, Aza boleh tanya?" Ken mengangguk kan kepala nya.

"Kak Ken pernah ngerokok?" Tanya Aza sedikit ragu-ragu.

Ken kembali mengangguk kan kepala nya. "Pernah Za, tapi dulu," jawab Keenan.

"Sekarang udah nggak lagi?" Tanya Aza lagi.

"Masih, kalau lagi ada masalah," jawab Keenan sambil tersenyum singkat.

"Za ... kamu tau nggak, lintasan untuk bulan mengelilingi bumi itu nama nya apa?" Tanya Keenan sambil menggenggam tangan Aza.

"Orbit bulan kak," jawab Aza dengan kening sedikit berkerut. Ia bingung bukan karena tidak tau jawabannya, tapi kenapa Keenan tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Kalau aku jadi bulan, kamu ibarat orbit nya Za. Aku nggak bakalan bisa mengelilingi bumi, tanpa kamu," ucap Keenan yang membuat jantung Aza berdetak tak karuan.

"Jadi sekarang kamu tau kan, seberapa penting nya kamu di hidup aku," lanjut Keenan lagi yang membuat lutut Aza lemas. Kata-kata Keenan benar-benar bisa membuat nya luluh.

"Jangan pernah percaya perkataan orang lain tentang aku, Za. Kamu yang lebih kenal aku, di banding mereka. Jangan suka overthinking lagi ya sayang!" Ucap Keenan sambil membelai rambut Aza.

Seakan terhipnotis, Aza mengangguk kan kepala nya. "Iya kak Ken, Aza percaya sama kak Ken." Ucap Aza yang membuat Keenan tersenyum.

"Senyum lo Za, buat gue ingat sama Anin," ucap Keenan dalam hati.

"Yaudah, aku mau ke ruang OSIS dulu ya. Nanti jam istirahat, kita ketemu di kantin. Semangat belajar nya sayang!" Ucap Keenan sambil mencubit pelan ujung hidung Aza. Aza hanya tersenyum, wajah nya sudah memerah.

Keenan beranjak dari duduk nya meninggalkan Aza. Sebelum keluar dari pintu, Keenan memberikan mini love menggunakan tangan nya kepada Aza, sambil mengedipkan sebelah mata nya, yang membuat Aza ingin pingsan saat itu juga.

"Lo bener-bener bisa buat gue gila kak," batin Aza sambil memegangi dada nya yang masih berdetak kencang.

Tak lama setelah Keenan meninggalkan kelas Aza, Evan masuk ke dalam kelas tersebut.

"Woi Za," Aza terkejut melihat Evan yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas nya.

"Kenapa kak?" Tanya Aza sambil menaikkan sebelah alis nya.

Evan duduk di kursi samping seberang Aza. "Gue boleh minta nomor El nggak?" Pinta Evan sambil tersenyum memperlihatkan gigi nya.

Aza yang mengerti arah pembicaraan Evan pun langsung fokus ke arah lelaki itu.

"Lo mau pdkt-an sama Fida kak?" Tanya Aza.

Evan menggaruk belakang kepala nya yang tidak gatal. "Hehe iya Za," jawab nya sambil kembali tersenyum.

"Gue dukung kak, tapi Lo harus banyak sabar, karena Fida itu gamon sama mantan nya kak," ucap Aza mengingat kan.

"Terus apa beda nya sama Lo Za? Lo kan juga harus sabar ngadepin Keenan yang gamon," ucap Evan di selingi dengan tawa kecil.

Aza terkesiap mendengar ucapan Evan. "Memang nya kak Ken beneran gamon kak? Kenapa semua orang bilang kalau kak Ken gamon? Dia sendiri yang udah yakinin ke gue, kalau dia nggak gamon kak," tegas Aza.

"Gue nggak tau Za, gue juga takut malah buat hubungan lo renggang sama Keenan," ucap Evan sambil menaikkan kedua bahu nya.

"Ini nomor Fida kak," ucap Aza sambil menyerahkan ponsel nya kepada Evan.

Evan dengan senang hati menerima nya. "Makasih Za," ucap nya sambil tersenyum.

"Yaudah kalau gitu gue ke kelas dulu Za," pamit Evan. Aza hanya membalas dengan anggukan kepala.

"Kak Ken, gue overthinking lagi. Gue bingung harus percaya siapa kak. Gue mau nya percaya sama lo, tapi kenyataan yang gue rasain bener-bener nyuruh gue untuk nggak boleh percaya sama lo kak," ucap Aza dalam hati. Ia sendiri pun bingung dengan sikap Keenan, yang terkadang membuat nya menangis, dan membuat nya bahagia juga dalam satu waktu.

KEENAN  |  Reliable PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang