prolog

21.9K 980 18
                                    

Vena membawa pulang kertas ujian milik nya dengan bahagia. Vena merupakan murid yang sangat cerdas di sekolah nya, tak urung ia mendapatkan beasiswa sampai tamat dari sekolah tersebut.

Vena menunjuk kan nilai sempurna itu ke kedua orang tua nya. Seperti biasa orang tua nya hanya acuh dan tidak perduli terhadap apa yang dia capai.

"Kamu itu lebih baik kerja gak usah sekolah. Lagian anak perempuan itu nantinya akan berada di dapur jadi untuk apa kamu sekolah. ".

Ucapan sang mama membuat vena marah belum lagi adik laki - laki nya yang bertingkah layak nya seorang tuan raja. Orang tua vena terlalu memanjakan adik nya bahkan perlakuan mereka sangat terlihat jelas perbedaan nya.

"Udah sana kamu kerja ingat ya sampai kapan pun kami tidak akan mau membiayai kamu. Lebih baik adik kamu yang sekolah sampai sukses karena nantinya dia yang akan jadi penerus ,kalau perempuan bisa apa selain di dapur ".

Vena meremas hasil ujian nya dengan geram apakah mama nya lupa diri bukan kah dia juga seorang perempuan? Apa pantas dia berkata seperti itu?.

"Terus aja mama bilang begitu kayak nya aku selalu menjadi sampah di mata kalian. Tidak kah mama berpikir kalau mama itu seorang perempuan ? Apakah pantas mama bicara seperti itu terhadap anak perempuan mama ?"teriak vena.

Plak.

"Jaga ucapan kamu anak kurang ajar , melahirkan kamu adalah sebuah kesialan untuk ku. Aku sama sekali tidak pernah menginginkan anak perempuan garis keturunan ku hanya boleh anak laki - laki "bentak mama vena.

"Ada apa ini ?"papa vena berjalan mendekati keduanya sambil membawa sekantong plastik buah - buahan.

"Anak tidak tahu diri ini berani berbicara dengan nada tinggi dengan ku. Semakin hari tingkah nya semakin kurang ajar aku menyesal telah melahirkan nya ".

Vena terdiam merasakan sakit di hati nya ia berusaha agar air mata nya tidak menetes. Dirinya harus kuat tidak boleh terlihat lemah di hadapan orang tua yang sangat tidak layak di sebut orang tua itu.

Vena menatap mereka dengan tajam belum lagi ia bersuara sebuah tamparan mendarat di pipinya. Kali ini papa nya yang memukul, vena sudah terbiasa dengan pukulan yang ia terima. Fisik nya sudah kebal namun hatinya masih saja mengalami sakit yang teramat luar biasa.

"Kalian keterlaluan segitunya kalian membenci ku hanya karena aku terlahir sebagai anak perempuan "teriak vena.

Plak.

"Jangan berani berteriak di depan ku "bentak papa vena.

"Ingat ini baik - baik suatu saat anak laki - laki yang kalian banggakan itu akan membuat kalian menderita. Hancur lah kalian di tangan nya ".

Vena melangkah kan kaki nya menuju keluar rumah ia harus bekerja paruh waktu untuk membiayai hidup nya. Vena bekerja di salah satu cafe kecil di daerah tempat tinggal nya.

"Telat mulu lo, buset dah ven itu muka lo lebam kenapa ". Putri terkejut melihat vrna yang berantakan , ia memegang wajah vena dan menyentuh tepat di bagian yang memar.

"Bego jangan di tekan ,sakit ".

Vena segera mengganti pakaian dan melakukan tugas nya untuk melayani beberapa pelanggan. Ya vena bekerja sebagai seorang pelayan di cafe.

Vena duduk di salah satu kursi yang berada di dekat sang koki. Vena menceritakan semua kejadian hari ini kepada Putri. Putri merupakan sahabat vena dari waktu SMP ,keduanya menjalani hubungan yang sangat dekat dan akrab.

"Kasihan banget ya hidup lo lagian gue heran sama bokap - nyokap lo itu kok bisa ya pikiran mereka masih kuno gitu. Ini tuh udah jaman modern kagak ada yang nama nya anak perempuan sama laki - laki itu beda semua sama. Ya paling bedanya cuma di kelamin doang ". Putri sangat kesal melihat kedua orang tua vena.

Kurang apalagi sih orang tua nya vena pikir putri. Vena itu cantik , baik , pinter , rajin lagi apakah itu semua kurang di mata kedua orang tua nya?.

Putri jadi bergidik ngeri membayangkan jika ia yang mendapatkan orang tua seperti kedua orang tua vena. Untung saja kedua orang tua nya sudah tiada pikirnya. Selama ini putri tinggal di panti asuhan bersama kedua adik nya.

Vena melirik putri yang sudah asik membaca novel sambil tersenyum sendiri seperti orang gila.

"Gila - gila romantis banget sih cowok nya ah gue jadi pengen punya pacar kayak Liam deh. Udah tajir , baik , romantis pula sumpah ending yang sangat membahagiakan ".

Vena merampas novel yang di pegang putri  novel itu berjudul love is you. Vena meminjam buku tersebut dirinya merupakan salah satu pecinta novel yang bergenre fiksi remaja , romantis humoris dan banyak lagi.

Vena membaca cerita itu dengan seksama menurutnya cerita nya biasa saja hanya cerita percintaan seperti pada umum nya. Namun yang vena tidak habis pikir kenapa sahabat nya bisa tergila - gila membaca cerita ini.

"Nih gue kambaliin buku lo ". Vena meletakkan buku itu di hadapan putri.

"Lah cepat banget lo bacanya, eh btw gimana sama cerita nya ? Liam romantis banget kan cocok banget sama luna. Andai aja gue bisa jadi luna dan mendapatkan jodoh kayak Liam pasti gue bahagia tujuh turunan. ".

Vena bergidik ngeri melihat khayalan dari sahabat nya yang kelewatan luar biasa itu. Bahkan ia menganggap semua cowok ganteng itu sebagai jodoh nya, terlebih lagi cowok tajir maka air liur nya akan menetes jika melihat yang seperti itu.

Vena menutup pintu cafe itu dengan rapat hari ini ia bertugas untuk menutup pintu cafe. Vena berjalan di malam yang sudah semakin larut. Angin berhembus kencang udara semakin dingin vena menatap langit yang sepertinya akan turun hujan.

Vena termenung apakah ia harus pulang kerumah kedua orang tua nya itu ?. Ia tidak ingin kembali lagi ke rumah itu tetapi semua barang nya ada disana kalau pun ia pulang pasti sebuah hukuman akan kembali ia terima.

Cambukan ,tamparan selalu menghiasi malam nya ketika berada di rumah. Kedua orang tua nya selalu melampiaskan amarah nya ke vena. Vena duduk di halte bus ia bingung untuk memilih sebuah keputusan yang akan ia ambil.

Vena mendengar suara orang ramai dari arah kanan. Ia mendekati sumber suara dan disana ia melihat seorang pencuri yang sedang terkepung oleh warga.

Pencuri tersebut berjalan sedikit ke pinggir menuju vena. Vena di tarik dan di arahkan sebuah pisau ke leher nya. Vena berusaha untuk tetap tenang ia sama sekali tidak merasakan takut sedikit pun.

Bugh.

Vena menendang selangkangan dan juga tangan pencuri itu. Pisau itu terhempas dengan jarak yang cukup jauh. Vena berkelahi denga pencuri tersebut di bantu oleh warga.

Pencuri tersebut mendorong vena ke tengah jalan tanpa vena sadari sebuah mobil melaju dengan kecepatan yang tinggi.

Brak.

Tubuh vena terpental dengan jarak yang cukup jauh. Darah mulai mengalir dari kepala vena ,rasanya tubuh nya sangat sakit. Hingga kegelapan mulai menyerang nya.

Polisi datang di waktu yang tepat pencuri yang berusaha kabur di tembak di bagian kaki. Vena di bawa kerumah sakit terdekat namun sayang nya nyawa vena tidak dapat di selamat kan.





Ada yang kenal sama nickname author gak nih xixixi.
Yap ini akun kedua author :yuanra04 wkwkw author sengaja bikin dua akun biar enak mau bikin cerita sana sini.😘😘
Untuk permulaan bisa kali ya cerita nya
Di cerita ini author tidak akan menyematkan visual untuk pemain supaya kalian bisa menyesuaikan dengan karakter tokoh  kalian masing - masing oke.


Nama pemain part ini :

Venadia Savira & Purti wina sari.

Become to Antagonis FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang