[RAGA TAK BERTUAN]
..
.
Ziva membuka matanya. Dia bangun dari tidurnya. Dia menarik rambutnya sendiri dan menangis terisak. Banyak sekali cerita yang ingin dia sampaikan, tapi dia belum mendapatkan rumah untuk ceritanya.
Ziva turun dari brankar dan keluar UKS. Dia mencuci wajahnya dan memutuskan untuk kembali ke kelas.
Sesampainya di kelas dia mengikuti pelajaran yang semestinya. Gadis itu hanya terdiam dan menatap papan tulis. Sekar mengusap bahu gadis itu untuk memberikan semangat.
✨✨✨
"Va, ayo dong baksonya di makan" Sekar membujuk gadis itu.
Ziva hanya terdiam. Sekarang dengan sabar menyuapi gadis itu. Dia menatap iba sahabatnya.
Ziva berdiri dari duduknya dan beranjak dari sana. Sekar terpaksa mengikuti langkah gadis itu.
"Va mau kemana?" Panggil Sekar.
Ziva berjalan tanpa tujuan. Kaki kecilnya terus melangkah.
Duk
Langkahnya terhenti. Dia menatap Ansell sejenak lalu melewatinya. Ansell menahan lengan gadis itu dan berbisik.
"Turuti semua perintah gue atau gue buat temen Lo menderita" Bisik Ansell.
"Aku bukan pembantu kamu" Bentak Ziva.
Sekar terkejut karena perkataan gadis itu. Dia menggeleng cepat, sudah bisa di pastikan jika gadis itu dalam bahaya.
"Mulut Lo" Dirga mencengkeram kuat rahang Ziva dan melepaskannya kasar.
"Lo mau liat sekarang?" Tanya Ansell.
Dirga menarik tangan Sekar. Dia merengkuh pinggang gadis itu. Air mata Ziva meluruh melihat sahabatnya di lecehkan seperti itu. Di ciumi paksa oleh laki laki jahat itu.
"Brengsek!" Ziva menonjok Dirga.
Dirga hanya terkekeh. Tidak terasa apa apa baginya.
"Pergi!" Ziva menendang nendang kaki Dirga.
Samudra menggeleng dan menarik Ziva ke pelukannya. Gadis itu memberontak keras. Mereka membawa keduanya ke belakang sekolah.
Ansell menatap wajah Ziva yang sudah kacau. Gadis itu memberontak keras. Ansell menyentuh bibir Ziva. Dia langsung mencium bibir gadis itu lama. Ziva menatap Ansell tidak percaya. Tangan Ansell merengkuh pinggang Ziva. Dia merasakan air mata gadis itu mengalir.
Ansell melepaskan ciumannya. Dia menatap gadis itu yang sekarang sudah terdiam dan menunduk.
"Lo mau lebih?" Tanya Ansell.
Sekar dengan terpaksa memukul tengkuk leher Ansell agar dia melepaskan Ziva. Tapi Dirga langsung menusuk perut samping gadis itu.
"Nggak!" Teriak Ziva
Ziva menatap miris sahabatnya. Dia menggeleng lemah. Dia terduduk lemas. Ziva merangkak meraba sahabatnya sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIVA ALMANTHEA (ARABELLA 2)
Teen Fiction"Tidak ada lagi rindu yang tersisa selain rindu ku untuk bertemu dengan Tuhan. Pulang ke pangkuannya dan damai di pelukannya. Tangan kokoh yang seharusnya menjadi tumpuan untuk berjalan juga ikut menampar. Menggores banyak luka di hati malaikat keci...