[RENCANA PERNIKAHAN]
.
.
Theo menggandeng tangan Ziva. Senyum laki laki itu mengembang. Keduanya melewati koridor. Pria itu tidak berhenti tersenyum. Andai Ziva melihatnya pasti gadis itu sudah sawan.
"The, kok Ziva merinding si. Theo kesurupan ya?" Tanya Ziva polos.
"Enak aja Lo Oneng" Theo menyentil pelan hidung gadis itu.
"Kita jadi bukak laundry ya, terus siapa dong yang nyuci, kan Ziva ngga bisa liat" Ujar Ziva.
"Udah, serahin sama gue" Theo menepuk dadanya bangga.
"Ya udah deh" Ziva mengangguk kecil.
Keduanya melanjutkan jalannya. Andai Ziva melihat orang orang yang menatapnya kasihan. Gadis cantik itu sudah tenggelam di dalam kesedihannya.
Keduanya duduk di bangku. Ziva mendengarkan pelajaran dengan serius. Meskipun gadis itu tidak bisa melihat tapi pikirannya cukup pintar.
Theo menggenggam tangan dingin Ziva. Dia selalu menangis ketika mengingat penderitaan gadis itu.
✨✨✨
"Ell, apa benar kamu selalu membully Ziva? Coba jelaskan ke ibu permasalahannya" Ujar Bu Nova menatap ketiga anak didiknya.
Dia membawa ketiganya ke ruang guru setelah mendapatkan laporan jika ketiganya telah membully siswinya.
"Nggak buk, lagian ngapain kita bully orang. Kegiatan kita banyak" Ujar Dirga santai.
"Saya mendapatkan laporan itu berulang kali" Ujar Bu Nova.
"Lagian Ziva nggak ngadu kan? Jadi itu ngga bener. Kita cuma main sama dia karena dia lucu" Jawab Samudra.
"Beneran?! Kalau sampai terbukti kalian melakukan itu, saya tidak segan segan untuk Do kalian" Ancam Bu Nova.
"Sudah siap kehilangan donatur?" Tanya Ansell.
"Saya tidak peduli itu?! Saya nggak mau kisah Arabella terjadi di sini! Dan kamu Ansell! Jangan main main!" Bentaknya.
"Silahkan keluar!" Bentak Bu Nova.
Ketiganya keluar. Ansell menendang keras tong sampah. Siapa yang Sudah berani melaporkannya. Dia akan mencari orang itu.
✨✨✨
Theo menyuapi Ziva dengan sayang. Dia juga menyisir rambut gadis itu yang indah. Ziva menggenggam tangan Theo.
"Makasih ya the, udah baik sama aku. Aku nggak bisa bales kamu apa apa. Cuma bisa doain kamu aja" Ujar Ziva.
Theo terkekeh. Mengikat rambut gadis itu lalu melanjutkan menyuapinya.
"Iya, gue pengen banget punya Adek cewek. Makannya gue sayang banget sama Lo" Ujar Theo.
"Ziva juga sayang kok" Ziva tersenyum senang.
"Jangan deh, lain kali aja sayangnya, jangan sekarang" Ujar Theo.
"Kenapa?" Tanya Ziva.
"Ada deh" Ujar Theo tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIVA ALMANTHEA (ARABELLA 2)
Teen Fiction"Tidak ada lagi rindu yang tersisa selain rindu ku untuk bertemu dengan Tuhan. Pulang ke pangkuannya dan damai di pelukannya. Tangan kokoh yang seharusnya menjadi tumpuan untuk berjalan juga ikut menampar. Menggores banyak luka di hati malaikat keci...