10. SEPULUH

54 0 0
                                    

[KEBAIKAN]

.

.

"Va! Kok Lo ninggalin gue si" Kesal Theo.

"Maaf. Ziva tadi pulang sama kak Sam" Ujar Ziva menunduk.

"Eh nggak papa kok hehe" Theo mengacak rambut Ziva.

"Gue beliin lo bakso, Lo mau?" Tawar Theo.

Ziva mengangguk senang. Theo mengambil mangkuk lalu menyuapi gadis itu.

"Makasih ya Theo" Ujar Ziva.

"Iya, makan biar Lo nggak kurus kayak gitu" Ujar Theo.

Ziva tertawa senang.

"Besok ke dokter yuk, kan libur" Ujar Theo.

"Engga mau" Tolak Ziva.

"Pokok-"

"Ga mau wleee" Ziva menjulurkan lidahnya.

Theo tertawa kecil dan memencet hidung Ziva pelan.

"Mau suapin Theo" Ujar Ziva.

Theo tertawa dan menuntun gadis itu untuk menyuapi dirinya.

"Theo baik banget" Kata Ziva tersenyum kecil.

"Iya, gue tau dunia Lo udah gelap tapi gue mau jadi mata Lo sampai nanti Lo bertemu dengan orang yang tepat" Ujar Theo.

"Kenapa?" Tanya Ziva.

"Kan kita beda" Theo menoel hidung Ziva.

"Gue nggak mau ninggalin tuhan gue. Kita terhalang tembok yang nggak mungkin runtuh. Kita berbeda hehe" Ujar Theo.

Ziva mengangguk mengerti. Dia tahu jika keyakinan mereka berbeda.

Samudra datang mengalihkan perhatian Theo. Dia meletakkan mangkuk di tangannya dan memberikan gadis itu minum.

"Ziva"

Ziva menoleh. Meraba pelan siapa yang datang.

"Kakak belum pulang?" Tanya Ziva.

"Gue beliin lo makan tapi kayaknya Lo udah kenyang" Ujar Samudra datar.

"Nggak papa, Sini Ziva makan" Kata gadis itu meminta.

Samudra mengambilkan sepotong martabak untuk Ziva. Gadis itu memakannya.

"Kakak ngga makan?" Tanya Ziva.

"Lo aja" Jawab Samudra.

"The sini abisin makanannya, bantuin Ziva" Ujar Ziva.

"Iya" Jawab Theo canggung.

"Udah makan?" Tanya Ziva.

"Iya ini udah" Jawab Theo berbohong.

AZIVA ALMANTHEA (ARABELLA 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang