Leon merasa marah saat melihat pemandangan di depan matanya.
Pasalnya ia baru dua jam putus dengan Tamara, lalu wanita itu semakin membuat hatinya hancur.
Tamara bercinta dengan papanya. Laki-laki yang sudah mengkhianati mamanya sepuluh tahun yang lalu, hingga akhirnya mereka bercerai.
"Lihat, dia adalah mantan pacarku." Ucap Tamara membuat darah Leon mendidih.
Sedangkan Danu terkesiap menatap Tamara tak percaya.
"Jadi selama ini kau jalang papaku?" Tanya Leon datar.
"Ya iyalah. Menurutmu aku ini setia?"
"Cukup Tamara!" Bentak Danu.
Tamara yang hanya mengenakkan bra dan celana panjang nya itu memeluk Danu posesif.
"Ternyata dengan mama memilih bercerai adalah hal yang benar. Kau menjijikkan." Ucap Leon lalu pergi dari sana.
Fredly yang melihat sahabat nya bermuka marah itu langsung menghampirinya.
"Le? Kamu bertemu mereka?" Tanya Fredly yang membuat kerutan di kening Leon.
"Ya."
Leon meneguk satu botol minuman beralkohol, lalu membanting botol itu hingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga.
"Kenapa harus aku!" Jerit Leon yang langsung di tenangkan oleh Fredly.
"Le sadar! Kamu tidak pantas mendapatkan Tamara."
"Kenapa harus aku yang jadi kekasih si jalang sialan itu? Padahal aku sudah memberikan seluruh hatiku padanya selama tiga tahun ini. Kenapa?"
"Kamu pasti mendapatkan yang lebih baik Le. Sekarang ayo ku antar pulang, jangan mabuk!"
Fredly menarik tangan Leon dan membawa pria itu masuk ke mobil.
Leon yang sudah terkapar karena mabuk itu pun sudah tertidur. Fredly hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Cuma sebotol kamu pun sudah mabuk." Ucap Fredly yang kembali fokus menatap ke jalanan.
Adela yang merasa gelisah keluar dari rumahnya dan menunggu Leon pulang.
Setelah sekitar 10 menit mobil yang di kendarai Fredly dan Leon sampai di depan gerbang rumah Leon.
Fredly menurunkan kaca mobil dan menyapa ibu dari sahabat nya itu.
"Malam Tante, maaf Leon saat ini mabuk." Ucapnya dengan tak enak hati.
"Apa? Ya tuhan, cepat turunkan dia."
Fredly membuka pintu samping dan memapah Leon sampai ke dalam kamarnya.
Fredly yang terus di tanyai Adela itu pun akhirnya bercerita.
"Aku sudah menduga Leon cepat atau lambat akan mengetahuinya."
"Jadi Tante sudah tahu?"
Adela mengangguk.
"Kasihan sekali Leon."
"Terimakasih sudah mengantar dia pulang. Jangan pulang dulu, Tante buatkan kopi."
"Jangan Tante. Aku langsung ke bar, karena masih buka."
"Baiklah. Tante terimakasih sekali lagi."
Fredly mengusap punggung tangan Adela. Ia sudah menganggap wanita paruh baya itu seperti ibunya sendiri.
Adela menatap putra dengan sendu. Tak terasa ia menitikkan air mata.
"Semoga suatu saat kamu menemukan wanita yang sangat mencintaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Impotent(18+)
RomanceWARNING 21+ Harap bijak dalam membaca! ~~~ "Kita putus, kau dengar itu?!" "Kenapa?" "Karna kau impoten, Leon Vittorio Kenzie!"