Kedua sejoli itu menikmati waktu berdua hanya di apartemen, setelah memutuskan untuk kembali menjalin hubungan.
Leon tak lupa menelpon Adela yang sedang cemas di rumah. Ia berkata akan menginap di apartemen Laura.
Tok tok tok
Leon menatap ke arah pintu saat dirinya tengah duduk berdua di sofa bersama Laura yang berada di pangkuannya.
"Kamu mengundang seseorang?" Tanya Laura lalu mendudukkan dirinya di samping Leon.
"Mana mungkin, harusnya aku yang tanya padamu," jawab Leon.
Laura bergegas membuka pintunya namun di tahan oleh Leon.
"Biar aku saja." Leon berdiri dan menekan gagang pintu dan membukanya dengan spontan.
Zain berdiri tegap di depan pintu apartemen Laura dengan wajah kaku, saat mengetahui Leon yang membukakan pintu.
"Ada apa?" Tanya Leon tidak ramah.
Laura bergegas menengok dan terkejut saat melihat Zain menatapnya penuh selidik.
"Beginikah kalian menyambut seorang tamu?" Sindir Zain lalu nyelonong masuk melewati kedua orang itu.
Leon menatap tak suka saat melihat Zain duduk di sofa yang ia tempati dengan Laura tadi dan menyomot Snack di meja.
"Apa kau sudah terbiasa menyelinap ke apartemen Laura saat aku tidak ada?" Tanya Leon duduk di sebrang Zain dengan tatapan membunuh.
Zain terkekeh, "bukankah aku lebih dulu mengenal Laura daripada kamu, orang baru."
"Orang baru yang akan menemani dia sampai maut memisahkan."
Zain tertawa mengejek dan meminum bekas minuman Laura, yang membuat Leon kepanasan.
"Tidak sopan! Ada perlu apa kau kemari? Katakan, dan setelah itu pergi dari sini." Usir Leon dengan tegas.
Zain menatap Laura, "di antara aku dan Leon. Lebih berhak siapa yang menemanimu disini?"
Laura mengernyitkan keningnya saat mendengar pertanyaan Zain yang menurutnya aneh.
"Tentu saja kalian semua harus pergi!" Jawab Laura membuat Leon merengut.
"Sayang! Kenapa aku juga harus pergi?!" Tanya Leon tidak terima.
"Karena aku lelah. Jadi kalian pergi saja, aku ingin sendiri." Ucap Laura lalu membereskan sisa makanan di meja.
"Tapi kan, aku sudah bilang akan menginap."
"Apa? Menginap?! Tidak boleh!" Ucap Zain dengan lantang.
Leon menarik kerah kemeja Zain dan membawa pria itu keluar dari apartemen Laura.
"Dasar perusak suasana! Pulang saja sana!" Leon mendorong tubuh Zain dengan keras.
Dan saat akan berbalik, pintu apartemen Laura sudah tertutup dan terkunci.
Tok tok tok!
"Sayang, kenapa di kunci? Ponselku ada di dalam," ucap Leon.
Tak lama kemudian Laura membuka pintunya sedikit dan mengulurkan tangannya keluar sembari membawa ponsel Leon di tangannya.
Leon mendorong pintu dengan pelan, namun Laura sudah mengganjalnya dengan sofa.
"Leon, bawa pulang kak Zain. Dia sedang mabuk," ucap Laura dan akan menutup kembali pintunya.
"Ha? Mabuk?"
"Iya cepat bawa dia pergi."
"Bagaimana kamu bisa tahu?" Tanya Leon dengan polos, lalu menatap ke arah Zain yang berdiri dengan lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Impotent(18+)
RomanceWARNING 21+ Harap bijak dalam membaca! ~~~ "Kita putus, kau dengar itu?!" "Kenapa?" "Karna kau impoten, Leon Vittorio Kenzie!"