Part 6

1.6K 45 0
                                    

Setelah setengah jam Leon berada di kamar mandi, ia memutuskan untuk keluar.

Pria itu mendapati Laura sedang duduk di tepi ranjang sembari bermain ponsel di tangannya.

Gadis itu menoleh, ingin sekali ia mengatakan jika Leon sangat lama berada di dalam kamar mandi. Tapi melihat celana Leon yang agak basah, membuat Laura memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal.

"Ada apa dengan tatapanmu?" Tanya Leon dengan tatapan yang menyelidiki.

Laura jadi gelagapan, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.

'Dia tidak tahu saja, aku susah payah menidurkan juniorku yang menggila. Dan sekarang dia seenaknya menatapku begitu,' batin Leon menggerutu.

"Tenang saja. Aku tidak akan memakan mu." Leon berjalan menuju ke arah Laura, gadis itu semakin gugup saat tatapan Leon seperti menghunus ke arahnya.

"Ja-jangan menyentuhku. Kumohon," Laura memejamkan matanya dengan tubuh yang gemetaran.

Leon yang tidak berniat menyentuhnya itu tiba-tiba memiliki ide jahil.
Pria itu mengusap lembut pipi Laura dengan jemarinya, membuat tubuh Laura merinding.

Laura memundurkan tubuhnya dan Leon semakin mendekatkan dirinya pada Laura.

Pria itu merengkuh tubuh Laura dan tangan lain pria itu mengambil jaketnya, dan memakaikannya pada Laura.

Laura terkejut dan membuka matanya, betapa ia sangat malu saat ini dan ingin kabur saja.

"Cepatlah. Ini sudah larut malam," ucap Leon lalu mengambil kunci mobil dan berjalan keluar terlebih dahulu, di ikuti Laura di belakangnya.

Beberapa pasang mata tertuju ke arah mereka, dan tak sedikit yang berbisik-bisik membicarakannya.

Leon tetap fokus melihat ke depan, dalam hati ia sangat kesal melihat pria mata keranjang yang terus menatap Laura dengan lapar.

"Ma-maaf, bisa pelan kan langkahmu? Kaki ku sedikit nyeri."

Leon menghentikan langkahnya lalu berbalik badan, ia mendapati Laura sedang membungkuk sambil memijat betisnya.

Leon yang melihat itu segera berjongkok dan ikut memijat betis Laura.

Gadis itu terkesiap saat tangan Leon menyentuh kakinya, entah kenapa tubuhnya mendadak tegang.

"Apa masih sakit? Bisa jalan tidak?"

"Bi-bisa. Sudah mendingan," jawab Laura sedikit gugup.

Leon melepaskan tangannya dari kaki Laura. Pria itu mengimbangi jalan Laura agar Laura tidak lagi tertinggal di belakangnya.

'Perlakuan pria ini sangat manis dari tadi, Apa dia orang baik? Uh, Laura. Tentu saja dia baik, kalau tidak untuk apa dia menolongmu. Kenapa aku jadi kesal,' batin Laura bermonolog.

Leon yang sudah sampai di parkiran segera masuk ke mobil bersama Laura.

"Katakan, Dimana alamat rumahmu."

"Turunkan aku di depan gedung apartemen DC Grande Residence."

Leon menatap Laura sebentar, ternyata apartemen itu dekat dengan rumahnya.

Hanya berjarak dua kilometer!

Leon segera melajukan mobilnya dan menuju apartemen Laura.

Setelah 15 menit, Laura turun tepat di depan gedung apartemen.

"Terimakasih banyak sudah menolongku. Aku tidak tahu akan seperti apa jika pria itu berhasil menangkapku."

Laura tersenyum tanpa henti, ia akan menganggap itu sebagai balas Budi. Karena Leon sudah menolongnya.

I'm Not Impotent(18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang