Leon dan Laura saling berpelukan. Setelah mereka makan malam bersama di apartemen Laura, Leon pamit untuk pulang.
"Aku pulang sayang. Jangan tidur larut malam, dan jangan biarkan siapapun masuk," ucap Leon sembari mengacak rambut Laura dengan gemas.
"Iya, hati-hati."
Leon melambaikan tangannya dan kemudian membalikkan badannya. Pria itu menuju tempat parkir dan segera meluncurkan mobilnya menuju rumah.
Sesampai rumah, Leon di sambut dengan tatapan memicing dari mamanya. Wanita paruh baya itu mendekat ke arah putranya.
"Mari kita duduk, ada yang perlu mama bicarakan." Adela menarik tangan putranya, dan mendudukkan Leon di sofa berdampingan dengan dirinya.
Leon mendadak tegang saat Adela menyorotkan matanya dengan tajam.
"Kapan kamu akan membawa Laura kemari? Mama sangat ingin bertemu dengannya," ucap Adela yang membuat Leon terkekeh.
"Sebentar lagi. Mama sabar dong." Jawab Leon lalu melepas jaketnya.
"Darimana kamu? Pamitnya mau ke rumah Rio. Tapi, mama seperti mencium aroma parfum yang sama seperti waktu itu."
Leon tertawa pelan.
"Yah, ketahuan. Besok aku akan menyuruh Laura untuk membeli parfum lain."
"Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Adela.
Leon mengangguk.
"Ma. Apa mama suka jika Laura menjadi menantu mama?"
Adela spontan mengangguk antusias. Mata wanita paruh baya itu berbinar saat Leon memberikan tanda-tanda keseriusan di dalam hubungannya.
"Syukurlah jika mama suka. Aku tidak bisa berlama-lama menjadikan dia kekasihku, dia sangat butuh perlindungan ma."
Adela mengerutkan keningnya, "apa maksudmu? Laura dalam bahaya?"
"Bisa di katakan begitu, bisa juga tidak. Saat ini kita tidak tahu seperti apa orang-orang di sekeliling Laura, sedangkan gadis itu tidak punya siapa-siapa lagi."
Adela semakin tidak mengerti dengan ucapan putranya.
"Katakan dengan jelas!"
"Laura anak yatim piatu. Dia anak pemilik perusahaan berlian yang satu tingkat di bawah perusahaan kita."
Adela melongo, "Laurence diamond group?"
"Iya. Dan saat ini perusahaan itu di jalankan oleh orang kepercayaan ayah Laura," ucap Leon.
Adela tiba-tiba termenung saat Leon membahas masalah Arsenio. Wanita itu jelas mengenal sosok pria yang pernah ia cintai saat di jaman sekolah menengah.
Mendengar Laura anak dari Arsenio, mendadak tangisnya menjadi pecah ruah.
"Kenapa mama menangis?" Tanya Leon bingung. Pria itu menenangkan mamanya dengan merangkul bahu ibu yang melahirkan itu.
"Ti-tidak apa-apa." Jawab Adela seraya menghapus airmata nya.
'Jika Laura anak Arsenio, berarti dia juga anak Margaretha. Wanita yang sudah menghancurkan rumah tanggaku. Bagaimana ini? Apakah Leon akan menerima Laura jika dia tahu, Laura anak dari wanita yang sangat ia benci,' batin Adela.
"Ma! Malah ngelamun. Ada apa?" Tanya Leon.
Adela menganggukan kepala. Ia mengusap sisa air matanya, dan menepuk pelan punggung tangan Leon.
"Mama ingin kamu berjanji untuk menjaga Laura apapun yang terjadi. Jangan lepaskan dia, lindungi dia. Dia gadis yang sangat malang sekali," ucap Adela dengan air mata yang keluar kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Impotent(18+)
RomanceWARNING 21+ Harap bijak dalam membaca! ~~~ "Kita putus, kau dengar itu?!" "Kenapa?" "Karna kau impoten, Leon Vittorio Kenzie!"