Leon menurunkan tubuh Laura di atas tempat tidur.
Pria itu memalingkan wajahnya saat belahan dada Laura yang menantang itu tersingkap.Ia segera meraih selimut lalu menyelimuti tubuh Laura sampai batas dadanya.
"Ck! Apa sih yang kulakukan? Kenapa aku jadi salah tingkah begini."
Laura mendengkur halus di sela-sela tidurnya, membuat Leon mengerutkan keningnya.
"Dia tidur atau pingsan?"
Leon yang tidak tahu perbedaan antara pingsan dan tertidur, mengecek nafas Laura menggunakan jari telunjuknya.
"Bagaimana kalau dia sakit?"
Leon menepuk dahinya pelan. Pria itu merasa aneh, karena merasa sangat peduli pada Laura.
Leon melangkah menuju sofa dan menyenderkan punggungnya yang terasa pegal.
Ia lalu menghubungi seseorang, dan tak lama terdengar suara ketukan pintu sebanyak tiga kali.
Leon beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.
Seorang boy service mengantar makanan dan saat ingin membawanya masuk, Leon mencegahnya.
"Biar aku saja," ucap Leon sembari meminta meja dorong yang pria itu bawa.
"Biarkan jadi tugas saya pak Direktur, jarang-jarang anda datang kemari. Biar saya yang melayani anda," kata pria itu sopan.
Leon melirik ke arah Laura yang masih dengan posisi yang sama, lalu menatap pria muda di depannya.
"Maaf, tapi aku sedang bersama kekasihku."
Leon merutuki dirinya sendiri, entah mengapa kalimat itu meluncur begitu saja melewati mulutnya.
"Maafkan saya yang lancang. Maaf," ucap pria itu sambil membungkukkan badannya berulangkali.
"Tidak apa-apa. Ini untukmu," Leon memberikan lima lembar uang berwarna merah dan berlalu masuk ke dalam kamar.
Saat melewati nakas, ia melihat ponsel Laura yang terus menyala di samping tasnya.
Tertera nama Tasya disana, yang sedang menelponnya.
"Bukankah dia temannya?"
Leon hendak menerima panggilan itu, namun dia urungkan.
Mereka tadi bersama, kenapa temannya tidak tahu Laura hampir dibawa kabur oleh penjahat.
Tanpa Leon tahu, Tasya juga di bawa kabur.
Pria itu mendudukkan dirinya lagi di sofa sembari bermain ponsel. Tiba-tiba Adela menelponnya.
"Halo Ma?"
"Kamu kok belum pulang nak? Apa terjadi sesuatu di jalan?" Ujar Adela dengan nada cemas.
"Tidak kok. Leon mampir ke kantor sebentar, setelah ini pulang. Mama jangan tidur larut malam. Jangan menungguku ya."
"Yasudah hati-hati di jalan. Mama hanya khawatir."
"Iya, maaf membuat mama khawatir. Leon pasti pulang kok."
"Baiklah, mama matikan telponnya."
"Iya, tidurlah ma. Selamat malam."
Tut!
Adela berjalan memasuki rumahnya, karena sedari tadi ia berada di teras saat menelpon putranya.
Beberapa menit yang lalu, Danu si mantan suami mampir ke rumahnya.
Pria paruh baya itu hendak membicarakan sesuatu dengan Leon, tapi putranya sedang tidak berada di rumahnya.
Adela mengatakan kalau Leon sedang menghadiri acara di Bar milik Fredly, dan tanpa di sangka Danu juga pulang dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Impotent(18+)
RomanceWARNING 21+ Harap bijak dalam membaca! ~~~ "Kita putus, kau dengar itu?!" "Kenapa?" "Karna kau impoten, Leon Vittorio Kenzie!"