Part 21 Ternyata!

206 8 1
                                    

"Leon tidak menghubungi mama sama sekali," ucap Adela yang saat ini terlihat cemas saat Laura menanyakan tentang Leon yang tidak memberi kabar seharian ini.

Laura semakin lemas mendengarnya, ia panik.

"Rio, coba hubungi Leon sekali lagi." Pinta Adela yang langsung di turuti oleh Rio.

Dan sama saja, Leon tidak bisa di hubungi termasuk Fredly.

"Bagaimana ini? Kalau terjadi sesuatu dengan Leon, bagaimana? Aku takut," ucap Laura sembari menangis.

Adela melihat ketulusan di wajah Laura, wanita paruh baya itu membawa Laura ke dalam pelukannya.

"Berdoalah, semoga Leon baik-baik saja." Ucap Adela juga meneteskan air mata.

"Kita lanjut pantau keesokan harinya, jika masih tidak ada kabar. Aku akan bertindak." Ucap Rio dengan mengepalkan tangan.

"Laura, kamu ikut pulang atau menginap disini?" Tanya Rio yang sudah memegang kunci mobilnya.

Laura menatap wajah Adela, "aku akan menginap saja."

Adela tersenyum.

"Dengan senang hati nak."

Rio menyalami tangan Adela lalu berpamitan untuk pulang.

"Kalau sampai pagi nanti Leon tidak bisa di hubungi, aku harus meminta bantuan Om Willy." Gumam Rio saat sudah berada di dalam mobil.

Pria itu menjalan mobilnya menuju ke rumah.

Pagi ini keadaan Leon sangat memprihatinkan. Wajahnya sangat pucat sekali. Suhu tubuhnya menjadi naik dan menggigil.

Tiga jam yang lalu, Fredly membantu Leon untuk mengenakan pakaiannya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Fredly saat Leon berusaha duduk dan bersandar di dinding.

"Sangat buruk. Fred, berikan ponselku." Tuding Leon ke arah kursi.

Fredly meraih ponsel itu dan memberikannya pada Leon.

"Gadisku sangat cemas. Terlihat sekali dia menelponku berkali-kali," Leon membaca satu-satu pesan dari Laura.

Duak!

Suara pintu di buka keras mengejutkan kedua pria tampan itu.

Seorang pria bodyguard suruhan Louise memberikan dua bungkus nasi pada mereka berdua, tak lupa sebotol besar air minum.

"Suruh tuanmu datang kesini. Aku ingin bicara!" Ucap Leon lemas namun sangat tajam.

"Makan saja dulu." Bodyguard itu kembali meninggalkan mereka dan mengunci pintunya.

Fredly membuka kedua bungkus nasi itu dan matanya berbinar saat melihat lauk rendang dengan bumbu melimpah di atasnya.

"Aku sangat lapar, tapi juga sangat lemas." Ucap Leon.

Fredly mengerti arah pembicaraan temannya itu.

"Bilang aja mau di suapi," ucap Fredly terkekeh.

"Seharusnya begitu." Leon membuka mulutnya saat Fredly mengarahkan sendok berisi nasi rendang ke mulut Leon.

"Tua Bangka itu, aku masih penasaran apa tujuannya melakukan ini. Tapi kenapa dia hanya menyiksamu? Mengapa tidak aku juga di siksa olehnya," ucap Fredly di sela makannya.

"Berarti incarannya adalah aku. Bukan kamu," jawab Leon.

Mereka berdua menyelesaikan makannya dan meminum air setelahnya.

Brak!

Tuan Louise dan Lucas masuk bersama. Leon sontak menatap tajam ke arah mereka berdua.

Fredly terkekeh saat melihat penampilan Louise yang tidak berubah. Hanya saja saat ini kemejanya berwarna hijau toska.

I'm Not Impotent(18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang