Dunk berjalan di ruangan gelap sendirian, hanya cahaya dari ponselnya saja yang menerangi jalannya. Dia melihat layarnya sudah menunjukan pukul 3 dini hari. Dunk melupakan maksud dari perkataan Pond beberapa saat lalu, ia justru berniat untuk pergi ke kamar Joong alih-alih ke kamarnya dan tidur.Dia berharap bisa segera tidur namun hatinya menolak, ada yang mengganggu pikirannya. Ketika Joong menelponnya itu sudah tengah malam, berarti Joong juga mungkin saja benar-benar memikirkannya.
Tidak dapat di pungkiri jika Dunk amat sangat mengkahawtirkan Joong.Sesampainya di depan pintu kamar Joong. Ia tidak langsung masuk.
Dunk justru diam sejenak karena takut jika ternyata Joong belum tidur dan ia masih belum bisa bertatap muka dengannya. Setelah 10 menit menunggu akhirnya tangannya yang sedikit ragu itu mulai menggenggam gagang pintu dan perlahan menekannya agar tidak menimbulkan suara.Kamar itu begitu redup, hanya cahaya dari lampu duduk yang ada di meja saja yang menerangi kamar itu.
Dunk terdiam sejenak saat melihat sosok pria yang ia cintai sedang berada di bawah cahaya lampu duduk di sebuah meja. Tampaknya Joong tertidur di meja itu. Perlahan ia mendekatinya. namun ia berjalan ke ranjang untuk mengambil selimut yang masih terlipat rapih di ranjang lalu ia selimuti Joong dengan hati-hati agar tidak membangunkannya.Terselip satu buah pulpen di tangan Joong, tampak nya dia menulis sesuatu sebelum ia benar-benar tertidur.
Dunk melihat buku catatan itu tapi hanya sebagian saja karena buku itu sedikit tertutup oleh tangan Joong.Matanya mulai menelusuri setiap kata yang Joong tulis.
Aku ingin selalu berada disisimu,
Aku ingin ada saat kau terbangun di pagi hari,
Aku masih butuh belaian mesramu
Aku tak mau kau pergi dariku
Akankah kau bisa kudapati lagi ?Aku terjebak dalam lingkaran cinta,
Aku terjerembah dalam jurang asmara dan luka yang aku ciptakan sendiri,
Tapi ku tak bisa berbuat apa-apa
Aku hanya bisa terdiam dan membisu
Aku memang seorang pecundang
Aku sudah menghianatimu dan kini aku menyesal,
Aku memang tak punya keberanian
Untuk bisa hidup tanpa dirimu,Dunk Natachai tolong datanglah padaku dan ajari aku,tuntun aku,
bantu aku untuk bisa mendapatkan dirimu lagi dan maafkanlah pria tidak tahu diri ini.Aku ingin kau______
Dunk berhenti menelusuri catatan itu karena ia tidak bisa membaca kalimat berikutnya karena tangan Joong menghalanginya dan dia tidak bisa untuk menyingkirkannya. Dia hanya mampu menatap sedih Joong. Tangannya ingin mengelus kepalanya tapi ia urungkan. Dunk tersenyum walaupun matanya memerah dan berair.
Beberapa pertanyaan terlintas di pikirannya . Apakah Joong benar sangat mencintainya sampai seperti ini ? Dunk ingin mempercayai itu namun setiap kali ia mengingat Joong dan Phuwin, bayangan indahnya berubah menjadi sebuah luka, namun meski begitu Dunk sungguhlah sangat mencintai pria ini.
Dunk mengecup kepala Joong dengan sayang dan berbisik, "Mimpi indah sayang. Aku mencintaimu" ucapnya sendu. Air matanya menetes di kepala Joong.
Dunk langsung menutup mulutnya karena takut jika tiba-tiba ada suara isakan yang keluar dari mulutnya itu. Dia segera menjauh, dan berjalan terburu-buru untuk keluar dari kamar Joong.*****
Matahari sudah terbit. Joong mulai membuka matanya, ia tertidur di mejanya semalaman dengan posisi yang masih sama seperti terakhir kali Dunk lihat. Joong merasa tidurnya nyenyak dan hangat. Ia mulai bergerak, tubuhnya terasa pegal dan sakit, ia meregangkan tubuhnya sejenak. Joong baru menyadari jika dia memakai selimut. Selimut ?
Joong mulai mengingat-ingat, dia tertidur begitu saja lantas siapa yang menyelimutinya. Dengan cepat ia menggerakan kepalanya kekiri dan ke kanan, tangannya menggenggam selimut itu sedangkan matanya mencari-cari seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR || JOONGDUNK
FanfictionTergabung dalam sebuat Boygrup Thailand bernama JDPP Joong Dan Dunk menjalin suatu hubungan di tengah2 karirnya namun Cedera yang di alami Dunk membuatnya harus berhenti melanjutkan mimpinya untuk terus debut bersama JDPP. Setelah satu tahun lamany...