BAB 29 : DHIKA, SWEET!

300 19 2
                                    

Haii, gimana kabarnya?? Semoga baikk ya!

Kalian baca di waktu appaaa? Pagi, sore, or malem nih?

Kalau aku sih, nulis malem😽

Jangan lupa bintang sama komennya sayangg!⭐

Yang baca cerita ini, udah pada follow kan? Jangan lupa follow yang belum

Ngemis vote boleh gak sihh?

Berhubung aku baik, aku lanjuttt meskipun gak semangat!😔

******

"Oh.., gitu," ujar Nadya yang berdiri di ambang pintu, mendengar semua ocehan Arga.

"Ngapain Lo?," Tanya cowok itu.

"Jenguk kamu sih," balasnya.

"Oh,"

"Apa?,"

"Gak,"

"Lo kenapa baru kesini?," Cowok itu menaikkan sebelah alisnya. Nadya dibuat geleng-geleng kepala melihatnya, sungguh, ia bingung dengan cowok itu.

"Aku tadi sibuk, beli ob-," gadis itu memotong ucapannya sendiri, tidak mungkin ia menjelaskan tentang obat. "Beli obralan di pasar," Timpalnya.

"Cuih," desis Arga.

"Kenapa nyariin? Katanya gak peduli?," Mati kutu, Arga benar-benar bungkam, Nadya mendengar semuanya.

"Gue gak nyari Lo," ujar cowok itu tanpa menatap Nadya. "Gausah ge-er," sambungnya. Nadya hanya mengangguk-anggukan kepalanya, mulutnya tertekuk keatas meremehkan ucapan Arga.

"Oiya! Tadi, temen-temen kamu tanya-tanya soal kamu, sama kamar rawat kamu. Mereka..., Udah kesini?," Tanya Nadya mengganti topik.

"Udah, budeg gue ada mereka," Nadya tersenyum tipis mendengar jawaban Arga, setidaknya, cowok itu mau sedikit bercerita kepadanya, kan?

"Gaboleh gitu sama temen sendiri," nasehat gadis itu.

"Bodo," Arga menarik selimut untuk beranjak tidur, malam sudah mulai larut. Ia membelakangi Nadya dan mulai menutup matanya.

"Yaudah, kamu istirahat. Aku..., Mau pulang dulu," ujar gadis itu.

"Mama lagi gak disini," Arga kembali menghadap Nadya sembari memegang pergelangan tangan gadis itu, menahannya untuk pergi.

"Terus?," Nadya sebenarnya tau, dia sangat peka. Gadis itu tau, Arga menyuruhnya untuk tetap disini menemani, tapi, ia hanya mengecek, seberapa gengsinya cowok itu

Arga berdecak sebal, ia mulai mengendurkan genggaman tangannya kepada Nadya.

"Iya, aku disini," ucap Nadya. Bibir Arga berkedut menahan senyuman, ia harus tetap pada ekspresi datarnya, jangan sampai ia tersenyum.

"Gengsi digedein," timpal Nadya.

***

"Cuih, gue, harus dapetin Arga, apapun caranya!," Ujar Cia yang sedang berdiri di balkon kamarnya.

ARGA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang