Haiiii, gimana kabarnya???
Semoga selalu baik ya!!Aku perhatiin nihh, yang baca ceritanya banyakkk, tapi ga mau vote, kenapa ya
Bintangnya sebelum lanjut baca kakak🌟
***
Awan terus menumpahkan seluruh bebannya, hujan deras mengguyur kota pagi ini. Nadya bangun dari tidurnya, ia kedinginan.
"Dingin banget," Nadya masih berusaha menetralkan pandangannya dari lampu kamarnya. Gadis itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah cermin, ia melihat dirinya sendiri disana. "Pucat," ucapnya sebelum bergegas ke kamar mandi.
***
"Ka Jevan, aku kangen ka Jevan," ucapnya pada diri sendiri. Nada bicaranya melembut seakan menjadi Arga yang tidak sama, jati dirinya yang sebenarnya, Arga yang penuh kehangatan, bukan Arga yang penuh dengan dendam dan Arga yang dingin.
"Semua karena Ayah Nadya!," Cowok itu berteriak, ia benar-benar hancur saat mengingat semuanya.
"Arga.., Arga minta maaf ka, Arga gabisa, Arga benci sama Nadya," cowok itu mengambil satu gelas air putih yang ada di nakas, ia meneguk perlahan.
"Arga gak bisa! Arga benci Nadya, kak! Arga benci!," Teriakannya semakin menjadi-jadi, beruntung masih sangat pagi, tidak ada yang mendengarnya. Gelas yang ia bawa dilempar begitu saja. Isak tangisnya membuat tubuh tegap itu bergetar hebat, tetes demi tetes air mata luruh begitu saja dari pelupuk matanya, perih di ulu hatinya menjalar ke mana-mana, sakit.
"Gue gak terima! Ka Jevan harusnya bahagia sekarang! Disini," ujarnya semakin menambah rasa perih pada ulu hatinya. "Bareng Gue," lirihnya di akhir kalimat.
"Gue sayang sama lo, Lea. Gue gak terima atas apa yang dilakuin sama Ayah Lo, tapi.., gue juga tau, disisi lain, Lo gak salah, dan sialnya gue benci sama keluarga Lo, termasuk Lo," Hatinya semakin nyeri, sekujur tubuhnya semakin bergetar, semua terasa sakit dan membingungkan. "Dan gue, lebih benci sama diri gue sendiri! Gue benci perasaan gue yang selalu bikin gue bingung," cowok itu menarik rambutnya mengurangi rasa sesak dan sakit dalam tubuhnya. Arga yang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, Arga yang sayang sekaligus benci, Arga yang tidak terima atas kepergian saudara satu-satunya.
Arga dan Luka.
***
"Besok, waktunya chek up, aku makin benci sama diri sendiri, haha," Nadya tertawa hambar, semakin ia rasakan, semakin sakit.
"Katanya, ada kemungkinan sembuh, mati pun aku juga gakpapa...," Ujar gadis itu sembari merapikan pakaiannya.
"Aku..., Beban ayah, ya?," Ya, kalimat itu setiap hari terngiang-ngiang di kepala Nadya. Kalimat singkat yang membuatnya menangis, kalimat singkat yang membuatnya menyesal hidup, kalimat singkat yang selalu membuatnya putus asa.
"Tunggu ajaa Yahh, kalau ayah keluar dari penjara, aku pasti udah ga ada, lagian, ayah pasti seneng kann," gadis itu tertawa kecil, tawa yang penuh rasa sakit. "Nadya yakin kok, Ayah bakalan berkurang beban hidupnya kalau aku pergi."
***
"Lo kenapa Nad? Dari tadi murung, ga ngomong," tanya Keisya melihat wajah aneh Nadya yang pucat. Jam istirahat baru saja berlangsung, banyak orang di kantin, termasuk 4 gadis yang disebut 'Sahabat'.
"Arga masih dirumah sakit?," Serobot Ayra bertanya kepada gadis itu, dan Nadya hanya membalasnya dengan deheman. Ayra hanya manggut-manggut sebagai tanggapan, gadis itu kemudian melanjutkan acara makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA [End]
Ficção AdolescenteSingkat. Tentang Aku, Dia, dan Masalalu •••••• Senja tau kapan waktunya menghilang Pelangi tau kapan waktunya untuk memudar Bahkan Laut tau kapan waktunya untuk surut Apalagi kamu, kamu tau kapan waktunya berhenti memberi kebahagiaan. •••••• Aku nge...