Berdamai

1.4K 121 10
                                    

Alwyn merasakan tangan lembut dan lemah itu juga melingkari belakang tubuhnya. Niara membalas pelukannya, wanita itu masih terisak dan Alwyn juga merasakan pergerakkan wanita itu yang mengangguk pelan setuju dengan perkataanya barusan.

Kini pria itu dengan perlahan melepas pelukan, kedua tangannya masih merangkul tubuh wanita itu. dia menatap Niara yang menunduk wanita itu masih menangis.

" Aku mau konsultasi " ucap Niara pelan suara wanita itu parau.

Alwyn mengangguk pelan, sedikit lega karena akhirnya wanita itu sendiri mengutarakan keinginanya untuk berkonsultasi dan mungkin mulai menyadari bahwa wanita itu perlu pengobatan.

" Aku akan bicarakan lagi sama Sikolognya " jawab Alwyn pelan.

Memikirkan konsultasi membuat dadanya berdebar tak nyaman. Niara menelan ludah, tangisnya kini mereda. Wanita itu mulai dirundungi kecemasan. Alwyn menunduk untuk melihat wajah Niara, menatap wanita itu bingung yang tiba-tiba terdiam.

" Yang harus kamu butuhkan saat ini kesiapan kamu, kalau jadwal konsul kamu aku bisa atur " jelas pria itu lagi.

Niara mengangkat wajahnya menatap wajah pria itu, dengan pikirannya yang melayang terbang membawa segala rasa was-was dan takutnya. Dia sadar bahwa dia tidak dalam keadaan baik-baik saja, dan berkonsultasi mungkin akan mengurangi sedikit masalah dirinya yang mudah sekali berteriak mara dan mengeluarkan emosi terutama kepada Lio

putra kesayangannya. Tapi ini demi Lio pikirnya. Wanita itu mengepalkan tangan kemudian mengangguk pelan.

Alwyn terpana menatap wajah cemas wanita itu yang kini juga menatap dirinya, entah apa yang ditakutkan wanita itu sehingga membuat Alwyn ingin meberitahu bahwa wanita itu akan baik-baik saja. dan pemikirannya memang membenarkan saat tatapannya turun ke dada wanita itu yang naik turun. Mungkin karena cemas. Tapi pikiran Alwyn mengarah pada yang lain, cepar pria itu memalingkan wajah, menelan ludah.

" Lio gimana ?" tanya wanita itu mengigit bibirnya, kini dia bingung bagaimana dengan Lio saat dia menjalani konsultasi nanti, dengan siapa anak itu tinggal.

" Niara, aku akan atur jadwalnya supaya tidak menganggu aktivitas kamu terutama Lio, tapi aku belum punya kepastian saat ini. malam ini kamu harus istirahat. aku akan sampaikan secepatnya begitu aku dan psikolognya sepakat mengenai jadwal konsul kamu " Alwyn menjelaskan degan terpaksa. memandang wajah wanita it dari dekat memang menyenangkan dengan posisi tubuhnya dengan tubuh wanitait tanpa jarak, tangannya bahkan masih merangkul tubuh wanita itu hingga detik ini. dia juga bisa menghirup aroma rambut dan wangi kelembutan dari tubuh wanita itu. tapi Alwyn tahu wanit itu dalam keadaan tidak sadar dan rapuh, kondisinya lemah memag butuh pertolongan tapi bukan berarti dia akan memanfaatkan hal itu untuk sebuah kenyamanan yang patut dia nikmati.

Selain dirinya sudah lelah dan butuh istirahat. membicarakan pengobatan wanita itu tidak mungkin akan terselesaikan saat ini juga. Apalagi Alwyn sangat yakin setelahw anita itu tersadar dan kembali menjadi wanita yang selama ini Alwyn lihat

Mendngar penjelasan Alwyn Niara menajamkan matanya berpikir, kemudian wanita itu mengangguk lagi. saat dirinya tersadar bahwa tangan pria itu masih melingkar di pinggangnya. Membusungkan dada menghembuskan napas Niara sedikit mengumpulkan tenaganya untuk berdiri tegap. Dadanya berdebar tak nyaman dan terasa aneh saat kedua tangannya bergerak pelan dan lembut untuk menyentuh tangan pria itu, menurunkannya dari sana. tidakannya tidak ingin membuat pria itu tersingung.

" Baiklah ! aku tunggu kabar dari kamu " Niara perlahan mundur membuat jarak.

Alwyn menahan napas, dan menghembuskannya pelan melihat wanita itu sedikit tenang untuk menjauh darinya tidak berontak atau marah seperti biasanya. saat dia berikir bahwa wanita itu akan pergi ternyata dugaanya salah, wanita itu masih berdiri dihadapannya hanya saja sedikit jauh tidak sedekat tadi.

" Masuklah ini sudah malam , anginnya dingin " pinta Alwyn melihat bahwa wanita itu memakai gaun yang sedikit terbuka. Dan angin malam cukup dingin mengenai kulit.

" Kamu mau pergi ? " tanya Niara wanita itu kembali mengigit bibirnya, dia menyesal karena mengajukan pertanyaan yang membuat pria itu kini menatapnya kembali dingin dan tajam. Mungkin saja pria itu memang hendak pergi dan tidak terlalu memikirkan keadaan Lio yang sangat mengharapkan pria itu berada disisinya. Tapi dia tidak menyerah begitu saa ada dugannya terhadap pria itu. Niara masih diam di tempat, wanita itu kini menunduk menunggu apapun jawaban yang akan diberikan pria itu.

" Sudah saatnya aku pergikan ? ada lagi yang ingin kamu bicarakan ? " tanya Alwyn kini dia bingung melihat wanita itu menunduk.

Niara menggeleng pelan, matanya menatap kakinya sendiri yang mengenakan sendal rumah kini menapak pada susunan material batu taman.

" Lio ingin kamu tetap disini " Niara berucap cepat, ekor matanya melihat sekilas pria itu kemudian kembali menunduk.

" Kamu jangan merasa bersalah hanya karena Lio sangat ingin aku ada disini, aku ngerti keadaanya sekarang Niara. Lio harus terbiasa dengan keadaan kita, aku akan kembali besok " jelas Alwyn.

Niara sedikit terkejut dengan jawaban pria itu barusan, wanita itu menelan ludah. perlahan dia mengangkat wajahnya, memberanikan diri untuk menatap wajah pria dihadapannya. Dadanya terasa kembali sesak, saat menatap manik coklat milik pria itu melemah seolah menyimpan kesedihan disana. mungkin sama persis miliknya saat ini. Tanpa sadar wanita itu mengepalkan tangan. Sulit untuk dirinya menerima situasi yang sangat pelik dan serba salah. namun pada akhirnya dia mengangguk pelan.

Sebenarnya Niara sudah berusaha untuk menyembunyikan kerapuhannya dari pria itu agar dia tidak terlihat lemah, namun tetap saja dia tidak dapat menghalau air matanya yang hendak melaju.

" Apa bisa kita berteman ? " tanya Niara dengan bibir bergetar wanita itu menunduk. Air matanya kembali jatuh.

Kali ini Alwyn yang dibuat terkejut dengan permintaan Niara barusan, sulit untuk dirinya percaya bahwa ternyata wanita itu lebih dulu mengajukan sebuah ikatan perdamaian. Mungkin hanya demi Lio atau demi tujuan yang lainnya. Tapi apapun itu tentu Alwyn menerimanya dengan cepat tanpa harus berpikir. dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan menjalin ikatan yang baik pada waita itu. Tidak terpikirkan baginya untuk mengharap lebih karena denga begini saja cukup membuatnya senang bahwa wanita itu degan hati terbuka menerima dirinya sebagai teman.

Pria itu tersenyum lembut, mengangkat tangannya untuk disodorkan dihadapan wanita itu. Tidak menunggu lama, walaupun sedikit ragu akhirnya Niara juga mengangkat tangannya. ini untuk pertama kalinya keduanya berjabat tangan secara damai tanpa adanya permusuhan. Seperti keduanya baru memulai perkenalan. Sebuah perkenalan yang hangat dan terdapat penuh makna kebaikkan disana.

LOVE HURTS : Love In Regret From AlwynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang