" Kok Papa ada disini ? " tanya Lio, anak itu sudah bergabung di ruang makan, duduk di samping Alwyn sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi. Wajahnya menatap lekat keberadaan ayahnya. Jelas saja dia senang dengan kedatangan ayahnya itu yang selalu datang tiba-tiba, tapi dia selalu penasaran kenapa ayahnya selalu ada dan muncul disaat yang tidak terduga. Awalnya dia tidak pernah memikirkan hal tersebut dan dia tidak ingin tahu mengapa hal itu bisa terjadi hanya saja dia memikirkannya karena merasa bingung. Walau sebenarnya dia itu tidak pernah serius untuk mengetahui atau sekeder bertanya. Sesaat menemukan jawaban singkat dengan mudah dia melupakannya seolah rasa bingungnya hanya hinggap sesaat.
Mendengar pertanyaan polos Lio, Alwyn berdecak. kemudian tersenyum karena merasa lucu mendapat tatapan menyelidik Lio yang terlihat menggemaskan.
" Hari ini Papa yang antar Lio ke sekolah " jawab Alwyn, Sebenarnya dia juga merasa aneh karena Lio selalu bertanya mengenai kehadirannya, seolah anak itu juga merasa bingung dengan keberadaanya. kemudian matanya melirik ketempat Niara berada. jarak ruang makan dan dapur dipisahkan sekat lemari kaca minimalis berbagai toples kaca dan guci-guci kecil. Namun dari tempat Alwyn duduk, matanya dapat menembak lurus keberadaan Niara kabinet dapur, disebelahnya ada Marni yang sama sibuknya.
Alwyn masih marasakan kecanggungan pada hal-hal yang baru dilakukannya termasuk saat ini, apalagi mengingat pertama kali dia berada di meja makan bersama Niara di apartemennya kemarin semakin membuatnya bingung harus melakukan apa. Dan di meja makan dihadapannya sudah tersedia tumpukkan roti panggang yang dilipat segitiga di atas keramik segi empat, berbagai buah segar yang berkeringat karena baru dikeluarkan dari lemari pendingin, hanya apel yang baru dikupas dan di potong serta toples warna warni makanan milik anak-anak. Dia juga bingung karena disana hanya terdapat susunan mangkuk tebal, tidak ada piring untuk sekedar memindahkan beberapa roti pangang ke hadapannya. dan dia tidak pernah makan tanpa sendok dan garpu.
" Lio mau roti ? " tawarnya kemudian memecah keheningan. Lio sedari tadi hanya melamun menatap ujung meja dihadapannya, anak itu sepertinya tidak akan makan kalau tidak disuruh.
Bukannya menjawab, anak itu melihat ke arah roti panggang sekilas, mengusap wajahnya dengan kedua tangan, menggeleng pelan.
" Tunggu Mama aja " jawab Lio dingin. Alwyn menaikkan kedua alisnya atas respon anak itu yang selalu menunjukkan suasana wajah berubah-rubah.
" Papa makan aja kalau mau " ucap anak itu lagi sambil melihat ke arah ayahnya.
Ternyata bukan hanya Alwyn yang merasa mati gaya di ruangan itu, sama halnya dengan Niara, wanita itu langsung melipir ke dapur mengerjakan apapun yang bisa dia lakukan disana untuk menghindari suasana canggung dengan keberadaan pria itu dimeja makan. Padahal Lio sudah turun dan duduk manis di meja makan, tapi dirinya memilih mengupasi wortel untuk dimasak Marni sebagai bekal makan Lio. Dia melirik ke arah wanita paruh baya disebelahnya, Marni sedang menganduk nasi goreng di dalam wajan keramik di atas kompor listrik.
" Nah ! Neng Niara---kok ngelamun ? " ucap Marni dia bingung melihat istri majikannya itu berdiri dengan atatpan kosong menatap ke arah wajan keramik di hadapannya.
Niara tersadar tenang, dengan gerakan bola matanya. Kemudian dia menunduk melihat wortel di gengamannya.
" Niara, Alwyn kalau pagi begini biasanya minum teh " ucap Marni tanpa menatap lawan bicaranya, Niara mengigit bibirnya tampak berpikir. menurut wanita itu ucapan Marni barusan bukanlah sebuah informasi tapi lebih merujuk pada sebuah perintah. Niara menghela napas pelan, berat dia melakukannya. Tapi meleparkan tugas atau sekedar menyuruh wanita yang jauh lebih tua dari usianya dia merasa segan.
" Tehnya ada ? " tanya Niara.
" Teh yang biasa Niara seduh, itu teh yang sering Alwyn bawa kesini. Biasanya ibu Imelda yang sering ganti kalau masa pakainya udah mau habis "
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE HURTS : Love In Regret From Alwyn
ChickLitPermadani Niara Rahayu Niara tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk tetap mempertahankan rumah tangganya yang sudah hancur sejak di malam pertama dirinya sebagai pengantin, suaminya mengungkapkan fakta yang menyakitkan, yaitu memiliki kekas...