Perasaan Lio

780 110 24
                                    

Lio menguap menahan kantuk, sambil menggaruk-garuk telinganya yang merah, tidak ada yang dilakukan anak itu selain menonton animasi video game dari layar Tab dihadapan wajahnya, sampai dia sendiri merasa lelah dan bosan. anak itu masih mengenakan seragam taman kanaknya, merebahkan seluruh tubuhnya di atas sofa, berbantalkan paha kakeknya yang sedari tadi duduk tanpa suara sambil berkutik dengan sebuah ponsel, dengan guratan wajah berwibawanya. Jas yang kenakan Kemal beberapa saat lalu sudah di sampirkan di kursi kerja milik Alwyn. Kini dia hanya mengenakan kemeja putih linen panjang, simpul dasinya sudah sedikit dilonggarkan. dengan celana bahan hitam, serta sepatu pantofel. Setelan necis dan rapi khas dirinya ketika sedang bekerja.

" Opah ! Mama sama Papa kemana ? Lio capek " Lio merengek dengan wajah kesal, kakinya menendang-nendang pelan.

Kemal mengitip dari celah ponselnnya untuk melihat wajah cucunya itu,kemudian dia melihat angka yang menunjukkan waktu yang tertera di ponselnya. Ini lebih satu setengah jam dari kedatangannya ke ruangan ini dan menunggui cucunya sedari tadi. Sehabis pertemuannya dengan menteri pariwisat beberapa saat lalu Kemal langsung mendatangi ruangan kerja Alwyn begitu Vina memberitahu dirinya bahwa Alwyn pergi entah kemana sedangkan anak pria itu sendirian tanpa ada siapapun yang menjaga . Jadilah dia memutuskan untuk menemani Lio, selagi menunggu ketidakjelasan keberadaan orang tua anak itu. Tapi setelah mengetahui bahwa Alwyn menyusul istrinya yan terjebak macet karena hendak datang kesini, membuat Kemal memutuskan untuk menemani Lio lebih lama lagi dan membiarkan suami istri itu menghadapi masalah mereka sendiri.

Sebenarnya dia tidak terbiasa menunggui Lio seperti ni, Imeldalah yang kerap melakukan hal itu. Dia memang dekat dengan Lio untuk waktu-waktu singkat namun dengan aktivitas yang jelas. Dia sendiri tidak tahu bagaimana membujuk anak itu agar tetap tenang selain kata-kata dari bibirnya memberikan penjelasan yang agaknya sulit untuk di Lio pahami. Seperti saat ini dia selalu was-was kalau Lio sudah merengek, dia takut anak itu menangis.

" Sebentar lagi, mereka lagi di jalan ! " jelasnya lembut, ucapan yang sudah berulang kali dia sampaikan pada anak itu. Mendengarnya Lio mendesah lelah.

" Mungkin mereka sedang berkelahi Opah ! " ucap anak itu pelan dan enteng. Sekilas Lio mungkin sedang melihat wajah kakeknya dari bawah, padahal tatapan anak itu melesat melewati itu. dia sedang menatap langit-langit ruangan itu. memandang lekat lampu minimalis di atas sana, namun dengan pikirannya yang terbang jauh. Saat dia mendengar dari kakenya yang mengatakan kalauu ah dan ibunya sedang bersama. Setahu Lio dia tidak pernah melihat orang tuanya menghabiskan waktu bersama, selain keduanya sedang bertengkar seperti kebiasaan selama ini dia lihat. Memikirkan kebersamaan ayah dan ibunya membuat anak itu terdiam dengan pandangan mata melemah, dia takut membayangkannya.

" Lio, what do you say hah ! Where do you know those words ? " Kemal berucap pelan namun nadanya tegas dengan suara khasnya yang berat. Pria paruh baya itu menyingkirkan ponselnya, meletakkan benda pipih segi empat itu pada lengan sofa yang bulat memanjang. matanya secara serius memandang anak kecil yang tertidur dibawah sikunya itu. tentu saja Kemal terkejut mendengar Lio bisa mengatakan hal seperti itu, padahal dia sangat tahu bahwa Lio tidak banyak bicara dan pengethauan bahasa anak itu juga sangat terbatas. Tapi mengingat kondisi rumah tangga yang dijalani Alwyn membuatnya berpikir jika perkataan Lio barusan terkait dengan kondisi yang dialami orang tua anak itu. kemal menata Lio kasihan, tidak tahu dia harus berkata apa untuk anak itu.

" Mama sama Papa memang sering berkelahi, Lio often see " jawab Lio kali ini matanya membulat menatap wajah kakeknya, dia ingin kakenya itu percaya bahawa yang dia katakan itu memang benar adanya.

" Lio, apapun yang kamu lihat dari mereka , mereka akan selalu sayang sama kamu. Lio harus percaya itu ? ! "

Lio memandang kakeknya denga tatapan ragu, ragu dia mengartikan ucapakan kakeknya barusan atau sulit untuk dirinya mengerti atas apa yan terjadi akhir-akhir ini terhadap orang tuanya. Anak diam tidak mengatakan apapun lagi. selain dirinya memang kehabisan kata-kata dan sulit mengungkapkan apa yang dia ketahui, apa yang mengangganjal pikirannya sehinga membuatnya resah dan takut.

LOVE HURTS : Love In Regret From AlwynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang