Ciuman Pertama

1.5K 129 17
                                    

Niara terbagun dari tidurnya, bukan karena mimpi buruk melainkan sebuah kebiasaanya yang selalu haus ketika malam hari, dan sekarang dia membutuhkan air untuk menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering dan panas.

Dia melihat ke sekitar, dan menemukan Lio di samping tubuhnya. Keadaan kamar sedikit gelap, hanya di terangi lampu belajar yang terletak di atas nakas di samping tempat tidur. Aneh, dia bisa tidur dengan lelap di kamar ini, padahal sebelumnya kamar inilah yang membuatnya dibayangi kengerian masa lalu saat pertama kali dia masuk tadi. Dan dia ingat, sebelum tidur dia, Alwyn dan Lio sempat bermain kartu di kamar ini. Di sebuah karpet tebal yang terbentang di lantai. Suasana mendadak hangat dan ceria dengan keberadaan Lio yang membuat Niara lupa akan ketakutannya. cepat Niara melihat ke arah lantai matanya membesar tidak menemukan apapun. Niara menelan ludah, Alwyn pasti memindahkan dia dan Lio hingga tertidur disini. Dia bahkan sudah berganti pakaian mengenakan kaos hitam milik Alwyn dan bokser pendek yang kebesaran di bagian pinggang dan panjangnya hingga sampai lutut. Niara terdiam menyelami apa sebenarnya yang sudah dia lakukan. Entah kenapa Niara merasa tidak keberatan akan hal itu. Justru dia tergelitik untuk penasaran dimana pria itu menghabiskan malamnya saat ini. Niara melihat ke arah pintu, dia harus keluar untuk menuntaskan rasa haus dahaganya bersamaan rasa ingin tahunya dimana keberadan Alwyn. Cepat dia bangkit turun dari kasur, dia meringis kakinya yang telanjang terasa dingin menginjak lantai. membuatnya semakin tersadar dan cepat melangkah membuka pintu keluar dari kamar.

Niara terpaku di tempatnya, menemukan Alwyn terlelap damai menghembuskan napas teratur di wajahnya yang menawan, pria itu tidur dalam keadaan kesempitan di sebuah sofa yang tidak dapat sepenuhnya menampung tubuhnya yang besar dan menjulang , Kakinya yang mengenakan kaus kaki dan training abu-abu menjuntai ke bawah, kaus putih di balik sweater abu-abu yang dikenakannya dan melipat kedua tangan di depan dada, kepalanya hanya berbantal sandaran sofa. Posisi tidur yang jauh dari kata nyaman, bagi Niara dia akan bangun dalam keadaan badan pegal-pegal jika dia tidur dalam posisi seperti itu. sdkit tergerak hatinya untuk kasihan pada pria itu itu, Niara kembali membalik badan, masuk ke dalam kamar. Mengambil selimut yang sedikit kecil, dan menyiskan selimut yang lebih tebal untuk dia gunakan bersama Lio. dengan hati-hati Niara melebarkan selimut di atas tubuh pria itu, tidak menutupi semuanya tapi mungkin itu sedikit lebih baik. Melihat wajah pria itu lagi sejenak, cepat Niara menggeleng. kemudian dengan langkah pelan menuju dapur, untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.

.....................................................................................................................................................

Niara sudah bangun saat mendengar kucuran air dari kamar mandi oleh aktivitas seseorang tepat suara Adzan berkumdang, namun dia enggan untuk bangkit dan kembali melanjutkan tidurnya. Saat kembali tersadar dia tahu hari semakin terang, alhasil dia sendiri melaksanakan ibadah paginya dengan tergesa-gesa. sejak itu Niara benar-benar sadar dan enggan untuk kembali ke ranjang. Membiarkan Lio tetap terlelap, Niara keluar dari kamar dan menemukan sajadah terbentang di depan tirai abu-abu, dan pemiliknya masih terlelap di atas sofa. Niara mengira pria itu menyambung tidur setelah melaksanakan sholat subuh tadi. Niara melangkah mengambil sajadah, melipatnya kemudian meletakkan benda itu ke atas nakas di bawah televisi menggantung. Lalu menggeser sedikit tirai untuk mengintip kedaan kota di pagi hari, jalanan ibu kota masih terlihat lengang belum terlihat aktivitas kesibukkan orang-orang berlalu lalang, pagi yang cerah dengan langit biru tanpa awan. Wanita itu kembali menutup tirai dia tahu jika membukanya lebih lebar dapat membangunkan seseorang dari tidurnya.

Niara merasa bosan menjadi satu-satunya makhluk hidup yang tersadar dan diselimuti kesunyian di apartemen yang sepi. Wanita itu pergi ke dapur, menghidupkan lampu sehingga ruangan itu menjadi terang dan berharap cahanya tidak menganggu siapapun. Matanya mengitari sekitar, dari kemarin dia memang sudah tertarik dengan dapur mini itu. Niara tergelitik untuk mengetahi isi setiap kabinet yang menggantung, dengan menjinjit dia membuka pintu kabinet satu persatu. Matany melebar takjub, tanpa sadar wanita itu tersenyum. menemukan banyak bahan disana, rasa penasarannya bergulir membukan lemari pendingin. ada beberap box kecil daging asap, yang tanggal kadaluarsanya sedikit lagi. Niara menghembuskan napas pelan, ini kesempatannya belajar memasak.

LOVE HURTS : Love In Regret From AlwynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang