Keadaan Lio

809 110 3
                                    

" Pak ! anak bapak nggak mau saya tungguin di dalam, dia maunya saya di luar " jelas Vina cepat. Dia langsung berdiri seperti mengadu begitu melihat Alwyn muncul dari ambang pintu. Gadis itu tidak mau membuat atasannya berpikir jika dia tidak menjalankan tugsnya dengan benar, karena Alwyn meminta dirinya menjaga anak pria itu di dalam ruang kerja. tapi anak itu memberinya wajah dingin dan sapaan yang tak kalah sinis dari atasannya. Menyuruh Vina untuk menunggu diluar. Tidak tahan diperlakukan seolah dirinya tidak ada diruangan itu, Vina memilih keluar karena bosan. Dan tiba-tiba saja Alwyn datang memergokinya seolah dirinya sedang bersantai.

Disaat dia sudah merasa cemas dan ketakutan, Ternyata, Atasaanya itu tidak memberikan tanggapan apapun di wajahnya yang dingin dan datar. Melewati begitu saja keberadaan Vina yang langsung menunduk dan menelan ludah, seolah dirinya tidak terlihat dan kasat mata. Vina langsung menahan napas karena cemas, dirinya sudah terbiasa tidak anggap dan tidak dihargai. Dia tidak begitu keberatan karena karyawan lain jga merasakan apa yang dia alami, membuatnya tidaklah begitu buruk.

Vina hanya geleng-geleng kepala mengelus dada.

.............................................................................

Saat Alwyn membuka pintu ruang kerjanya, anak itu bahkan sama sekali tidak menyadari kedatangannya. Lio justru sedang terpaku pada layar segi empat yang sedang menayangkan sebuah animasi video game. Anak itu menumpukkan kedua lututnya untuk berdiri di atas karpet, sedangkan setengah tubuh atasnya menelungkup pada sofa, kedua tangannya terlipat menyanggah wajahnya yang menghadap pada sebuah tablet yang berdiri pada sandaran sofa. dan di atas meja kopi yang dibelakangi tubuh anak itu terdapat banyak bungkusan makanan ringan yang ternyata masih banyak belum dibuka dan dimakan.

Kalau keadaan Lio begini, lantas apa yang harus dikhawatirkan ibu dari anak itu pikir Alwyn.

" Lio ! " panggil Alwyn dingin. Membuat pemilik nama kaget dan cepat membalik badan.

" Hah, Papa kok disini ?! katanya lama ? ! " ucap anak itu polos. Anak itu melirik ke atas meja. sedikit lega karena makanan disana dianggapnya masih banyak. Karena dia senang melihat banyak makanan. Merasa sudah tenang anak itu kembali menonton sama sekali tidak menyadari bahwa ayahnya sedari tadi memperhatikannya.

" Kamu tadi telpon Mama kamu ya ? " tanya Alwyn menyelidiki anaknya sendiri.

" Nggak ! tapi Mama yang telpon Lio duluan " jawab anak itu jujur, tanpa melihat kearah ayahnya.

Alwyn berjalan mendekat sehingga sudah dibelakang tubuh Lio ,sedikit penasaran untuk melihat apa yang sedang ditonton putranya sehingga anak itu sama sekali tidak menyambut kedatangannya . kemudian dia merasa tidak keberatan karena anak itu sedang menonton animasi minicraft sebuah video game. Tapi Alwyn tetap tidak suka kalau putranya itu mengacuhkan dirinya disaat dia ingin berbicara serius atau penting.

" Lio ! matikan dulu Tabnya, Papa mau bicara ! " perintah Alwyn sedikit tegas. Suaranya sedikit meninggi.

Anak itu sedikit terkejut tidak tahu sejak kapan ayahnya it ternyata sudah berdiri menjulang dibelakang tubuhnya. kini dia merasa kesal karena ayahnya itu sangat menganggu. Memutar bola mata sebal, anak itu menurut juga. Mematikan tabloidnya sehingga benda itu redup. Dengan setengah hati dia menoleh ke arah ayahnya, wajah anak itu menengadah.

Alwyn menghembuskan napas pelan, dirinya selalu luluh kalau melihat wajah Lio yang polos dan lugu itu sudah cemberut. Seakan hati dan segala perasaanya juga berada diwajah anak itu.

" Mama kamu barusan telpon, kamu harus pulang ! " ucap Alwyn kini pelan dan lembut.

" Pulang ? " keluh anak itu mendesah menunundukkan wajahnya yang tampak lesu. Tadi dia memang keberatan karena ayahnya meninggalkan dirinya bersama wanita asing yang membuat anak itu merasa tidak nyaman dan kehilangan sosok ayahnya sempat mmebuatnya takut. tapi setelah wanita asing itu pergi dan dirinya sendirian justru membuat anak itu lupa akan rasa takut dan tidak nyaman. ternyata sendirinya tadi sangat menyenangkan menonton video game yang biasanya dilarang untuk dintonton, dengan sendiri dia bisa menyaksikan tontonanya itu sepuasnya tanpa diganggu siapapun. tapi kedatangan ayahnya malah membuyarkan waktu sendiri dan nyamannya. Ayahnya itu menyuruhnya pulang, apalagi barusan dia mendengar ibunyalah penyebab itu semua. Di rumah Ibunya pasti melarangnya untuk berlama-lama bermain tab dan makanan yang dibelikan ayahnya pasti langsung disimpan. Tidak boleh dia nikmati dengan banyak alasan yang tidak mudah dia mengerti.

" Iya ! Mama kamu akan datang sebentar lagi, siap-siaplah " perintah Alwyn.

Lio mengangguk pelan, melihat kesekitarnya. Matanya menemukan ransel sekolah miliknya diatas sofa, dia ingat tidak ada benda yang berceceran keluar dari ransel itu sehingga dia tidak perlu kembali merapikan isi didalamnya. Sehingga jika ibunya datang dia hanya tinggal memasukkan Tabnya kedalam ransel. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan selagi ibunya belum datang dan akan melarangnya menikmati makanan kesukaanya. Lio cepat meraih coklat di atas meja membuka bungkusnya dengan sembaragan kemudian melahapnya dengan nikmat sambil menatap ayahnya yang kini sedang duduk di sofa yang tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini. ayahnya itu sibuk dengan ponsel di tangan.

Alwyn merasa waktu berjalan sangat cepat, namun yang dirasakannya justru terasa lambat dan membosankan. pria itu menghitung waktu yang telah dia lewati begitu saja untuk mangkir dari pertemuan hanya untuk melihat keadaan Lio dan menunggu kedatangan Niara. sudah lebih dari setengah jam dari wanita itu menelponnya tadi pikirnya. tidak tahan untuk mengetahui keberadaan wanita itu kini, Alwyn kembali menghubungi Niara. ekpresi dingin dan datar menyelimuti wajah tampan pria itu selagi menunggu panggilan tersambung.

" Hallo " Alwyn yang sedari tadi memang tidak sabar untuk menghubngi wanita itu tidak menyadari jika dia telah menekan tinggi volume ponselnya . bukan hanya pengaruh pengeras dari ponselnya suara wanita itu juga terkesan menghentak seperti sedang marah. Membuat Alwyn menelan ludah bingung. Dan Lio yang langung sontan melihat ke arah ayahnya. anak itu berhenti mengunyah coklat, seolah suara ibunya yang terdengar seram tadi sangat dekat dan mampu melihat apa ang sedang dirinya lakukan.

" Dimana ? " tanya Alwyn pelan, yang tadinya dia seharsnya ingin bertanya dengan nada marah, kini emosi pria itu mengendur begitu saja sudah terkalahkan oleh sambutan Niara yang tidak ramah.

" Di jalan, dikit lagi. kayaknya diseberang depan kantor kamu macet banget. Aku dari sini nggak jalan-jalan dari tadi "

Alwyn membulatkan matanya sambil menahan napas, pria itu berdecak. Dia lupa memberitahu wanita itu bahwa ada pertemuan penting yang terjad dikantornya yang mungkin bisa saja berimbas buruk bagi orang lain. akibat pertemuan itu mungkin saja akses jalan yang mengarah ke kantornyanya saat ini macet parah dan mengular. Dan dampak dari itu semua kini dirasakan langsung oleh istrinya. merasa bersalah, kini pria itu dirundungi rasa cemas dan khawatir dengan keadaan wanita itu. Pria itu lantas berdiri dan gelisah.

" Kamu dimana ? ehmm maksudku posisi ? " kepanikkannya yang tidak berarti membuatnya mengajukan pertanyaan bodoh.

" Seberang jalan depan kantor kamu ! disini macet ! " wanita itu berucap pelan sedikit mendesah, namun terdengar kecemasan yang dirasakan Alwyn kini.

Alwyn melihat ponselnya seakan dirinya dapat melihat wajah wanita itu yang juga sedang gelisah. 

LOVE HURTS : Love In Regret From AlwynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang