Revisi Ancaman

1.3K 77 0
                                    

Masa-masa wisuda membuat lalu lintas kota Malang yang sudah padat jadi semakin macet. Selain Malang Raya dikenal dengan tempat wisatanya, Malang juga dikenal sebagai kota pelajar, karena memiliki beberapa perguruan tinggi seperti universitas, politeknik, sekolah tinggi, akademi, dan institusi baik negri maupun swasta.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu setelah 4 tahun kuliah, yaitu wisuda. Memang banyak yang bilang 4 tahun menjalani kuliah belum ada apa-apanya dibanding setelah kuliah. Tapi masa iya kita gak boleh senang sebentar untuk merayakan kelulusan kita? Banyak sekali yang dikorbankan untuk sebuah gelar ini, apalagi saat menyusun skripsi. Air mata, uang, waktu apalagi.

Wisuda kali ini papaku bisa hadir bersama mamaku. Hal yang aku impikan akhirnya terjadi. Wisuda ditemani mama dan papaku. Papaku tersenyum padaku, mengusap kerudungku, mencium keningku berkali-kali dan memelukku.

"Selamat ya sayang, akhirnya selesai juga kuliahnya"
Katanya tersenyum bangga padaku.

***

Keesokan harinya setelah acara wisuda selesai, aku menghadiri party bersama teman-temanku di sebuah resto di kawasan Araya. Resto ini menurutku adalah resto mewah yang bagus, dengan harga menunya yang lumayan mahal, menunya ala-ala Eropa dan Asia, masakannya enak, pengunjungnya ramai dan kebanyakan memang kaum borjuis.

Sengaja tidak membawa mobil dan minta jemput Hanna karena lewat kawasan Araya, apalagi resto ini di cluster yang sama dengan rumah baru mas Ian, besar kemungkinan bakal bertemu pria yang akhir-akhir ini mulai sering bertemu denganku. Bisa dibilang aku menghindarinya sekarang setelah acara lepas jahitan dan dia yang menyarankanku untuk perawatan saluran akar.

Memilih duduk di sebelah kaca besar dengan view pemandangan dan kolam ditambah penerangan lampu berwarna kuning membuat suasana resto ini hangat dan nyaman. Walaupun kita kumpul hanya dengan 12 orang, kalau teman kita satu circle itu lebih berkualitas aja dapatnya. Acara makan-makan yang semula dihiasi dengan saling lempar candaan jadi serius ketika salah satu teman pria kita tiba-tiba menyatakan perasaannya padaku.

"Chaca kalau ketawa gitu bikin candu  deh"
Kata Yanusa random.

"Huuu aksi dimulai..."
Teriak Hanna yang bersorak karna candaan Yanusa.

"Aku kan jadi berat Cha mau pulang ke Kalimantan"
Imbuhnya.

"Gombal, gombal"
Kali ini giliran Mansha dan Zahra yang bersorak.

"Chaca mau gak sih aku seriusin"

"Bercandamu gak lucu Sa"
Kali ini aku menanggapi candaannya dengan muka malas.

Yanusa memang terkenal buayanya fakultas hukum. Dari kakak tingkat hingga adek tingkat semua pernah dia kencanni. Dengan modal kenalan, minta nomor Whatsaap, dan sedikit kata-kata gombal perempuan yang dia dekati bakal nempel karna perlakuan sosweet dia ditambah juga wajah, kendaraan serta dompetnya yang mendukung.

Dia berdehem sebelum akhirnya menghadapku serius.
"Chaca aku serius nih suka sama kamu mulai dari awal kita bertemu diparkiran waktu ospek"

"Akhir-akhir ini selalu memikirkanmu Cha, tidurku kurang enak karna selalu terbayang wajahmu. Jadi Cha bisakah aku menjalani hubungan lebih dari sekedar teman denganmu?"

"Gombal"
Kali ini giliran Beny yang berucap.

"Gak, gak bisa. Chaca udah dijodohin sama mamanya"
Imbuh Zahra.

"Hah... seriusan Cha?"
Tanya Yanusa padaku.

"Yoi Bro, telatlah kau. Lebih dewasa, lebih ganteng. Dokter lagi. Udahlah mundur, cari yang lain."

"Lah Cha.... kaya apa orangnya? Ganteng gak tuh?Enak juga sesama orang hukum. Yang satu circle lebih nyambung Cha. Dokter mah nanti kamu di tinggali jaga IGD terus. Mana duitnya kaya dari ortunya biasanya. Gaji kecil Cha. Gayanya dokter itu dimana-mana sama aja. Serius mulu orangnya. Kurang pergaulan. Kenalnya sesama dokter dan di Rumah sakit terus hidupnya."
Kata Yanusa panjang lebar.

KAFELETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang