Tersesat

479 43 2
                                    

"Ini dimana sih pintu keluarnya?"
Ucap Zahra padaku dengan sebal.

"Eh tunggu, tadi kita sudah lewat sini kan ya Ca?"
Tanyanya lagi padaku dengan nada frustasi.

"Iya, kita tanya aja kali ya?"

Saat ini aku dan Zahra berada di Rumah Sakit A menjenguk salah satu kerabat Zahra yang dirawat karna sakit. Tetapi saat kita akan pulang, kita malah tersesat di Rumah Sakit besar ini. Kita sudah berjalan berputar-putar tapi juga tak menemukan pintu keluar. Akhirnya kami putus asa, kami memutuskan untuk istirahat sebentar di salah satu bangku yang ada di lorong Rumah Sakit ini.

Namun saat aku dan Zahra diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Kita malah dikejutkan dengan suara percakapan seseorang, suara seorang wanita yang sedang ngobrol dengan temannya. Awalnya baik aku dan Zahra tak begitu peduli dengan topik yang mereka bahas, namun karna ada sosok nama 'Arteria' yang mereka sebut-sebut, aku jadi penasaran dan menajamkan kembali indra pendengaranku.

"Emang tu dokter jomblo ya? Dengar-dengar sudah beristri lo mi"
Kata salah satu wanita bertubuh langsing di depan kami.

"Siapa? Dokter Arter ya?"

"Iyalah, siapa lagi yang kamu bahas"

"Kata mamaku nih ya yang notabene temannya mamanya, Arter ini memang sudah beristri. Tapi udah hampir setahun ini belum ada anak. Mereka di jodohkan, dan kayanya Arter juga terpaksa dan gak ada rasa sama bininya. Kayanya istrinya belum dia sentuh deh, dia ini jijik mau nyentuh istrinya."

"Serius? Sejahat itu masak?"

"Iya, sekarang lihat aja akun instagramnya Arter... nih gua udah follow dari zaman kuliah. Gak ada sama sekali foto pernikahan atau istrinya"

"Oh iya... padahal ada foto terbaru ya yang di uplod seminggu lalu"

"Iya, foto sama teman-temannya di seminar"

"Eh ini juga terbaru lo, 25 agustus. Beneran gak ada photo perempuan di instagramnya. Gila... bener berati katamu. Emang istrinya yang mana mi?

"Gua juga kagak tau, kata mama mungkin wanita biasa. Ibu Rumah Tangga. Bukan tenaga kesehatan kok. Lu tau kan Bel kalau dokter itu biasanya bau Rumah Sakit, dan dia pasti nyari pasangan yang bau Rumah Sakit juga. Apalagi setara spesialist kan? Pasti ya kalai gak sama-sama spesialist, dokter umum, atau ngincer koas kaya kita hahah"

"Makannya aku lagi genjar dekatin nih Bel. Dia ini selain dokter juga punya usaha dimana-mana kata mamaku. Ibunya kaya raya Bel, usahanya ada dimana-mana. Doain temanmu ini ya Bel."
Kata perempuan berambut pirang itu sambil tertawa.

Aku termenung dengan setiap kata demi kata yang perempuan itu ucapkan. Memang benar, mas Ian sama sekali tidak pernah memajang photo kami di Instagram. Tidak pernah membuat status tentang diriku. Beda denganku yang pernah memasang status di whatsapp photo dia, walaupun photonya tertutup masker.

"Beb... you oke?"
Tanya Zahra padaku merasa prihatin.

"Gak usah dengerin omongan orang yang ngebuat kamu sakit. Mereka gak tau yang sebenarnya dalam rumah tangga kamu."

"Tapi wanita itu benar Ra"

"Aku sendiri juga ragu dengan perasaan suamiku terhadapku, Ra... apa aku harus menyerah?"

"Jangan... Ca aku yakin kok suamimu itu ada rasa. Buktinya ya dia mau capek-capek jemput kamu, biayain kuliah kamu, dan banyak hal peduli lainnya."

"Itu mungkin karna mamanya Ra..."
Zahra tak menjawab ucapanku lagi, dia lebih memilih untuk diam.

"Ca, gimana kalau kita jalan kesana? Ke poli. Siapa tau ketemu suamimu."

"Buat apa?"

"Ya aku ingin tau respon suamimu aja. Masak sih dia malu ngakuin kamu istrinya? Kemarin padahal waktu aku jadi pasiennya tuh suamimu nanyain kamu lo Ca. Aku masih gak percaya aja kalau dia malu ngakuin kamu."

KAFELETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang