Mulai Sayang?

1.5K 82 2
                                    

# 8 Bulan Kemudian

"Cessa sudah yuk mandinya"
Kataku pada anak perempuan di depanku sambil membawa handuk.

"No ante"
Jawabnya cadel sambil memainkan mainannya di dalam bak mandinya.

"Airnya sudah dingin lo, Cessa gak kedinginan memang?"

"No no no"

"Kenapa?"
Aku tersentak kaget karna tiba-tiba mas Ian ada di belakangku.

"Dititipin kamu lagi?"
Imbuhnya lagi sambil melihat ke arah kamar mandi yang didalamnya masih ada Cessa sedang asik bermain di dalam bak mandinya.

"Iya"

"Ibunya kemana?"

"Gak tau, ngajar mungkin"

"Kebiasaan itu anak"

"Cessa ayuk, kamu sudah satu jam berendam disini, lihat deh tangannya udah keriput gini"
Ucapku masih coba membujuk anak umur tiga tahun ini sambil berjongkok di dekat bak mandinya.

"Gak mau, sebentar lagi ante"

"Cessa"
Panggil mas Ian pelan namun agak sedikit di tekan di akhir pangilannya. Dan ajaibnya, panggilan itu mampu membuat anak kecil di depanku ini berbalik padaku dan meminta menyudahi acara mandinya.

"Gak usah gendong, bisa jalan sendiri kan?"
Imbuhnya lagi.

"Iya uncle"
Jawabnya sambil menunduk, lalu berjalan melewati kami.

Dia terus berjalan ke arah depan, lalu masuk kedalam kamar tamu yang biasanya menjadi tempat tidurnya kalau dia sedang berada di sini. Aku lihat dia sedang mengenakan celana yang sudah aku siapkan di atas kasurnya.

"Cessa, sini ante bantu"

"Gak mau, nanti uncle marah"
Matanya mulai berkaca-kaca sambil tangannya masih sibuk memakai pakaiannya sendiri.

"Uncle gak marah kok"
Kataku mencoba menenangkannya, kemudian mengusap air matanya yang mulai jatuh.

"Ante maafin Cessa"
Katanya lagi sambil memelukku. Aku balas pelukannya dan mengusap-usap lembut pundaknya tanpa ingin membalas ucapan maafnya.

"Sayang, kenapa?"

Kali ini Eyangnya yang bertanya di ambang pintu. Aku menghampiri mertuaku itu sambil mengendong Cessa, lalu mencium tangannya.

"Apa kabar sayang? Kenapa tambah keliatan kurus?"
Tanya mama mertuaku sambil mencium pipi kanan dan kiriku.

"Anak mama gak jahat kan ke kamu?"
Tanyanya lagi padaku sambil masih mengenggam tanganku.

"Endak kok ma"
Jawabku ragu namun sambil tersenyum.

Mas Ian baik, hanya saja selama delapan bulan kita menikah ini, jarang sekali kita terlibat komunikasi. Setiap harinya, mas Ian akan pergi bekerja di pagi hari ke Rumah Sakit dan pulang sekitar pukul 15.00 WIB. Setelahnya, di hari-hari tertentu dia akan istirahat lalu berangkat lagi sehabis sholat magrib untuk bekerja di klinik pribadinya atau tempat praktik lainnya.

Mas Ian hanya bicara saat dia akan menyampaikan sesuatu, bertanya sesuatu hal yang menurut dia penting dan sekedar menjawab pertanyaanku. Namun dia tetap menafkahiku dan kita juga tetap tidur satu ranjang selayaknya suami istri kok... hanya saja mungkin dia belum bisa menerimaku sebagai istrinya dan belajar mencintaiku.

Bagaimana perasaanku padanya? Tentu saja, seiring berjalannya waktu hatiku mungkin mulai luluh dan jatuh cinta padanya. Namun lagi-lagi, aku harus menepis perasaan itu karna sikap mas Ian yang terkesan biasa saja padaku. Sudah aku bilang kan? Aku tidak seberuntung Eva soal cinta.

KAFELETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang