Wanita Lain

1.1K 60 3
                                    

"Beb"
Tanya Zahra padaku saat kita sedang duduk di ruang tunggu apotek.

"Ya"

"Kamu kenal sama dokter tadi?"

"Dari matanya kayanya chinese, sipit-sipit gitu. Sejak kapan kamu jadi suka sama koko-koko gitu."

"Hah"

"Iya kan? Kamu suka kan sama dokter tadi?"

"What? Ada-ada aja."

"Ngaku aja, kelihatan tau dari matamu tadi mengawasi dokter perempuan yang centil itu. Setiap gerak gerik dokter sipit tadi kamu selalu perhatiin. Aku tu dari tadi perhatiin kamu tau."

"Ini dokter sipit yang mana sih?"
Aku tertawa menanggapi sikap Zahra yang tiba-tiba kepo itu.

"Ih yang periksa aku tadi"

"Yang pertama tadi?"
Tanyaku pura-pura tidak tau maksudnya.

"Bukanlah, jelas-jelas tadi yang pertama itu mas-mas jawa banget kok. Hitam, agak gendut, manis gitu, namanya gede kalau kamu sempat baca di jas kumelnya yang bisa aku tebak dia masih koas. Aji Subekti Sejo."
Jelasnya dengan nada kesal.

"Hahaha... iya aku juga baca tadi namanya."
Aku tertawa lagi dengan ocehan Zahra karna mengingat tadi aku juga sempat membaca namanya yang panjang itu di jas putihnya.

"Ketawa lagi, mana gigi sakit buat ngomong, kamu mancing-mancing terus."

"Kamu ya yang mancing duluan, dimana-mana mah orang kalau sakit gigi itu banyak diamnya."

"Ya aku tu gak bisa penasaran."

"Sejak kapan Zahra mulai kepoan kaya gini?"

"Sejak jadi temanmulah, sama si Hanna ini yang tiap hari ngeracuni gosip. Jadi deh keenakan sampai sekarang."
Aku tersenyum, karna lagi-lagi omongan Zahra ada benarnya.

"Jadi sejak kapan suka koko-koko?"

"Entahlah Zahra, ketara ya kalau aku suka?"

"Iyalah, tatapanmu dari tadi udah kaya singa yang mengawasi mangsanya aja lo, eh... tapi gak boleh Cha, kamu kan udah punya calon. Bdw gimana sama calonmu? Kok kamu gak pernah cerita?"

"Dia suamiku Zahra"

Ucapku tersenyum miris, iya aku tidak bohong. Dia suamiku kan? Cuma... mau mengakui dia suami itu iya kalau dia juga menganggapku istrinya. Kalau adeknya seperti yang dia akui ke suster mega tempo lalu gimana? Sedih memang kalau mengingat hubungan kami.

"Hahaha.... gak lucu tau Ca."

Zahra tertawa menanggapi jawabanku itu. Sedangkan aku terdiam menanggapi pernyataan Zahra. Temanku memang tidak ada satupun yang aku undang di pernikahanku, pernikahan itu memang begitu tertutup dan menyedihkan. Bayangkan saja usia pernikahan kami sudah hampir sembilan bulan, namun bagiku kita masih seperti orang asing yang di tempatkan dalam satu rumah.

**


'Ya Rabb, Tuhan segala makhluk. Bantulah hamba mengikhlaskan segala ketentuan yang Engkau berikan pada hamba, sehingga hamba bisa menerima segala ketentuan yang diberikan pada hamba'

'Ya Allah, ampuni aku atas segala dosa yang telah aku buat dan yang akan aku perbuat'

'Ya Allah, selalu ingatkanku bahwa kebaikanMu dan cintaMu selalu lebih besar. Nawaitu lillahi ta'alla'

'Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir'

Aku berdoa setelah menjalankan ibadah wajib empat rakaat di mushola yang terletak tak jauh dari area parkiran rumah sakit. Setelahnya aku melipat mukena dan berniat kembali ke parkiran karna Zahra sudah selesai mengantri dan sedang menungguku di mobilnya.

Baru saja aku meninggalkan mushola dan berjalan beberapa langkah menuju parkiran, mataku tiba-tiba menangkap sosok wanita bertubuh tinggi dan mungil yang akhir-akhir ini sedang menganggu pikiranku itu lewat di depanku. Mataku terus mengikutinya sampai dia masuk ke dalam salah satu minimarket yang ada di Rumah Sakit ini.

Aku sengaja mengikutinya masuk ke dalam minimarket tersebut untuk mencari tau apa yang akan dia lakukan disini. Namun ternyata aku menyesali keputusanku itu. Aku melihat perempuan bertubuh tinggi dan ramping itu sedang menemui seorang laki-laki yang aku kenal. Mereka terlihat mengobrol asik sambil sesekali tertawa. Dan melihat hal itu yang membuatku menyesali untuk mengikuti wanita bernama Lily itu.

Aku kembali dari minimarket tersebut dengan pikiran kacau. Aku benci dengan diriku sendiri, kenapa begitu sulit menggapai mas Ian? Kenapa mas Ian bisa tertawa dan ngobrol asik dengan wanita lain sedangkan denganku yang istrinya tidak? Aku bukan wanita pencemburu, tapi milikku ya milikku. Aku tidak mau berbagai, apalagi terbagi.

Sejujurnya aku merasa cemburu, aku tak tahu entah mengapa ini terjadi, tapi ini semua karena aku takut kehilangan sosok suami yang mulai aku cintai itu. Aku cemburu saat ada seseorang yang bisa membuatmu lebih bahagia dibandingkan diriku. Aku cemburu dengan wanita masalalumu itu yang kata orang-orang terdekatmu pernah menciptakan kenangan indah itu.

"Ca... Caca, kenapa hujan-hujanan Ca?"
Tanya Zahra sambil menarikku ke dalam arah parkiran mobilnya.

"Payungmu tadi mana? Dicari juga dari tadi."
Tanyanya lagi padaku yang sudah basah kuyup. Aku bahkan lupa kalau tadi sempat membawa payung Zahra saat pamit akan sholat.

"Telephone dan whatsaapku juga gak kamu balas, di cari di mushola gak ada. Kamu dari mana Ca?"

"Ca... Caca mikir apa sih? Kenapa sampai hujan-hujanan gini? Kamu sampai basah gini lo."

"Zahra"
Pangilku pelan pada Zahra.

"Iya Ca"

"Bajuku basah semua, aku pulang naik gojek aja"

"Hah? Enggak aku antar. Ayo masuk, biar aku yang nyetir. Kayanya kamu lagi gak baik-baik aja."

"Enggak usah Ra, nanti mobilmu basah semua, kotor."

"Halah kotor bisa di cuciin nanti, cepat masuk. Nanti kamu masuk angin"
Ucapnya tak sabaran menyuruhku masuk mobil.

"Pakai jaketku ini Ca, bajumu lepasin aja semua biar gak masuk angin. Ini nih ada rok juga kamu pakai biar gak sakit. Ganti di belakang sana baru pindah ke depan."
Perintah Zahra padaku sambil mengomel panjang.

"Ra... kayanya payungmu ketinggalan di minimarket depan itu. Aku ambil dulu aja ya"
Ucapku bersalah karna meminjam payung Zahra tapi tidak bertanggung jawab menjaga apa yang aku pinjam.

"Gak usah, kamu ganti aja itu cepetan, biar gak sakit. Udah tau badannya gopokan."

"Payungnya biarin, aku gak mau kamu sakit."

"Terimakasih ya Ra, sudah mau peduli."
Ucapku tersenyum sambil menunduk saat aku sudah pindah ke kursi penmpang depan.

"Dih kamu kaya ke siapa aja."
Katanya sambil fokus menyetir meninggalkan Rumah Sakit A.


***

Hai...
I'm back, maaf ya aku sudah lama gak nulis di cerita ini. Lagi sibuk sama baby soalnya. Bdw gimana nih? Masih ada yang minat baca dengan cerita ini?

Jangan lupa vote dan commentnya ya.. yang mau kasih pendapat juga boleh.

KAFELETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang