Cemburu?

1.3K 75 4
                                    

Pagi ini langit mendung dan turun hujan, deras sekali dan disertai angin. Daun-daun berterbangan berserakan tak mampu menahan hembusannya. Suara rintik hujan terdengar riuh di atas genteng. Air menghempas jalanan terdengar riuh sambil sesekali diselingi suara cipratan air orang berjalan dan kendaraan berlalu lalang untuk segera sampai ke rumah.

Kini jalanan sepi. Tak tampak seekor burung pun terbang melintas, mungkin ia sedang berteduh, atau sedang kedinginan diantara ranting-ranting pepohonan. Aku termenung diantara orang-orang yang sedang berteduh di kantin kampusku.

"Meow"

Seekor kucing jantan berwarna kuning dan bermata hijau melihatku dan mengusapkan kepalanya pada kakiku seakan berbicara. Kucing itu biasa kita panggil Bony. Kita yang sering makan di kantin kampus pasti sering berbagi makan dengan Bony ini, terlihat dari badannya yang gemuk berisi.

"Meow"
Kucing itu lagi-lagi mengeong menatapku.

"Bony lapar? Mau makan?"

Tanyaku di sela diamku . Aku usap kasar air hujan yang mengenai dahiku kemudian mengambil makanan kucing yang aku taruh di botol untuk aku bawa kemana-mana setiap aku pergi.

"Meow"

"Ini Bony, dimakan ya"

"Meow"

Kucing itu kemudian menatapku lalu mengusapkan badannya ke tanganku. Mengendus-endus makanan tersebut lalu menatapku lagi.

"Bony gak mau?"

"Meow"
Ucapnya lagi lalu memakan makanannya.

"Cha.."
Aku mendongak menatap seseorang yang sedang berdiri membawa payung di depanku. Lalu aku berdiri menatapnya heran.

"Kenapa?"

"Chaca... bolos kelas yuk"
Ajaknya sambil memasang wajah memelas.

"Cha... aku barusan ke klinik depan, suruh photo rogten. Di kasih rujukan ini, anterin ya"
Ucapnya memohon padaku.

"Emang kamu kenapa?"

"Aduh gak mau banyak ngomong sekarang... pengen marah aja kalau sakit gini. Please Cha, aku gak bisa nyetir sendiri kalau gini."

Zahra menarikku, memaksaku untuk mengikutinya. Lalu berjalan ke arah mobilnya yang tak jauh dari kantin tadi, memberiku kunci mobilnya dan payung yang kita pakai untuk berjalan kesini, lalu dia berlari ke kursi penumpang.

"Kemana?"
Tanyaku padanya yang masih sibuk minum obat.

"RS A"

Aku mengangguk, lalu menyalakan mesin mobil dan mengendarai mobil Zahra menuju Rumah Sakit yang terkenal sebagai Rumah Sakit rujukan ini. Membelah jalanan Kota Malang yang cukup padat ini. Mungkin butuh waktu sekitar 20 menit dari kampus, mobil yang kami tumpangi sudah masuk parkiran Rumah Sakit.

Memasuki loby Rumah Sakit yang besar ini membuatku sedikit bingung. Pasalnya, diantara kita belum pernah ada yang masuk Rumah Sakit ini untuk periksa. Setelah tanya salah satu petugas disini, kami diarahkan untuk menuju ke informasi pendaftaran, mengisi data sesuai yang diminta, lalu mengantri di depan ruang Radiologi untuk melakukan photo rongten.

"Pukul 10.00 WIB hasilnya keluar. Aku udah gak betah"

Kata Zahra setelah keluar dari runag Radiologi. Aku tak menanggapi ucapannya, lebih memilih diam memperhatikannya yang menurutku lucu dengan sikapnya yang dari tadi uring-uringan. Setelah menunggu cukup lama, hasil rogtenpun keluar.

"Lanjut poli gigi ya Cha... "

Katanya lesu lalu menarikku untuk antri kembali di depan poli gigi tersebut. Kebetulan pasien BPJS sangat banyak, kami menunggu hingga pukul 13.00. Zahra kali ini mengajakku untuk masuk ke ruang pemeriksaan, setelah sedikit berdebat dan tak enak karna dilihat pasien lainnya, aku menuruti Zahra.

KAFELETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang