02 ;

14 3 18
                                    

'Dia muncul lagi ... aku jadi penasaran
...'

Melamun ke arah jendela kelas, dunianya menjauh seketika. Penjelasan guru di depan sudah tidak lagi Akari dengarkan, sibuk dengan pikirannya sendiri.

'Tapi, entah kenapa wajahnya sangat familiar, apa aku mengenalnya?'

"Akari."

'Gadis bersurai hitam tadi juga, rasanya sangat familiar ...'

"Akari!"

'Tapi, aku jadi kepikiran perkataan Akira kemarin.'

"Akari!!"

'Apa benar dia hantu? Dan gadis bersurai hitam itu–'

"Mizuki Akari!!"

"Eh! Huh? Apa?"

Tersadar dari lamunannya, seisi kelas kini menatapnya. Di tambah dengan tatapan horor dari sang guru yang sedang mengajar.

'Gawat! Aku dalam situasi buruk!'

"Mizuki Akari."

"Ha-ha'i, sensei."

"Apa yang kau lihat sedari tadi?"

"A-ah itu hantu– Ah! Tidak maksudnya aku melihat cuaca hari ini sangat cerah! Hahaha." Akari tersenyum kikuk sambil merutuki dirinya sendiri.

Sang guru melihat ke arah jendela, "Ah kau benar, sangat cerah ya. Kalau begitu bagaimana jika kau mengelilingi lapangan dua puluh kali karena tidak mendengarkan penjelasan guru."

Akari menelan ludah kasar. "Jika kau tidak segera pergi aku akan menambah hukumannya," tekan yang guru.

"Hiii! Baik sensei! Maaf kan atas perbuatan ku!"

Setelah menunduk maaf, Akari melesat meninggalkan kelas menuju lapangan. Takut di marahi lagi, Akari lebih memilih untuk mengelilingi lapangan ditemani teriknya sinar matahari.

Kelelahan pada putaran terakhir, Akari tumbang di bawah pohon rindang. Dadanya naik turun, mencoba mengambil nafas sebanyak mungkin.

"Butuh minum nona?"

Seorang laki-laki bersurai coklat datang dengan dua minuman kaleng ditangannya, senyum manis terukir di bibirnya. Melihatnya Akari tersenyum lalu bangun.

"Hiro! Kenapa kau ada di sini? Bukannya masih jam pelajaran?"

"Hm? Entahlah, mataku tertuju pada gadis kecil yang berlari mengelilingi lapangan di bawah terik matahari," Hiro memberikan salah satu minuman kaleng.

Akari merona, "Te-terima kasih."

Hiro duduk di samping Akari, keduanya sama-sama tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Hingga Akari membuka pembicaraan.

"Nee, Hiro. Kau baca berita semalam? Tentang kecelakaan kereta."

"Ah! Kau melihatnya? Dengar-dengar korbannya siswa di sini."

"Hah?! Yang benar?!"

Hiro mengangguk sebagai balasan. Akari membuat pose berpikir, "Kemarin saat aku berangkat aku bertemu seorang gadis sedang bermain kucing di dekat kereta, hari ini aku juga bertemu dengannya."

"Hm? Gadis? Seperti apa ciri-cirinya?"

"Bersurai coklat pendek, mata coklat, dan ... sedikit tinggi dariku?"

Hiro terdiam, melihatnya Akari bingung. "Akari, ciri-ciri yang kau jelaskan sama persis seperti korban di berita."

"Eh..? Apa? Maksudnya? Di berita? Bukannya seorang pemuda..?"

Autumn MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang