17 ;

2 2 0
                                    

Tok tok tok..

"Akari, buka pintunya.."

"Ku mohon.. jika tak ingin bertemu denganku— setidaknya makan lah walau sedikit."

..Hening.

Akeru menghela nafas, "Aku, taruh makanan di depan pintu.. jangan lupa makan ya." Ia menaruh nampan berisi bubur itu lalu meninggalkan nya di depan pintu.

"Bagaimana?" Sang pemilik nama menggeleng pasrah, maniknya tampak meredup tak bersemangat.

"Dia tak membuka pintunya ataupun bersuara.." keluh Akeru. Kedua pemuda di depannya bertatapan, sebelum yang bersurai coklat menyeringai.

"Bocah Hikariu itu berani juga ya." Ryu berucap membuat Kenzie mendelik. "Aku penasaran kakaknya mengajarkan apa saja padanya."

"Jaga alat bicaramu sialan, memangnya kau kakak yang baik hah?"

"Pertanyaan yang sama untukmu."

"Diamlah dasar kriminal."

"Brengsek"

"Hentikan, ini bukan waktunya berdebat." Lerai Akeru, "Ini terjadi di luar dugaan ku, kita harus mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah ini."

"Kenapa tidak lenyapkan saja langsung?"

"Bagaimana kalau kepalamu ku penggal duluan?"

"Bodoh."

Akeru menghela nafas panjang, maniknya melirik Hiro yang tampak diam sedari tadi. Tatapan matanya kosong dengan tangan yang terkepal erat.

'Aku harus cepat bertindak sebelum 'dia' berulah juga..'

____

Disisi lain, Akari sedang mengobrak abrik seisi kamarnya, "kenapa tidak ada..?"

"Apa Akira membuangnya? Tidak.. di sembunyikan?"

Mulai merasa lelah, ia menyenderkan tubuhnya ke tembok sembari meringkuk. Akari menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangan, maniknya melirik buku buku yang tampak berserakan di lantai. Di antara tumpukan buku itu, 3 buku berhasil menarik perhatian nya.

"Buku itu.."

"Akari lihat!"

"Akari yang terbaik!"

·

"Menjauh dari penyihir itu! Nanti kau kena sial!"

"A akira..?"

Gadis bersurai hitam itu menatap Akari remeh, sedang yang di tatap membulatkan matanya tak percaya.

"Pergilah dari hidupku, pembawa sial."

·

Nging!

"Akh!" Akari memegang kedua sisi kepalanya saat sekelebat ingatan memasuki otaknya.

"Tidak.. aku— aku bukan penyihir.."

·

"Akari! Ayo bermain!"

"Oh, film ini tampak seru!"

"He, Kau takut dengan mereka?"

"Tidak apa, semua akan baik baik saja!"

Bayangan kedua gadis itu tampak mengulurkan tangan

·

BRAK!

Akari terjatuh dari kursinya, "Hentikan.. Rei.. Kazu—"

·

"ITU DIA! PENYIHIR ITU ADA DISINI!"

Autumn MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang