06 ;

4 2 0
                                    

Tangannya menutup kedua mata merah itu. Bibirnya terbuka, membisikkan sesuatu di telinga pemilik mata merah itu.

"Jauhi dia."

''Dia' ... siapa?'

"Jauhi pria bermata biru itu."

'Mata biru ..?'

"Dia bisa menghabisi mu."

'... Maksudnya?'

"Jika, mata merah ini hilang. Kau akan lenyap."

'...'

Tangannya membuka kedua mata merah itu. Matanya mengecil melihat pemandangan yang ada di depannya.

Seorang gadis kecil bersurai hitam, dan dua orang dewasa berbeda jenis kelamin dengan raut ketakutan. Gadis kecil itu memegang pisau, mata hitamnya yang kosong itu berubah menjadi merah.

Di malam hari tepat bulan purnama merah. Rumah dengan papan marga Hikariu itu, dipenuhi oleh teriakan ketakutan dan juga cairan amis kental merah yang menempel di setiap sudut rumah.

Sang pemilik mata merah itu memegang kepalanya. Pusing dengan apa yang baru saja ia lihat. Dan sedetik kemudian, dia terbangun dari mimpinya.

–––

Mentari menunjukkan dirinya, seperti biasa Akari akan bangun lalu pergi berangkat ke sekolah. Namun, pagi ini dia bertemu dengan seseorang.

"Ah ... itu Kazumi..? Kenapa dia melamun?"

Langkahnya mendekati Kazumi yang sedang melamun di dekat rel kereta api. Tangannya naik memegang pundaknya, yang di pegang sontak menoleh kaget.

"Jangan melamun di sini, nanti kau kerasukan loh!" ucap Akari mengulang perkataan Kazumi saat mereka pertama kali bertemu.

"Ah ... iya."

"Hikariu-san, sebaiknya kau menjauh dari gadis bersurai putih dan coklat."

'Memangnya mereka kenapa? Yang satu cuma hantu dan yang lain cuma manusia,' batin Kazumi seolah dirinya bukan ras dari keduanya.

Mata merah dan hijau itu tanpa sengaja saling bertemu. Hanya beberapa detik, hingga keduanya saling membuang muka.

'Hii! Mata merahnya sangat menakutkan! Seperti ... mata pembunuh.'

'Mata hijau itu.. sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi ... dimana?'

"Meow!" Seekor kucing mengeong di kaki Kazumi. Melihatnya Akari terkejut.

"Sejak kapan dia ada di– eh? Ini kan kucing yang sering bermain dengan gadis rel kereta itu!"

Sementara Akari bermain dengan kucing, Kazumi melihat ke arah seberang rel. Tepat perkiraannya, dia ada di sana. Sedang tersenyum ke arah mereka berdua.

'Kalau dipikir, dia selalu tersenyum jika bertemu. Ada apa di balik senyumannya itu?'

–––

Rieyu berjalan ke arah kelasnya, selama perjalanan entah kenapa dia melamun memikirkan pembicaraannya dengan Hiro kemarin.

"Ah, tumben kau mencari ku. Ada apa?"

"Tidak perlu basa-basi, kenapa kau membantu dia?"

Rieyu mendekus, melihatnya Hiro hanya menatap tajam. "Apa kau lupa dengan kutukan mata merahnya? Atau mungkin kau masih membantu dia?"

Autumn MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang