09 ;

3 2 0
                                    

"Jadi? Ada apa?" Rei tersenyum, menatap gadis di depannya yang berstatus 'orang terdekatnya'.

"Tidak.. aku hanya.." Yoi menatap Rei dengan mata berkaca-kaca, "aku.. hanya tidak percaya, Senpai..." gadis itu kembali terdiam, kembali menundukkan kepala tak berani melanjutkan ucapannya.

Rei tak bergeming, "apa.. yang terjadi 'disana'?"

Yoi tampak berpikir sejenak, "...Aku sering melihat dia berjalan di malam hari, saat aku bertanya dimana Ryoko-senpai, dia hanya tersenyum dan berkata 'Rei baik baik saja'."

"..semuanya berjalan normal seperti biasanya, aku.. tidak tau kalau sesuatu telah terjadi..."

"Baik baik, aku mengerti." Rei menyela, Yoi hanya menatap Rei tampak ragu.

"Um.. jika boleh bertanya.. kenapa Senpai bisa ada disini? Apa yang sebenarnya terjadi..?"

"Hm? Kenapa ya?"

Rei menatap langit, raut wajahnya berubah muram berbeda dengan bibirnya yang terus melukiskan senyuman, dari sana Yoi dapat melihat berbagai emosi di manik coklatnya, "entahlah! Aku tidak terlalu ingat." Gadis itu tertawa kecil, "ya, intinya itu sangat menyakitkan.."

Hening..

Yoi hendak bertanya lebih lanjut sebelum suara yang cukup familiar terdengar di Indra pendengar kedua gadis itu.

"Yoi! Kau dimana?!"

"Ah, itu Kayo! KAY—Umph?!"

"Shtt... Jangan berisik. Ini pertemuan rahasia, jangan beritahu siapa siapa lho!" Ucap Rei menaruh jari telunjuk nya di bibir, lalu melepaskan bekapannya pada Yoi, gadis itu mengangguk mulai beranjak menghampiri Kayo.

Dalam diam Rei memperhatikan dari semak semak.

"Kayo!"

"Astaga Yoi! Aku mencarimu kemana mana! Apa yang kau lakukan disini?"

"Um.. hanya sekedar berjalan jalan.."

"Hah.. kau ini, ayo pulang! Sudah hampir larut." gadis itu melirik kecil tempat Rei yang tampak kosong.

"Lain kali jangan berjalan sendirian, apalagi tempat ini berbahaya."

"Iya iyaa~ paham kok"

___________________

"Kenapa tiba tiba butuh bantuanku? Bukannya selama ini kau bertindak sendiri?" Tanya Hiro.

Gadis dengan manik biru itu mendelik tajam, "aku tak bisa memisahkannya dengan gadis itu begitu saja. Salah langkah sedikit dia akan benar benar pergi."

"Aku bisa saja mengusir gadis itu, tapi.." Hiro terdiam, tangannya terkepal erat. 'Aku tak bisa menjamin wadahnya akan selamat.'

"..Aku tak yakin dengan keadaan Akari setelahnya." Sambung Hiro.

Akira menghela nafas kasar, matanya menatap nanar awan di atas sana, "kau juga ingin dia hidup kan?"

"Untuk itu lakukan apapun. Asalkan dia tetap berada disini."

Setelah mengucapkan itu Akira bangkit dari duduknya, meninggalkan Hiro dalam keheningan.

______________

Hiro melamun, kakinya mendorong pelan ayunan yang sedang ia duduki.

"...jangan di tengah jalan, Nakashima Hiro."

Hiro mendengus kecil, "tampaknya kau baik baik saja ya."

Autumn MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang